Kisah Nyak Sandang sempat viral di jagat tanah air, khususnya Aceh. namun siapa sangka, dibalik hingar bingar berita tentang beliau, ada satu impian beliau yang belum terwujud hingga detik ini.
Awal mula perkenalan saya dengan Nyak Sandang adalah ketika Pak Adi, mengabarkan kepada kami bahwa di kampungnya terdapat satu orang dhuafa yang dulunya adalah penyumbang pesawat pertama Indonesia.
Dua hari setelah itu, tepatnya Rabu (28/02/2018) saya bersama dengan Laila dan Ulfah langsung menuju ke kediaman Nyak Sandang di Lamno, Aceh Jaya dengan jarak 2,5 jam dari Banda Aceh.
Begitu tiba, kami disambut hangat oleh Nyak Sandang yang pada waktu itu sedang santai bersama isterinya di depan rumah.
Setelah ngobrol singkat, saya pun mewawancarai beliau terkait kisahnya menjadi pemodal awal pesawat pertama Indonesia (cikal bakal Garuda Indonesia).
Setelah semuanya selesai, saya kembali ke kantor. Esoknya saya mulai merangkai kata. Satu per satu hingga menjadi untaian kata yang mengisahkan tentang perjalanan Nyak Sandang dalam menyumbangkan harta untuk pembelian pesawat pertama Indonesia. Di akhir tulisan, tak lupa saya selipkan harapan Nyak Sandang di usia senjanya.
Saya masih mengingat dengan jelas ketika saya tanyakan, apa harapan beliau kepada pemerintah Indonesia. Dengan tulus, beliau menjawab tidak mengharapkan apa-apa. Sumbangsih beliau untuk Indonesia karena rasa cintanya yang amat besar kepada negeri ini.
Jujur, nurani saya tersentak. Saya terharu dengan ketulusan beliau kepada Indonesia.
Tapi keinginan saya mengabarkan kepada public terkait harapan beliau masih membara. Lalu saya tanyakan lagi, apa harapan beliau di usia senja yang kurang dari 10 tahun lagi genap satu abad. Beliau tersenyum. Dengan terbata menjawab. "saya ingin melaksanakan haji dan berharap bisa menutup usia di sana."
Ketika mendapati harapan beliau ini, kami lalu mencoba cari solusi. Gimana caranya bisa memberangkatkan beliau ke tanah suci. Kami pun coba galang dana via www.kitabisa.com. salah satu crowdfounding di Indonesia. Â Dengan harapan beliau bisa berangkat haji plus, mengingat usia beliau yang sudah sangat sepuh tentu tidak mungkin lagi daftar haji biasa.
Ketika melakukan penggalangan, kami menargetkan dana yang terkumpul 200 juta dengan pertimbangan biaya sekali haji plus sekitar 150 juta. Namun sayangnya, jauh panggang dari api. Hingga tenggat akhir, donasi yang terkumpul hanya 74 juta (https://kitabisa.com/bantunyaksandang).
Selama masa pengumpulan donasi ini, Nyak Sandang sempat diundang ke Jakarta oleh salah satu stasiun televisi swasta. Nyak Sandang diminta untuk tampil pada salah satu talkshow mereka. Saya pun turut mendampingi beliau ke ibu kota.
Selama di Jakarta, Nyak Sandang juga sempat bertemu dengan presiden republik Indonesia di istana negara.
Lalu dana 74 juta yang terkumpul via kitabisa kami gunakan untuk renovasi rumah beliau, membeli beberapa peralatan rumah hingga menyantuni beliau setiap bulannya.
"Dari kisah Nyak Sandang, saya belajar satu hal. Persiapan haji sedini mungkin itu sangat penting, biar tidak ada penyesalan di hari tua nanti."
Persiapkan Haji Sedini Mungkin
Terhitung sejak Agustus 2018, Bank Danamon resmi menjadi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH). Â Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Herry Hykmanto, Direktur Operasional dan Syariah Bank Danamon. Herry mengatakan Danamon Syariah telah ditetapkan sebagai Bank Penerima yang dapat melayani pendaftaran dan pelunasan haji bekerjasama dengan Kementerian Agama dan BPKH. Disamping itu, Danamon Syariah juga ditetapkan sebagai Bank Penempatan, Bank Mitra Investasi dan Bank Pengelolaan Nilai Manfaat untuk mendukung BPKH dalam mengelola dana haji.
Tabungan Haji Danamon Syariah juga telah terhubung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) milik Kementerian Agama Republik Indonesia. Hal ini jadi memberikan kepastian bagi calon Jemaah haji untuk mendapatkan nomor porsi . Disamping itu, nasabah Danamon Syariah juga akan mendapatkan kemudahan untuk melakukan tarik tunai ATM dengan mata uang Real di Arab Saudi secara gratis melalui jaringan ATM Mastercard electronic.
Menurut data dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Per April 2018, jumlah daftar tunggu jamaah haji Indonesia mencapai 3,7 juta jiwa. Jika dikalkulasikan dengan jumlah kuota yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi untuk Indonesia, butuh 10 sampai dengan 30 tahun ke depan baru bisa berangkat haji.
Dari data ini, saya menggaris bawahi satu hal. Persiapan haji sedini mungkin itu sangat penting.
Tabungan Rencana Haji Danamon
Umur saya per Agustus 2018 adalah 25 tahun. Jika saya mendaftar haji pada 2018 ini artinya saya baru bisa berhaji paling cepat  usia 35 tahun dan paling lambat umur 55 tahun.
Mendapati  fenomena lamanya daftar tunggu jamaah haji Indonesia hingga puluhan tahun. Saya tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut terkait dengan tabungan rencana haji dari Bank Danamon.
Pertama, Nasabah dapat membuka Tabungan Rencana Haji iB mulai dari usia 6 tahun, hal ini tentu akan sangat membantu orang tua untuk mempersiapkan haji bagi si buah hati. Keuntungan lainnya adalah proses autodebit yang membantu untuk disiplin menabung, perlindungan gratis asuransi jiwa Syariah hingga Rp 200 juta dan jika dana sudah mencukupi, nasabah akan mendapatkan notifikasi agar dapat segera melakukan pendaftaran haji dan mendapatkan nomor porsi. Banyak sekali bukan? Yuk segera persiapkan haji sedini mungkin, saatnya berhaji bersama Danamon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H