Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yasinan di Perumahan Rakyat

22 Desember 2022   19:06 Diperbarui: 22 Desember 2022   19:21 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yah! Di lingkungan perumahan yang baru banyak dihuni oleh pasangan-pasangan hidup seumur jagung.  Tapi semua itu tidak menghambat, dalam artian tidak ada malam Jumat yang terlewat tanpa yasinan keliling. Ada saja warga yang siap menyelenggarakan, beruntung konfirmasi warga terkait yang cepat menyampaikan kabar menjadikan respon cepat dari warga lainnya.

Ketiga, jenis hidangan yang kian bergengsi. Di satu tahun pertama hampir seluruhnya sepakat bahwa hidangan sesederhana mungkin, gorengan dan air gelas kemasan. Seiring berjalannya waktu ada saja tuan rumah yang memberi alasan tentang edisi yasinan yang jatuh giliran di rumahnya. Ada yang beralasan sekalian selamatan pindah rumah, selamatan rumah yang telah selesai renovasi, selamatan mobil baru, sekalian aqiqah anak, dan sebagainya. 

Memang tidak beruntun dalam tiap malam Jumat, tapi yasinan dengan alasan serupa berlangsung lebih dari satu putaran, yang berarti lebih dari 70 Minggu, bahkan lebih dari itu. Inilah yang mengawali pudarnya kesepakatan awal tentang hidangan yang sederhana di acara yasinan. Meskipun kebanyakan dari kami menyayangkan adanya kesan berlomba-lomba dalam penyediaan hidangan, tapi hal itu tetap terjadi, bahkan dilakukan juga oleh orang yang menyayangkan, dengan alasan tidak dalam keadaan terpaksa.

Keempat, peserta yasinan stabil. Dinamika hidup di perumahan rakyat di masa modern yang cenderung individual menemui posisi stabil. Individualisme tidak terhindarkan di tempatku berada. Yang sejak awal tidak turut serta dalam kegiatan yasinan masih banyak yang tinggal se-erte, dan tidak pernah ada masalah atas mereka dengan tetangganya. 

Tegur sapa biasa meski berbeda agama misalnya, atau satu Islam tapi berbeda pandangan tentang yasinan, dan pernah yasinan di rumahnya walaupun tidak ikut grup yasinan. Dan apa yang terjadi pada grup yasinan? Kini warga yang terdaftar ikut yasinan 80 warga dari 140 warga satu RT, termasuk yang ngontrak rumah. Dengan keaktifan hadir berkisar 30-50 orang di tiap pertemuan.  Masih berlangsung di jalan depan rumah.

Kelima, bacaan yang cepat. Bagi saya yang lahir dan besar di lingkungan Betawi, baca Qur'an dengan cepat dan nyaring sudah tidak asing. Berbeda dengan istri saya yang lahir dan besar di Bantul Yogyakarta. Di awal ikut yasinan dia mengalami sakit kepala. Pusing dengan bacaan surat Yasin yang sedemikian cepat, "kayak lomba pengen cepet-cepet selesai" katanya. Dia juga bilang tentang pembacaan doa yang terlalu cepat, "meminta kok, kayak musik rap gitu".

Bagi saya, kegiatan yasinan ini tidak memberatkan secara ekonomi. Kegiatan ini hanya terjadi di rumah saya dua tahun sekali. Yasinan juga yang saya alami tidak mempengaruhi hidup bertetangga menjadi kaku, berprasangka, apalagi sampai terpolarisasi.  Beruntung organisasi ke-ertean dilingkungan kami termasuk aktif. Ini tidak lain karena adanya sebagian warga yang memegang teguh prinsip "kebersamaan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun