Mohon tunggu...
Rahma Wahyuningsih
Rahma Wahyuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/universitas nasional

saya sangat menyukai hal -hal baru saya senang bertemu orang baru ,saya juga suka berdiskusi bersama . saya sangat menyukai eksplore alam , mungkin saya dapar dikategorikan ekstrovet .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Pesan dalam Dunia Virtual

2 Desember 2023   16:44 Diperbarui: 2 Desember 2023   17:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelompok 6: 1. Sondang Silaban (213516516392) 2. Agustreeana (213516516517) 3. Bagus Reihan Marcelino (213516516509) 4. Rahma Wahyuningsih (213516516449) 5. Ribka Debora (213516516488) 6. Rurry Prima Wulansari (213516516428)  

A. Latar Belakang

 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan berbagai platform media baru yang memungkinkan interaksi dalam ruang virtual. Media sosial, forum online, dan platform digital lainnya menjadi wadah komunikasi antar individu tanpa dibatasi ruang dan waktu (Piliang, 2010). Data menunjukkan pengguna internet di Indonesia telah mencapai 196,71 juta dengan rata-rata waktu penggunaan 9 jam 14 menit per hari (APJII, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa interaksi online kini menjadi bagian penting dalam keseharian masyarakat. 

Tingginya intensitas interaksi online ini tak lepas dari peran pesan sebagai medium pertukaran realitas. Dalam interaksi tatap muka, pesan diekspresikan melalui tanda-tanda verbal maupun nonverbal yang konkret seperti bahasa lisan, isyarat tubuh, ekspresi wajah dll (Safitri & Mahfiana, 2021). Lain halnya dengan interaksi online dimana pesan hadir dalam format data digital yang bersifat maya, tak kasat mata, dan tersimpan sebagai barisan kode biner di server (Gunawan, 2016). Eksistensi pesan dalam bentuk demikian tentu memiliki kompleksitas tersendiri. 

Informasi dan makna yang terkandung di dalamnya bisa dengan mudah direproduksi, dimanipulasi, bahkan dihapus secara total (Abidah et al., 2021). Ditambah lagi, interaksi online kerap kali diwarnai misinformasi dan kebohongan karena minimnya petunjuk kontekstual. Kondisi tersebut mewajibkan kita untuk merevisi cara pandang terhadap proses komunikasi di ranah virtual. Dalam konteks inilah, eksistensi berbagai jenis pesan dalam dunia virtual menjadi sebuah fenomena tersendiri. 

Melalui fitur pesan instan, kolom komentar, hingga status update, tercipta dan terdistribusi konten digital dalam jumlah tak terhitung setiap detiknya. informasi faktual seperti politik, sains, hingga gaya hidup bersanding dengan opini, gosip, hoaks, bahkan ujaran kebencian yang tersebar bebas di dunia maya. Meningkatknya peredaran pesan-pesan digital ini ternyata tidak diimbangi dengan validitas kebenaran isinya. Justru banyak konten yang menyesatkan karena minimnya kontrol objektivitas dan termakan emosi subjektif individu. 

Akibatnya, realitas digital berpotensi mempengaruhi cara berpikir dan bertindak khalayak dalam kehidupan nyata. Pokok persoalan kemudian muncul terkait eksistensi ontologis dari pesan dalam dunia virtual ini. Pertama terkait eksistensi pesan virtual adalah, apakah pesan yang tercipta dan diedarkan melalui platform digital serta interaksi online memiliki tingkat faktualitas, objektivitas kebenaran, dan esensi yang sama dengan pesan yang disampaikan antarpribadi secara langsung?

Kita ketahui bersama bahwa komunikasi tatap muka memiliki konteks tertentu yang membatasi distorsi makna. Adanya umpan balik seketika dari lawan bicara juga memungkinkan klarifikasi dan konfirmasi pesan yang diterima atau disalahpahami. Berbeda dengan pesan dalam dunia virtual yang cenderung anonim, masif, tanpa batas ruang dan waktu, serta minim kontrol kebenaran. Apakah kondisi-kondisi khusus inilah yang kemudian mempengaruhi hakikat eksistensi pesan digital beserta validitas isinya? Kedua, dipertanyakan pula basis ontologis dari interaksi online itu sendiri. Apakah fenomena komunikasi digital dengan segala aspek dan karakteristiknya sudah cukup terwakili oleh kajian-kajian filsafat komunikasi yang ada selama ini? 

Diperlukan paradigma dan kerangka berpikir baru dalam konteks filsafat komunikasi untuk membedah dan memahami hakikat interaksi virtual beserta pesan-pesan di dalamnya. Karena selama ini, studi komunikasi masih sangat berfokus pada interaksi antarpribadi tatap muka dengan berbagai teori konvensionalnya. Oleh karenanya, perspektif filsafat sebagai akar ilmu pengetahuan mutlak diperlukan untuk mengkaji secara mendalam mengenai bagaimana eksistensi pesan dalam lingkup digital dapat menjadi medium pertukaran kebermaknaan.

Sudut pandang ontologis filosofis terkait status keberadaan pesan virtual dan relasinya dengan realitas komunikasi menjadi penting untuk dieksplorasi (Subroto, 2020). Diperlukan kajian filosofis dan ontologi filsafat komunikasi untuk memahami sepenuhnya hakikat pesan digital beserta eksistensinya ketika dihadapkan pada realitas sosial yang terbentuk dari interaksi langsung antarindividu. Dengan kerangka berpikir filosofis inilah mungkin bisa didapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh dan mendalam perihal pesan dalam dunia virtual serta implikasinya pada pola komunikasi masyarakat modern.

B. Kajian Pustaka

 Pada penelitian ini peneliti memeroleh informasi melalui beberapa buku dan jurnal, hal tersebut dilakukan agar dapat melihat perbandingan yang ada pada penelitian sebelumnya, baik itu dalam mengukur kelebihan dan kekurangan dari penelitian ini. Dari penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa literatur ilmiah yang membahas mengenai eksistensi pesan dalam dunia virtual: ontologi filsafat komunikasi dalam interaksi online.

Definisi Pesan dan Kaitanya dengan Filsafat Komunikasi

 Keberadaan pesan di dunia maya dan ontologi filsafat komunikasi dalam interaksi online dibahas dalam berbagai kajian filsafat komunikasi. Era digital telah membawa banyak perubahan dalam aktivitas komunikasi, termasuk bersosialisasi secara virtual melalui platform media sosial seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan lainnya. Pendekatan ontologi dalam filsafat komunikasi membahas tentang apa dan bagaimana pengetahuan interaksi di media sosial berhubungan dengan bagaimana seseorang berinteraksi, mencari aktualisasi, dan eksistensi. 

Ontologi merupakan teori yang membahas tentang hakikat ilmu dan kajian terhadap objek material dan formal ilmu, yaitu objek empiris. Ontologi adalah salah satu cabang dari filsafat yang pada intinya mempertanyakan Apa? (What it is?). Ontologi adalah studi tentang makna dari “ada” dan “berada”. Ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan, 2005). Pengertian ontologi adalah memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal.

Secara kacamata ontologis, ilmu komunikasi sebagai objek materi merupakan sesuatu yang monoteistik pada tingkat abstrak dengan kata lain yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek formal melihat komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang akhirnya menentukan ruang lingkup disiplin ilmu komunikasi. Contoh ilmu komunikasi dari aspek ontologis adalah terkait dengan sejarah yang mengkonstruksi ilmu komunikasi, siapa saja sebagai pencetusnya (the Founding Father), bentuk-bentuk teori komunikasi, pengelompokan ilmu komunikasi (tradisitradisi dalam ilmu komunikasi) dan kajian tentang komunikasi pada manusia

 Interaksi Online

 Pada era digital saat ini media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, pengguna digital terutama media sosial banyak sekali memanfaatkan media sosial sebagai interaksi online, baik itu berupa diskusi, bertukar pikiran, bertukar informasi dan juga komunikasi. Pengguna media sosial memanfaatkan nya melalui plaform dan media sosial yang telah tersedia, dengan adanya media sosial ini sendiri maka tak heran banyak juga masyarakat pengguna media sosial dapat berinteraksi secara global hal ini terjadi karena tidak adanya batasan dalam dunia digital seperti saat ini. Jika dikaitkan dengan pendekatan ontologi maka pendekatan ini akan membahas mengenai apa dan bagaimana pengetahuan mengenai interaksi di media sosial atau interaksi online, dengan menggunakan pendekatan ini maka kita akan dapat mengetahui lebih dalam lagi bagaimana peran penting dan proses dalam sebuah interaksi online yang dilakukan. 

Filsafat Komunikasi 

Filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistik terhadap proses komunikasi.Filsafat komunikasi mencakup pemahaman tentang pentingnya interaksi dan dialog dalam komunikasi manusia, serta pentingnya konteks dalam pemahaman komunikasi. Etika komunikasi juga menjadi pertimbangan dalam filsafat komunikasi, yang menekankan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, saling menghormati, dan tanggung jawab sosial dalam berkomunikasi. Filsafat komunikasi membantu dalam melihat komunikasi sebagai fenomena yang lebih dalam dan kompleks, sehingga membantu kita memahami peran komunikasi dalam membentuk hubungan sosial, pemahaman bersama, dan pembentukan realitas yang saling dipahami. 

C. Pembahasan 

Pertama, terkait pesan virtual adalah, apakah pesan yang tercipta dan diedarkan melalui platform digital serta interaksi online memiliki tingkat faktualiatas, objektivitas, kebenaran, dan esensi yang sama dengan pesan yang disampaikan antarpribadi secara langsung? Pesan yang tercipta dan disebarluaskan melalui platform digital serta interaksi online memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi secara langsung. Berikut beberapa poin yang perlu dipertimbangkan: 

1. Faktualitas: 

● Positif: Pesan virtual dapat segera disampaikan dan diakses oleh banyak orang. Ini memungkinkan penyebaran informasi lebih cepat 

● Negatif: Karena kecepatan tersebut, terkadang fakta mungkin kurang diverifikasim dan berita palsu atau tidak akurat dapat menyebar dengan cepat.

 2. Objektivitas Kebenaran: 

● Positif: Beberapa platform menyediakan beragam sudut pandang dan suara, meningkatkan pluralitas dan keberagaman informasi. 

● Negatif: Algoritma dapat menciptakan gelembung informasi, dimana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan kepercayaan mereka sendiri, mengurangi objektivitas. 

3. Esensi Pesan:

 ● Positif: Pesan dapat disampaikan secara kreatif melalui multimedia, memperkaya pengalaman komunikasi. 

● Negatif: Terkadang, esensi pesan dapat terdistorsi atau hilang tanpa ekspresi nonverbal dan konteks personal yang mungkin hadir dalam interaksi langsung.

 4. Interaksi Antarindividu: 

● Positif: Komunikasi online me

mungkinkan terhubung dengan orang-orang diseluruh dunia, membuka pintu untuk kolaborasi dan pertukaran ide yang lebih luas.

 ● Negatif: Interaksi online dapat terasa kurang personal dan dapat menimbulkan konflik karena kurangnya ekspresi nonverbal dan nuansa komunikasi mungkin hilang. Penting untuk diingat bahwa pentingnya faktualitas, objektivitas, dan esensi dalam pesan digital sangat tergantung pada cara informasi tersebut dihasilkan, disebarkan, dan diinterpretasikan. Seringkali, tanggung jawab ada pada pengguna untuk secara kritis mengevaluasi informasi yang mereka terima dan untuk platform untuk menerapkan kebijakan yang mendukung kebenaran dan keberagaman informasi. Kedua, dipertanyakan pula basis ontologis dari interaksi online itu sendiri. Apakah fenomena komunikasi digital dengan segala aspek dan karakteristiknya sudah cukup terwakili oleh kajian-kajian filsafat komunikasi yang ada selama ini?

Selama beberapa dekade, kajian filsafat komunikasi telah memberikan landasan teoritis bagi pemahaman konsep dasar komunikasi, etika, dan makna dalam konteks antarpribadi dan media massa. Namun, ketika berbicara tentang interaksi online, kita dihadapkan pada perkembangan yang mendesak untuk mengeksplorasi ontologi baru yang dihasilkan oleh teknologi digital. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana ontologi atau pandangan dunia yang mendasari fenomena interaksi online. 

Pada dasarnya, ontologi berkaitan dengan pemahaman kita tentang realitas yang ada di sekitar kita. Dalam konteks interaksi online, pertanyaannya adalah bagaimana kita memahami realitas dari hubungan antara manusia di dunia maya. Apakah realitas ini sama dengan realitas di dunia nyata atau berbeda? Apakah realitas virtual bisa dianggap sama pentingnya dengan realitas fisik? Bagaimana memandang sikap anonimitas, jarak fisik, dan kecepatan komunikasi yang terdapat dalam interaksi online? Namun, ketika menjawab pertanyaan mengenai basis ontologis dari interaksi online, banyak kajian filsafat komunikasi yang hanya memandang interaksi online sebagai perpanjangan dari interaksi manusia di dunia nyata. Pandangan ini mensugestikan bahwa realitas virtual hanyalah cerminan dari realitas fisik dan ontologi manusia tidak berubah dalam konteks digital.

 Dalam pandangan ini, realitas virtual digambarkan sebagai "dunia maya" atau "dunia palsu", dan interaksi di dalamnya dianggap kurang relevan dengan dunia nyata. Namun, pandangan ini dianggap kurang akurat dan sulit untuk memahami sepenuhnya fenomena interaksi online yang kompleks. Dalam era digital, realitas virtual dan fisik saling melengkapi dan berdampak pada satu sama lain. Interaksi online memiliki karakteristik dan dinamika yang unik, yang menciptakan pengalaman nyata bagi individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, perlu ada pendekatan baru dalam kajian filsafat komunikasi untuk menghadapi fenomena ini secara lebih akurat dan tepat. Untuk menjawab pertanyaan apakah fenomena komunikasi digital dengan segala aspek dan karakteristiknya sudah cukup terwakili oleh kajian filsafat komunikasi yang ada selama ini, jawabannya mungkin tidak.

Perubahan teknologi dan dinamika interaksi online yang cepat membutuhkan penelitian dan pengembangan teori filosofis yang lebih spesifik dan kontekstual. Pengembangan teori ini harus dapat memahami dan menjelaskan fenomena interaksi online secara holistik, mempertimbangkan semua aspek, karakteristik, dan implikasi dari interaksi manusia di era digital. Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut dan perubahan dalam cara kita berkomunikasi, penting bagi filsafat komunikasi untuk terus berkembang agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena komunikasi digital. Dalam hal ini, kolaborasi antara filsafat komunikasi dan disiplin ilmu lain seperti sosiologi, psikologi, dan studi media juga sangat penting untuk memahami secara holistik fenomena interaksi online. 

Dalam kesimpulannya, meskipun kajian-kajian filsafat komunikasi telah memberikan wawasan yang berharga tentang komunikasi manusia, pengembangan teori dan pendekatan baru yang lebih sesuai dengan kompleksitas komunikasi digital masih diperlukan. Keberagaman dan perubahan yang terjadi dalam komunikasi online membutuhkan pemikiran filosofis yang lebih mendalam tentang basis ontologis dari interaksi online itu sendiri.

 D. Kesimpulan

 Perkembangan teknologi telah membawa interaksi online sebagai bagian integral kehidupan sehari-hari. Pesan dalam ruang virtual berbeda secara substansial dengan komunikasi tatap muka, karena sifatnya yang maya, tak kasat mata, dan rentan terhadap manipulasi. Kendati meningkatnya jumlah pesan digital, validitas dan kebenarannya seringkali dipertanyakan, mempengaruhi cara berpikir dan bertindak masyarakat. Evaluasi terhadap faktualitas, objektivitas kebenaran, dan esensi pesan digital perlu mempertimbangkan kecepatan penyebaran informasi, keberagaman sudut pandang, distorsi esensi pesan, serta kurangnya ekspresi personal. Penting bagi pengguna dan platform untuk memastikan evaluasi kritis dan kebijakan yang mendukung kebenaran dan keberagaman informasi. 

Sementara itu, dalam mengkaji basis ontologis interaksi online, terdapat perluasan pandangan yang diperlukan dalam filsafat komunikasi. Fenomena ini memunculkan pertanyaan tentang realitas virtual, hubungannya dengan realitas fisik, dan bagaimana karakteristik unik dari interaksi online ini mempengaruhi pandangan ontologis kita. Perkembangan teknologi yang cepat memerlukan pendekatan baru dalam filsafat komunikasi untuk lebih baik memahami fenomena ini secara holistik. 

DAFTAR PUSTAKA

 Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2022). Laporan Survei Internet APJII 2022. https://apjii.or.id/survei Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N., Simamora, R. M., Fehabutar, D., & Mutakinati, L. (2021). The Urgency of Information Literacy in the Digital Age. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, 4(2), 1147-1156. Gunawan, I. (2016). Komunikasi Visual Elektronika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pamungkas, C., & Octaviani, R. (2021). Disinformasi pada Masa Pandemi Covid-19 di Media Sosial dan Antisipasinya. Jurnal Lugas, 3(1), 1-12. Piliang, Y. A. (2010). Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan. Bandung: Matahari. Safitri, M., & Mahfiana, N. (2021). Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Masyarakat, 4(1). Subroto, D. E. (2020). Filsafat ilmu perspektif barat dan islam. An-Nabighoh, 22(1), 39-61. Susanto, M. R. (2023). Cybercultures dan Perubahan Sosial: Sebuah Tinjauan Pragmatis Terhadap Fenomena Cybercultures. Dekonstruksi, 9(01), 6-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun