Mohon tunggu...
Rahmawati Emma Audrya Agustine
Rahmawati Emma Audrya Agustine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Bahasa Slang terhadap Nasionalisme sebagai Bentuk Komunikasi pada Generasi Milenial

5 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 5 Juni 2022   10:09 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah bahasa slang yang muncul di akhir tahun 1980-an merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa dalam pergaulan antara remaja sekelompoknya. Bahasa slang mengalami perkembangan yang tidak terlepas dari tingkat kreativitas para remaja yang tinggi dalam menciptakan hal-hal baru. 

Penggunaan bahasa slang yang cukup luas tidak hanya digunakan pada kondisi informal, tetapi juga sudah terbawa pada kondisi formal seperti di sekolah, dunia kerja, dan kehidupan keluarga. Pesatnya penggunaan bahasa slang oleh generasi milenial yang telah menjadi gaya hidup mereka sebanding dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dari pola tradisional menjadi pola modern.

Umumnya, para remaja terutama di generasi milenial sekarang ini, menginginkan status yang diakui dalam pergaulannya sehingga mereka rela mengubah gaya bicara, mimik, hingga penggunaan bahasa agar terlihat kekinian. 

Selaras dengan para remaja dari semua kalangan tingkat perekonomian yang rata-rata memiliki handphone dengan beragam fungsi dan kegunaannya, akses internet memudahkan mereka berkomunikasi secara bebas menggunakan bahasa slang tanpa kaidah bahasa yang benar. 

Bahasa slang bukan hanya dari hasil modifikasi bahasa Indonesia, tetapi juga terdapat modifikasi dari bahasa lain maupun bahasa yang sedang populer digunakan oleh khalayak ramai. 

Adapun contoh perubahan kosakata bahasa slang yang digunakan oleh para remaja generasi milenial seperti bentuk nasalisasi dari 'santai' menjadi 'sans', dan 'pengen' menjadi 'pen', bentuk penggantian huruf 'a' dengan 'e' dari 'benar' menjadi 'bener', dan masih banyak lagi.

Kemunculan bahasa slang memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan bahasa Indonesia karena semakin luntur derajat dan terpinggirnya keberadaan bahasa Indonesia, serta ketimpangan dalam berkomunikasi. 

Hal ini disebabkan sekelompok remaja akan merasa lebih nyaman menggunakan bahasa slang daripada bahasa Indonesia karena adanya persamaan kesepahaman dan anggapan bahwa bahasa Indonesia kurang begitu modern. Ideologi tersebut tentu dapat menghilangkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bentuk nasionalisme. 

Lebih buruknya, bahasa Indonesia terancam punah karena terbentuknya sistem maupun aturan tersirat dan tersurat dalam tempat tertentu yang mewajibkan menggunakan bahasa slang. 

Sedangkan, bahasa Indonesia hanya menjadi bahasa perantara yang fungsi utamanya sering dilupakan. Dengan demikian, para remaja akan kehilangan patokan dalam menggunakan bahasa Indonesia karena tidak mengenal bahasa baku yang baik dan benar.

Oleh karena itu, diperlukan penerapan perilaku nasionalisme harus bangga menerapkan dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa dan juga menggunakan bahasa slang sesuai dengan situasi dan kondisinya. 

Kita perlu sikap saling menghargai antar penutur dan lawan tutur, memahami konteks pembicaraan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak agar meminimalisir salah makna dan pemahaman, serta sikap tuturan yang halus untuk menunjukkan rasa senang dan keterbukaan dengan lawan tutur dalam berkomunikasi (Setiawan, 2018).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun