Setelah dua tahun webinar itu berlalu, bagaimana sekarang?
Â
Setidaknya ada film anak yang cukup terkenal, Bus Om Bebek, Keluarga Cemara, dan Tegar. Memang ada, Gendut Siapa Takut, Keluarga Cemara-2, yang cukup aman untuk semua usia. Namun begitu genre horor masih merajai tontonan di bioskop kita, dan sejak lama beriringan dengan genre romantis komedi yang tentu saja tidak disarankan bagi penonton usia anak.
Â
Tidak jauh berbeda pada tontonan berbayar, genre komedi romantis dan  drama romantis seolah berdalih menyaingi serbuan drama Korea turut meramaikan tontonan non-anak. Padahal di sinilah kontrol orang tua tidak mudah menjangkaunya. Bahkan banyak orang tua yang membiarkan anak dengan gadget sepanjang tidak menggangu aktifitas orang tuanya. Ada memang yang sadar dengan pengaturan sistem untuk khusus anak, tapi produksi tontonan lokal untuk anak masih belum memadai ketimbang tontonan impor.
Â
Dr. Maria Ulfah Ansor, M.Si, komisioner Komnas Perempuan, mengatakan situasi tontonan film semakin parah bagi dunia anak-anak karena era digital industri 4.0 membuat anak-anak bebas menonton melalui media daring. "Naik motor, naik mobil, dan naik sepeda diajarkan, tapi berselancar di dunia maya tidak diajarkan, termasuk menonton film. Ini menjadi hal penting karena ada dampak negatifnya," ujarnya.Â
Maria Ulfah Ansor mengingatkan, anak-anak pada umumnya tidak bisa memilah dan memilih bahwa dunia maya adalah hal yang berbeda dengan dunia nyata. "Anak-anak harus belajar sehingga tidak kehilangan rasa empati, termasuk bahwa kekerasan yang ditonton berbeda dengan kekerasan di dunia nyata," ujar Maria Ulfah. Contoh, adegan pemukulan dalam film Tom and Jerry tidak mengakibatkan kematian, tetapi dalam dunia nyata tentu berbeda.
Â
Ia mengingatkan tentang Undang-Undang Perlindungan Anak Pasal 10. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, serta memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. Nah, ini bisa terjadi bila ada pendampingan orang tua.
Masalahnya, tak banyak orang tua yang memikirkan tontonan yang baik bagi anak-anaknya. Bahkan, menurut Maria Ulfa, survei Komnas Perempuan menunjukkan 80% anak tidak diatur oleh orang tuanya dalam penggunaan gawai. Kalaupun ada penjelasan dari orang tua, terutama ibu, lebih tentang dampak negatif penggunaan gadget. Antara lain kemungkinan kecanduan, tertipu, atau kiriman gambar tidak sopan.