Mohon tunggu...
Rachmatullah Rusli
Rachmatullah Rusli Mohon Tunggu... Dosen - dosen tetap di universitas Pamulang

Seorang dai kemanusiaan dan juga seorang dosen tetap di UNPAM. Aktifis di bidang sosial kemanusiaan serta aktif mengajak masyarakat untuk kembali kepada fitah kemanusiaan, dalam meraih kebahagiaan yang hakiki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beribadah Secara Substansial

25 Agustus 2022   07:54 Diperbarui: 25 Agustus 2022   08:22 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibadah adalah sebuah bentuk perbuatan yang Allah ciptakan untuk seorang hamba yg ingin mendekatkan diri kepadaNya. Sebagai sebuah bentuk, ibadah tentu memiliki maksud dan tujuan yang hendak di capai, atau apa yang biasa di sebut dengan essensi (inti) ibadah. Sebagai mana wujud manusia, yang terdiri dari bentuk fisik tetapi ada wujud essensi yaitu jiwa. Oleh sebab itu Nabi pernah bersabda:

"Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian." (HR Muslim)

Pada hakekatnya Allah SWT tidak melihat seseorang itu dalam bentuk fisiknya melainkan Allah akan menilai seseorang itu dari kualitas jiwa yang melahirkan amal perbuatan. Karena memang substansi manusia adalah jiwa, maka jiwa lah yang akan di nilai oleh Allah dalam bentuk amal kebaikan yang di pancarkan.

Substansi ibadah.

Setiap Hamba harus mampu menangkap substansi setiap ibadah yang di lakukannya agar efektif dan terhindar dari godaan syetan yang menyesatkan. Sehingga misi dan tujuan ibadah tersebut  tercapai yaitu mampu meningkatkan kualitas jiwa dan kualitas perbuatan.  Contoh dalam ibadah qurban. Berkaitan dengan ibadah tersebut Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hajj Ayat 37

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Haj: 37)

Dalam pelaksanaan ibadah qurban seorang hamba di wajibkan menyembelih hewan qurban (kambing sapi ataupun unta ) bentuk dari rasa syukur dan persembahannya kepada Allah  sebagai wujud kecintaan kepada Allah yg melebihi kecintaanya kepada selainnya. Menurut ayat di atas bahwa daging dan darah hewan qurban itu bukanlah substansi dalam pelaksanaannya. Karena selamanya secara fisik tidak akan sampai kepada Allah, tetapi ayat tadi menjelaskan secara substansi bahwa yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaannya, kenapa?, karena substansi berqurban itu adalah nilai pengorbankan diri sebagai bentuk cinta dan takwa. sehingga semakin besar pengorbanan hamba untuk menghadirkan hewan qurban, maka akan semakin besar nilai ketakwaannya di hadapan Allah. Oleh karena itu harga hewan qurban bukanlah ukuran ketakwaan, boleh jadi harga hewan qurban yang murah lebih di terima oleh Allah, jika di hadirkan oleh seorang miskin yang tidak memiliki apa-apa selain uang yg ia gunakan untuk berkorban. Karena besarnya pengorbanan yg dia persembahkan untuk Allah.

Ibadah yang substansial memiliki Karakter diantaranya;

  • Mencapai  unsur pokok (inti)
  • Menentramkan Hati (pelaku)
  • Berpengaruh terhadap akhlak
  • Menurunkan keeridhoan Allah dengan banyaknya kebaikan kebaikan setelahnya.

Pertama Mencapai unsur pokok maksudnya adalah apa yang menjadi misi dan tujuan ibadah tersebut akan dapat di capai oleh pengamalnya sehingga sesuai dengan misi dan tujuan utama yg Allah tetapkan.

Kedua Menentramkan hati pengamalnya karena berangkat dari nilai yang iklas dan tulus hanya untuk Allah saja. Ini di sebabkan oleh karena fikirannya terfokus kepada keridhoaan yang dinginkan.

Ketiga mempengaruhi secara langsung tingkah laku,  memang tujuan ibadah adalah proses pembentukan perilaku, ciri keberhasilan proses pembentukan ini adalah  adanya perubahan prilaku karean perubahan menandakan bertambah lapangnya hati untuk menerima kebenaran. Pengamal ibadah secara substantif akan mempengaruhi sikap dan perilakunya ke arah yg lebih baik.

Keempat menjadi penyebab turunnya keridhoan Allah, karena perjuangan yang tidak mudah terutama dari godaan syetan tetapi mampu di lalui dan berhasil mencapai tujuan dan misi ibadah , tentu hal ini akan mengundang turunnya keridhoan Allah serta kebaikan kebaikan lainnya.

Sebagai sebuah renungkan kita mencoba merenungkan apa apa saja substansi ibadah kita dan apakah kita sudah berhasil mencapainya?

1. Substansi ibadah sholat adalah menyerap energi positif (kebaikan) semakin sering hamba sholat seharusnya akan semakin terhindar dari perbuatan buruk bahkan terdorong ingin meninggalkan semua keburukan. karena dengan sholat menghasilkan lebih banyak energi positif. Sebagaimana firman Allah :

"Sesungguhnya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar" (al-Ankabut ayat 45)

Artinya orang yang melakukan sholat tapi masih melakukan keburukan tandanya sholatnya belum mencapai subtansinya, sehingga harus segera di lakukan evaluasi.

2. Substansi Puasa adalah menahan diri. Semakin sering hamba berpuasa seharusnya ia semakin mampu untuk mengendalikan dirinya. Oleh karena itu Rasulullah memberi peringatan bagi mereka yang berpuasa tetapi masih belum dapat mengendalikan diri, Sabda Rasulullah SAW:

""Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." (HR. Bukhari no. 1903)."

3. Substansi Zakat Infaq Sodaqoh dan wakaf adalah merelakan ego (milik) Kualitas ibadah ZISWAF adalah melepaskan harta harta yg paling di cintai, karena besarnya bahaya menyuburkan ego manusia (semakin merasa memiliki), Allah Swt berfirman :

"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai" (Ali Imron:92)

4. Bahkan substansi akhlakul karimah itu bukanlah perbuatan baik yang di lakukan kepada orang yang jauh melainkan akhlak yang di tampilkan oleh hamba terhadap orang yang paling terdekatnya karena menggambarkan kualitas akhlak yang originil. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

""Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluarganya di antara kalian." (HR Ibnu Majah)

 

Karena bisa jadi seseorang sanggup berbuat baik kepada orang lain yang jauh bukan atas dasar kejernihan hati melainkan karena mementingkan penilaian orang lain, bukan berangkat dari akhlak yang murni (original), tapi jika berbuat baik kepada orang terdekat nya yaitu keluarga (anak dan istri) dalam kehidupan keseharianya bisa di pastikan ini adalah akhlak yang berangkat dari (kebersihan ) hati yang sesungguhnya (original).

Serta contoh contoh ibadah yang masih banyak lagi yang tentunya memiliki substansi masing masing bagi kebaikan seorang Hamba. Wallahu alam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun