Mohon tunggu...
dr. Rahmawati
dr. Rahmawati Mohon Tunggu... Dokter - Universitas Riau

Hidup yang bermanfaat untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Waspada Meningkatnya Risiko Penyakit Mematikan di Era Pandemi

27 Desember 2020   11:12 Diperbarui: 29 Desember 2020   10:08 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyakit Jantung Koroner | sehatq.com

Oleh: dr. Rahmawati

Penyakit mematikan sering dianggap sebagai penyakit yang sulit diobati dan berkembang dengan cepat bahkan cenderung menjadi pandemi atau masalah kesehatan dunia seperti saat ini Covid 19. Namun sebenarnya penyakit mematikan adalah penyakit yang banyak menimbulkan angka kematian bagi penderitanya, salah satunya penyakit jantung koroner (PJK).

Resiko untuk menderita penyakit mematikan ini, tanpa kita sadari meningkat di era pandemi. Hal ini terkait masalah stress akibat kesulitan ekonomi: sumber penghasilan yang berkurang tidak sebanding dengan kebutuhan, banyaknya tempat usaha yang tutup, pemutusan hubungan kerja (PHK), ataupun cemas berlebihan takut tertular virus corona itu sendiri. 

Kurangnya aktivitas dan tidak teratur olahraga serta kegemukan akibat pembatasan sosial, Work From Home (WFH), sekolah daring, pola hidup yang kurang sehat dan lain-lain yang akan memicu munculnya penyakit-penyakit mematikan.

Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita mendengar tentang orang yang meninggal mendadak (sudden death) padahal kita tau orang tersebut sebelumnya sehat, dari penelitian penyebab terbanyaknya adalah PJK (serangan jantung).

World Health Organization (WHO) mencatat, lebih dari 115 juta orang meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Sejumlah 45% kematian tersebut disebabkan oleh PJK, bahkan WHO memperkirakan angka tersebut meningkat hingga 233 juta pada 2030 mendatang.

Di Indonesia, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (PTM Kemenkes) penyakit kardiovaskuler masih menjadi penyakit utama penyebab kematian dan PJK merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskular yang menyebabkan sekitar 26,4% kematian di Indonesia dan angka ini lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.

Apakah yang dimaksud dengan PJK?

PJK adalah kondisi di mana pembuluh darah utama (arteri koroner) yang membawa pasokan darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi untuk jantung mengalami kerusakan bisa terjadi penyempitan ataupun sumbatan sebagian bahkan sumbatan total. Sehingga otot-otot jantung tidak mendapat suplai makanan dan menyebabkan kematian otot-otot jantung. 

Penyempitan dan sumbatan akibat terbentuknya plak yaitu penumpukan lemak, proses peradangan diikuti proses penimbunan jaringan ikat, pengapuran atau pengerasan, kerusakan lapisan paling dalam arteri koroner dikarenakan paparan radikal bebas dan faktor lainnya.

Apa sajakah gejalanya?

Pada awalnya jika plak masih sedikit belum mengganggu aliran darah, maka belum menimbulkan gejala, namun jika plak menebal dan mengeras ataupun plak robek menyumbat ke pembuluh darah yang diameternya lebih kecil maka akan menimbulkan gejala dan dapat mengancam nyawa (serangan jantung). Gejala tersebut di antaranya:

  • Nyeri dada yang khas yaitu dada terasa ditindih beban berat menjalar ke lengan kiri, leher, bahu, punggung.
  • Biasanya penderita tidak dapat menunjuk lokasi nyeri
  • Disertai keringat dingin, pandangan melayang, mual dan muntah serta penderita tampak gelisah.

Siapa sajakah yang beresiko terkena PJK?

Banyak faktor seseorang lebih berpotensi menderita PJK, ada faktor yang tidak bisa diubah dan faktor yang bisa diubah.

Faktor resiko yang tidak bisa diubah:

  • Usia: dari penelitian pada pria diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun lebih beresiko terkena PJK, saat ini orang yang terkena PJK cenderung lebih muda bahkan penulis pernah menemukan kasus PJK usia 27 tahun.
  • Keturunan: orang yang memiliki riwayat orang tua atau saudara menderita atau meninggal karena PJK lebih besar resikonya terkena PJK, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui riwayat keluarga dan senantiasa menerapkan pola hidup sehat.

Faktor resiko yang bisa diubah:

  • Stress
  • Kurang aktivitas dan tidak berolahraga
  • Merokok
  • Minum kafein dan alkohol berlebihan
  • Diet yang tidak sehat
  • Istirahat yang kurang
  • Kegemukan (obesitas) :
  • Kolesterol tinggi terutama kolesterol jahat (LDL)
  • Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
  • Kencing manis (Diabetes mellitus)

Bagaimana cara meminimalisir dan mencegah terjadinya PJK?

Pencegahan dan penerapan pola hidup sehat penting dilakukan sedini mungkin terutama pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan PJK.

1. Hindari stress

Stress yang berkepanjangan memicu produksi hormon dalam tubuh yang mempercepat proses kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mempermudah terbentuk plak. Penting sekali mengelola stress dan tetap menjaga kesehatan mental terutama di era pandemi.

2. Rutin berolahraga

Olahraga rutin dan teratur tidak hanya mengurai resiko terkena PJK namun juga penyakit metabolik lain seperti Diabetes, Hipertensi, obesitas, dyslipidemia (kadar kolesterol jahat (LDL), Trigliserida dan total kolesterol meningkat, kadar kolesterol baik (HDL) ). 

Olahraga dilakukan minimal 3 kali per minggu selama minimal 30 menit dan disarankan olahraga kardio yaitu olahraga dengan tujuan fungsi jantung dan paru seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Maka penting sekali kita menjadikan olahraga sebagai rutinitas dan kebutuhan serta dilakukan sedini mungkin hingga lanjut usia.

3. Stop rokok, kurangi konsumsi kafein dan minuman beralkohol

Kandungan berbahaya seperti nikotin dan karbon monoksida dalam rokok merusak pembuluh darah dan berperan dalam proses terbentuknya plak pada PJK. 

Konsumsi kafein dalam hal ini kopi dapat memiliki efek positif jika diminum tidak berlebihan, namun jika dikonsumsi dalam  jumlah yang banyak dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah serta membuat sulit tidur. Efek konsumsi alkohol berlebihan terhadap jantung adalah gangguan irama jantung, sehingga detak jantung tidak beraturan.

4. Istirahat cukup

Minimal tidur malam 7 jam per hari, dan tidur berkualitas tidak sering terbangun, serta pada saat bangun pagi tubuh terasa segar. Tidur dengan kuantitas dan kualitas yang cukup dapat mengembalikan energi positif dan otak kita akan membersihkan racun berbahaya bagi tubuh termasuk horman yang berpengaruh pada kerusakan pembuluh darah tadi.

5. Diet sehat

  • Terapkan menu makanan harian yang kaya serat (buah dan sayur) cukup nutrisi (protein) kurangi porsi karbohidrat.
  • Untuk mengurangi faktor resiko jantung hindari pengolahan makanan dengan cara di goreng, sebaiknya olah makanan dengan cara ditumis, dikukus dan direbus. Jika ingin menggoreng sebaiknya menggunakan minyak zaitun karena lebih rendah kandungan lemaknya.
  • Hindari makanan yang tinggi kolesterol diantaranya: makanan cepat saji, makanan yang di goreng, daging olahan, jeroan, makanan kemasan, es krim dan produk susu yang tinggi lemak, makanan laut (udang, lobster) dan lain lain.
  • Pertahankan berat badan ideal

6. Obesitas atau kegemukan menurut kementerian kesehatan (KEMENKES) adalah dimana indeksi masa tubuh (IMT) lebih atau sama dengan 25, sedangkan berat badan normal IMT 18,5-22,9. 

Obesitas tidak hanya meningkatkan faktor resiko PJK namun penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, stroke dll sehingga penting untuk kita mempertahankan berat badan ideal.

  • Rumus mengitung berat badan ideal = TB (tinggi badan dalam cm) -- 100 -- (10%). Contoh BB ideal = TB 155 cm -- 100 = 55 (- 10% dari 55 )
  •       55 -- 5,5 = 49,5 kg
  • Rumus Indeks mass tubuh (IMT) = BB (berat badam dalam kg) / TB (tinggi badan dalam m)*
  • Contoh IMT = 65 kg/ (1,55 m )*= 65/ 2,4 = 27 (Obesitas)
  • Lingkar Perut (LP) pada laki-laki kurang dari 90 cm dan pada wanita kurang dari 80 cm
  • Kontrol tekanan darah, kadar kolesterol dan gula darah sesuai target.

7. Tekanan darah, kadar kolesterol dan gula darah yang tinggi erat kaitannya dengan kerusakan jantung dan pembuluh darah serta terbentuknya plak pada pembuluh darah koroner sehingga penting sekali melakukan penapisan (skrining) terutama pada orang yang memiliki faktor resiko seperti di atas.

Skrining dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter, dan dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lain untuk mencari faktor resiko. Berikut target tekanan darah, kadar koleterol dan gula yang mesti dicapai:

  • Tekanan darah (TD) : berdasarkan Joint National Comitee (JNC) VIII tahun 2014 target tekanan darah usia 18-60 tahun TD = <140/ <90 mmHg, Usia diatas 60 tahun TD = <150/ <90 mmHg.
  • Kolesterol total = <200 mgdl, trigliserida = < 150 mgdl, kolesterol LDL = < 100 mgdl dan kolesterol HDL diharapkan = > 60 mgdl
  • Gula darah sewaktu(GDS) = 70-125 mg/dl, Gula darah puasa (GDP) = < 100 mg/dl, Gula darah 2 jam setelah makan = < 140 mg/dl.

Mari Kita jaga jantung kita sedini mungkin dengan menerapkan pola hidup sehat,  menjaga dan mengoptimalkan faktor resiko yang bisa diubah dan melakukan skrining kesehatan ke dokter. Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika ada kritik dan saran ataupun pertanyaan boleh isi dikolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun