Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Indonesia Vis a Vis Bahasa Pergaulan

29 Oktober 2022   19:57 Diperbarui: 6 November 2022   17:45 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid kelas VII belajar menulis aksara Sunda dalam mata pelajaran muatan lokal Bahasa Sunda di SMP Negeri 25, Depok, Jawa Barat, Rabu (22/1/2020). Pelestarian bahasa Sunda dilakukan secara reguler melalui mata pelajaran muatan lokal yang diberikan setiap minggu sekali selama dua jam pelajaran. (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Bahasa jelas menjadi modal utama dalam membentuk masa depan generasi penerus bangsa. Mereka yang berprestasi hampir bisa dipastikan memiliki ketrampilan berbahasa yang baik dan benar. 

Apa-apa yang mengiringi pertumbuhan hidupnya, termasuk bahasa, membentuk karakternya. Tak berlebihan bila dikatakan bahwa bahasa pergaulan bisa saja menjadi salah satu car untuk sukses, tapi sampai saat ini hanya menjadi trend temporer. Sebut saja bahasa pergaulan ala Deby Sahertian, ala Slank, ala gamers dan lainnya.

Image by Pixabay 
Image by Pixabay 
Tentunya akan lebih banyak lagi yang bisa diungkapkan terkait bahasa dan berbahasa, terlebih dalam Bulan Bahasa 2022 kali ini. Dan kita perlu memberikan perhatian khusus. 

Namun kali ini saya akhiri saja dengan puisi saya yang menggunakan diksi-diksi yang lama tidak dipakai. Terima kasih atas perhatiannya.

Babad Gobog

Demang adakan sayembara
Jelantik turut serta
Para sais tak mau kalah
Cipta bingung huru hara
Raja tuli lagi buta
Patih terus menutupi
Punggawa tiada berdaya
Terlena molek permaisuri
Penjuru nagari bergolak
Daun lontar tiada berpijak
Angkara murka terus melonjak
Teliksandi saling mendepak
Para begawan masih diam
Meski carik mendesak kalap
Turun gununglah
Para Demang disuap musuh!
Hulubalang menyekap carik
Untuk berhenti menulis karma
Raja tegak gamang berdiri
Menanti larik nirwana
Begawan membisik lirih
"Keluarkan titahmu, kami akan bergerak"
Tenaga warakawuri masih tersisa
Ganyang demang pemburu perawan
Lihatlah kini
Cecunguk mulai menepi
Tersingkir semangat santri
Sorak sorai jelata menyambangi
Babad gobog usai sudah
Wahyu keprabon bagi pertiwi
Akandra, hilang gundah gulana
Menyambut gemah ripah loh jenawi

Bekasi, 19 April 2019

***

Pada kalimat terakhir, sengaja saya tulis "Gemah ripah loh Jenawi" yang berarti merek dagang. Sementara kata yang benar adalah "Jinawi', yang berarti subur, makmur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun