Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Tamu Kehormatan

27 November 2017   00:57 Diperbarui: 27 November 2017   01:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Kenapa melamun?" Maul tiba-tiba telah berada di samping Khan, menggandeng dan mengajaknya duduk di bagian terdepan.

"Ini bukan hanya pestaku, tetapi juga pestamu, pesta kita untuk merayakan pertemuan setelah 12 purnama lebih terpisah." Lanjut Maul dengan riang, seolah dia telah melupakan kejadian setahun yang lalu.

Khan terdiam. Pikirannya menerka-nerka apa pekerjaan Maul sehingga bisa menggelar pesta sebesar dan semeriah ini -- sepuluh ribu kursi lebih tertata rapi berjejer di bawah tarub yang didirikan di atas area tanah ribuan meter, di bagian depan kursi-kursi mewah dengan meja besar berisi berbagai jenis makanan dan minuman. Paling depan terdapat sebuah pelaminan, di pojok agak menyamping terdapat sebuah panggung besar dengan sebuah peralatan musik yang lengkap. Sebuah pesta megah dan mewah.

"Ayolah sudah ku siapkan tempat yang istimewa buatmu. Tempat khusus untuk orang-orang istimewa. Orang-orang miskin dan anak-anak yatim, para pemulung juga pengamen, serta pasukan kuning yang berjasa membersihkan kota ini dari sampah orang-orang kaya yang tak peduli kebersihan," Maul menggiring Khan ke meja besar dengan kursi-kursi yang dilapisi kain beludru.

"Bukankah orang-orang seperti aku dan yang kau sebutkan tadi biasanya hanya pantas duduk di bagian belakang, kursi-kursi tanpa meja. Tempat duduk ini lebih pantas untuk para pejabat, pengusaha dan para tokoh di kota ini," Khan protes dengan suasana tak biasa yang disampaikan Maul.

"Tidak kawan, justeru kau dan orang-orang yang ku sebutkan tadilah yang memang semestinya dihormati. Sedangkan para pejabat dan orang-orang kaya itu, sudah biasa untuk hidup enak dan serba mewah. Apalagi para kuroptor dan penerima suap itu, sudah sepantasnya malu dan mengambil duduk paling belakang, bukan malah dihormati!"

Khan terngaga. Ia hendak bertanya, bukankah Maul yang sekarang, juga menjadi bagian dari orang-orang kaya itu. Jika tidak, manalah mungkin Ia bisa menyelenggarakan pesta sebesar dan semewah ini. Namun, pertanyaan itu tak keluar dari tenggorokannya.

"Tak usah heran kawan, pesta ini tak habis 300 juta. Masih ku sisakan 600 juta yang menjadi bagianmu dan Iyan, sahabat kita!"

"Tak hanya itu, telah ku siapkan kopi spesial juga buat Tuan Saleh," Maul terus bicara.

Tiba-tiba Khan meradang, tenggorokannya kering persis seperti kejadian setahun yang lalu, setelah Ia menenggak kopi yang telah ditaburi Maul serbuk racun.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun