***
"Kenapa melamun?" Maul tiba-tiba telah berada di samping Khan, menggandeng dan mengajaknya duduk di bagian terdepan.
"Ini bukan hanya pestaku, tetapi juga pestamu, pesta kita untuk merayakan pertemuan setelah 12 purnama lebih terpisah." Lanjut Maul dengan riang, seolah dia telah melupakan kejadian setahun yang lalu.
Khan terdiam. Pikirannya menerka-nerka apa pekerjaan Maul sehingga bisa menggelar pesta sebesar dan semeriah ini -- sepuluh ribu kursi lebih tertata rapi berjejer di bawah tarub yang didirikan di atas area tanah ribuan meter, di bagian depan kursi-kursi mewah dengan meja besar berisi berbagai jenis makanan dan minuman. Paling depan terdapat sebuah pelaminan, di pojok agak menyamping terdapat sebuah panggung besar dengan sebuah peralatan musik yang lengkap. Sebuah pesta megah dan mewah.
"Ayolah sudah ku siapkan tempat yang istimewa buatmu. Tempat khusus untuk orang-orang istimewa. Orang-orang miskin dan anak-anak yatim, para pemulung juga pengamen, serta pasukan kuning yang berjasa membersihkan kota ini dari sampah orang-orang kaya yang tak peduli kebersihan," Maul menggiring Khan ke meja besar dengan kursi-kursi yang dilapisi kain beludru.
"Bukankah orang-orang seperti aku dan yang kau sebutkan tadi biasanya hanya pantas duduk di bagian belakang, kursi-kursi tanpa meja. Tempat duduk ini lebih pantas untuk para pejabat, pengusaha dan para tokoh di kota ini," Khan protes dengan suasana tak biasa yang disampaikan Maul.
"Tidak kawan, justeru kau dan orang-orang yang ku sebutkan tadilah yang memang semestinya dihormati. Sedangkan para pejabat dan orang-orang kaya itu, sudah biasa untuk hidup enak dan serba mewah. Apalagi para kuroptor dan penerima suap itu, sudah sepantasnya malu dan mengambil duduk paling belakang, bukan malah dihormati!"
Khan terngaga. Ia hendak bertanya, bukankah Maul yang sekarang, juga menjadi bagian dari orang-orang kaya itu. Jika tidak, manalah mungkin Ia bisa menyelenggarakan pesta sebesar dan semewah ini. Namun, pertanyaan itu tak keluar dari tenggorokannya.
"Tak usah heran kawan, pesta ini tak habis 300 juta. Masih ku sisakan 600 juta yang menjadi bagianmu dan Iyan, sahabat kita!"
"Tak hanya itu, telah ku siapkan kopi spesial juga buat Tuan Saleh," Maul terus bicara.
Tiba-tiba Khan meradang, tenggorokannya kering persis seperti kejadian setahun yang lalu, setelah Ia menenggak kopi yang telah ditaburi Maul serbuk racun.*