f. Kebijakan Keagamaan Toleran: Mempertahankan kebijakan toleransi antar-agama untuk menciptakan stabilitas sosial dan harmoni di antara berbagai kelompok masyarakat.
g. Pengembangan Seni dan Budaya: Mendukung pengembangan seni dan budaya sebagai bagian dari identitas kerajaan, serta sebagai sumber ekonomi.
Kebijakan-kebijakan tersebut menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan ekonomi dan sosial di masa Kerajaan Siak.
-Pengaruh kerajaan Siak terhadap lingkungan masyarakat Â
Salah satu pengaruh peninggalan kerajaan Siak adalah kitab Al-Qaid. Kitab Al-Qa'id atau Babur al-Qa'id disebut juga kitab hukum yang mewakili sistem hukum Kesultanan Siak, atau Konstitusi Kerajaan Siak. Ini mengatur sistem hukum, adat istiadat, tata letak kantor, dll. Beberapa realisasi dari kitab Al-Qaeed antara lain masih adanya hukum adat Melayu, pemerintahan yang terstruktur, dan tugas pejabat yang sepadan dengan tanggung jawabnya.
 Dan hal paling berharga yang pernah disumbangkan oleh Sharif Qasim II alias Sharif Qasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Sharif Qasim II adalah kekayaannya sebesar 13 juta gulden, ia terkenal karena menyumbangkan sejumlah uang tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia. Jumlah tersebut setara dengan US$ 120,1 juta atau lebih dari Rp 1,74 triliun jika dirupiahkan.
 Sultan Sharif Qasim II yang dikenal anti penjajah mengumumkan berita kekalahan Jepang dalam perang, menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Mendengar itu, saya langsung angkat bicara. sebuah bendera merah. Bendera putih di depan Istana Siak.
4. Masa Kejatuhan Dan Peninggalan Kerajaan Siak
- Penyebab Keruntuhan Kerajaan Siak
 Jatuhnya Kerajaan Siak merupakan akibat dari inisiatif pemerintahan Kerajaan Siak yang patut dipertanyakan. Pada tahun setelah kepemimpinan Syed Ali Abdul Jalil, Syiah mengalami kemunduran karena adanya perjanjian yang disetujui oleh pejabat Syiah. Perjanjian ini dinamakan Perjanjian Siak.
 Perjanjian tersebut mencakup pengalihan kekuasaan lokal milik Siak kepada Belanda. Hal ini mempengaruhi jalur perdagangan dan menyebabkan terpuruknya perekonomian Kerajaan Siak. Terlebih lagi, penguasa sudah tidak mampu lagi membuat kebijakan baru terhadap daerah yang dipimpinnya sebelumnya.