Latar belakang atau cerita olahraga tradisional
Awal mula kerapan sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk
lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya
sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk
bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.
Suatu Ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran
Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang
bambu yang dikenal dengan masyarakat Madura dengan sebutan "nanggala" atau
"salaga" yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi
adalah untuk memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura
memelihara sapi dan menggarapnya di sawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan