Bahasa jelas menjadi modal utama dalam membentuk masa depan generasi penerus bangsa. Mereka yang berprestasi hampir bisa dipastikan memiliki ketrampilan berbahasa yang baik dan benar.Â
Apa-apa yang mengiringi pertumbuhan hidupnya, termasuk bahasa, membentuk karakternya. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa bahasa pergaulan bisa saja menjadi salah satu car untuk sukses, tapi sampai saat ini hanya menjadi trend temporer. Sebut saja bahasa pergaulan ala Deby Sahertian, ala Slank, ala gamers dan lainnya.
Tentunya akan lebih banyak lagi yang bisa diungkapkan terkait bahasa dan berbahasa, terlebih dalam Bulan Bahasa 2022 kali ini. Dan kita perlu memberikan perhatian khusus.Â
Namun kali ini saya akhiri saja dengan puisi saya yang menggunakan diksi-diksi yang lama tidak dipakai. Terima kasih atas perhatiannya.
Babad Gobog
Demang adakan sayembara
Jelantik turut serta
Para sais tak mau kalah
Cipta bingung huru hara
Raja tuli lagi buta
Patih terus menutupi
Punggawa tiada berdaya
Terlena molek permaisuri
Penjuru nagari bergolak
Daun lontar tiada berpijak
Angkara murka terus melonjak
Teliksandi saling mendepak
Para begawan masih diam
Meski carik mendesak kalap
Turun gununglah
Para Demang disuap musuh!
Hulubalang menyekap carik
Untuk berhenti menulis karma
Raja tegak gamang berdiri
Menanti larik nirwana
Begawan membisik lirih
"Keluarkan titahmu, kami akan bergerak"
Tenaga warakawuri masih tersisa
Ganyang demang pemburu perawan
Lihatlah kini
Cecunguk mulai menepi
Tersingkir semangat santri
Sorak sorai jelata menyambangi
Babad gobog usai sudah
Wahyu keprabon bagi pertiwi
Akandra, hilang gundah gulana
Menyambut gemah ripah loh jenawi
Bekasi, 19 April 2019
***
Pada kalimat terakhir, sengaja saya tulis "Gemah ripah loh Jenawi" yang berarti merek dagang. Sementara kata yang benar adalah "Jinawi', yang berarti subur, makmur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H