Keempat menjadi penyebab turunnya keridhoan Allah, karena perjuangan yang tidak mudah terutama dari godaan syetan tetapi mampu di lalui dan berhasil mencapai tujuan dan misi ibadah , tentu hal ini akan mengundang turunnya keridhoan Allah serta kebaikan kebaikan lainnya.
Sebagai sebuah renungkan kita mencoba merenungkan apa apa saja substansi ibadah kita dan apakah kita sudah berhasil mencapainya?
1. Substansi ibadah sholat adalah menyerap energi positif (kebaikan) semakin sering hamba sholat seharusnya akan semakin terhindar dari perbuatan buruk bahkan terdorong ingin meninggalkan semua keburukan. karena dengan sholat menghasilkan lebih banyak energi positif. Sebagaimana firman Allah :
"Sesungguhnya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar" (al-Ankabut ayat 45)
Artinya orang yang melakukan sholat tapi masih melakukan keburukan tandanya sholatnya belum mencapai subtansinya, sehingga harus segera di lakukan evaluasi.
2. Substansi Puasa adalah menahan diri. Semakin sering hamba berpuasa seharusnya ia semakin mampu untuk mengendalikan dirinya. Oleh karena itu Rasulullah memberi peringatan bagi mereka yang berpuasa tetapi masih belum dapat mengendalikan diri, Sabda Rasulullah SAW:
""Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." (HR. Bukhari no. 1903)."
3. Substansi Zakat Infaq Sodaqoh dan wakaf adalah merelakan ego (milik) Kualitas ibadah ZISWAF adalah melepaskan harta harta yg paling di cintai, karena besarnya bahaya menyuburkan ego manusia (semakin merasa memiliki), Allah Swt berfirman :
"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai" (Ali Imron:92)
4. Bahkan substansi akhlakul karimah itu bukanlah perbuatan baik yang di lakukan kepada orang yang jauh melainkan akhlak yang di tampilkan oleh hamba terhadap orang yang paling terdekatnya karena menggambarkan kualitas akhlak yang originil. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
""Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluarganya di antara kalian." (HR Ibnu Majah)
Â
Karena bisa jadi seseorang sanggup berbuat baik kepada orang lain yang jauh bukan atas dasar kejernihan hati melainkan karena mementingkan penilaian orang lain, bukan berangkat dari akhlak yang murni (original), tapi jika berbuat baik kepada orang terdekat nya yaitu keluarga (anak dan istri) dalam kehidupan keseharianya bisa di pastikan ini adalah akhlak yang berangkat dari (kebersihan ) hati yang sesungguhnya (original).
Serta contoh contoh ibadah yang masih banyak lagi yang tentunya memiliki substansi masing masing bagi kebaikan seorang Hamba. Wallahu alam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H