Mohon tunggu...
rahmat ridho
rahmat ridho Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

saya akan menulis berbagai macam artikel yang membahas isu lingkungan, energi terbarukan, pertanian, sumber daya alam. semoga bermanfaat bagi pembaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hubungan Tersembunyi: Bagaimana Hilangnya Keanekaragaman Hayati Berdampak pada Penyimpanan Karbon Bumi

17 Juli 2024   11:39 Diperbarui: 17 Juli 2024   11:44 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalan

Dalam jaringan ekosistem Bumi yang rumit, setiap helai memainkan peran penting. Salah satu hubungan yang paling penting namun sering diabaikan adalah hubungan antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon. Saat planet kita menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perubahan iklim dan kerusakan habitat, memahami hubungan ini menjadi semakin penting.

Penelitian terkini, seperti yang disorot dalam studi inovatif yang dipublikasikan di Nature Communications, mengungkap pandangan baru tentang bagaimana hilangnya keanekaragaman tumbuhan dapat berdampak signifikan pada kemampuan Bumi untuk menyimpan karbon. Artikel ini menyelidiki interaksi kompleks antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon, mengeksplorasi implikasinya bagi masa depan planet kita dan kebutuhan mendesak akan upaya konservasi.

Dasar-Dasar: Keanekaragaman Hayati dan Penyimpanan Karbon

Sebelum kita membahas secara spesifik hubungan keduanya, mari kita perjelas dulu apa yang kita maksud dengan keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon.

Keanekaragaman hayati mengacu pada berbagai bentuk kehidupan dalam suatu ekosistem, bioma, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati mencakup berbagai spesies tumbuhan dan hewan, variasi genetiknya, dan ekosistem yang dibentuknya. Lingkungan yang beragam hayati kaya akan berbagai spesies, yang masing-masing memainkan peran unik dalam fungsi ekosistem.

Penyimpanan karbon, di sisi lain, mengacu pada proses di mana karbon ditangkap dari atmosfer dan disimpan di berbagai "tempat penampungan" - terutama di tanaman, tanah, dan lautan. Proses alami ini sangat penting dalam mengatur iklim Bumi dengan mengurangi jumlah karbon dioksida, gas rumah kaca, di atmosfer.

Hubungan Antara Keanekaragaman Hayati dan Penyimpanan Karbon

Studi di Nature Communications, yang dipimpin oleh Sarah R. Weiskopf dan tim peneliti internasional, mengungkap dampak signifikan keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman tumbuhan, terhadap penyimpanan karbon. Temuan mereka menunjukkan bahwa hilangnya keanekaragaman hayati dapat menyebabkan penurunan substansial dalam kapasitas Bumi untuk menyimpan karbon.

Namun, bagaimana tepatnya keanekaragaman hayati meningkatkan penyimpanan karbon? Ada beberapa mekanisme yang berperan:

  1. Efek Komplementaritas: Spesies tanaman yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda untuk menangkap dan menyimpan karbon. Beberapa spesies mungkin unggul dalam menyimpan karbon di daunnya, sementara spesies lain mungkin lebih efisien dalam menyimpannya di akar atau struktur berkayunya. Ketika beberapa spesies hidup berdampingan, mereka dapat memanfaatkan relung dan sumber daya yang berbeda secara lebih efisien, sehingga menghasilkan penyimpanan karbon yang lebih besar secara keseluruhan.
  2. Efek Seleksi: Dalam ekosistem yang beragam, ada peluang lebih tinggi untuk memasukkan spesies yang sangat produktif yang khususnya efektif dalam menyimpan karbon. "Penyimpan karbon super" ini dapat secara signifikan meningkatkan kapasitas penyimpanan karbon keseluruhan suatu ekosistem.
  3. Stabilitas dan Ketahanan: Ekosistem yang beragam lebih stabil dan tangguh terhadap gangguan seperti penyakit, hama, atau peristiwa cuaca ekstrem. Stabilitas ini memastikan penyimpanan karbon berkelanjutan dari waktu ke waktu, bahkan saat menghadapi tantangan.
  4. Penyimpanan Karbon Tanah: Keanekaragaman tanaman juga memengaruhi penyimpanan karbon tanah. Struktur akar yang berbeda dan interaksi mikroorganisme tanah yang terkait dengan komunitas tanaman yang beragam dapat meningkatkan penyerapan karbon tanah.

Dampak Kuantitatif

Temuan tim peneliti ini sungguh menyadarkan. Mereka memperkirakan bahwa penurunan keanekaragaman hayati akibat perubahan iklim dan penggunaan lahan dapat menyebabkan hilangnya karbon global antara 7,44 dan 103,14 petagram (PgC) berdasarkan skenario keberlanjutan global, dan antara 10,87 dan 145,95 PgC berdasarkan skenario pembangunan berbahan bakar fosil.

Untuk melihat angka-angka ini dalam perspektif, satu petagram sama dengan satu miliar metrik ton. Kisaran atas proyeksi ini (145,95 PgC) setara dengan sekitar 16 tahun emisi bahan bakar fosil global pada tingkat saat ini. Kehilangan besar dalam kapasitas penyimpanan karbon ini menggarisbawahi peran penting yang dimainkan oleh keanekaragaman hayati dalam siklus karbon planet kita.

Lingkaran Umpan Balik yang Memperkuat Diri Sendiri

Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan dari temuan studi ini adalah identifikasi adanya lingkaran umpan balik yang saling memperkuat antara hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Siklus ini bekerja sebagai berikut:

  1. Perubahan iklim menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati melalui berbagai mekanisme seperti perubahan habitat, perubahan suhu dan pola curah hujan, serta peristiwa cuaca ekstrem.
  2. Hilangnya keanekaragaman hayati ini mengurangi kapasitas ekosistem untuk menyimpan karbon.
  3. Berkurangnya penyimpanan karbon menyebabkan lebih banyak karbon dioksida di atmosfer, sehingga memperburuk perubahan iklim.
  4. Perubahan iklim yang meningkat kemudian menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati lebih lanjut, dan siklus ini terus berlanjut.

Umpan balik ini menghadirkan tantangan signifikan dalam upaya kita untuk memerangi perubahan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati. Umpan balik ini menekankan sifat saling terkait dari berbagai masalah lingkungan ini dan perlunya pendekatan holistik dalam mengatasinya.

Variasi Regional dan Hotspot

Meskipun penelitian ini menyajikan angka-angka global, penting untuk dicatat bahwa dampak hilangnya keanekaragaman hayati terhadap penyimpanan karbon tidak merata di seluruh planet ini. Beberapa wilayah kemungkinan akan lebih terpengaruh daripada yang lain, sehingga menciptakan "titik-titik rawan" yang perlu dikhawatirkan.

Daerah tropis, yang merupakan rumah bagi beberapa ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Bumi, sangat rentan. Daerah-daerah ini, termasuk hutan hujan Amazon, Cekungan Kongo, dan hutan Asia Tenggara, menyimpan sejumlah besar karbon dan memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Hilangnya spesies di daerah-daerah ini dapat berdampak tidak proporsional pada penyimpanan karbon global.

Demikian pula, hutan boreal di garis lintang utara, meskipun keanekaragaman hayatinya lebih rendah, menyimpan sejumlah besar karbon di tanah dan vegetasinya. Perubahan pada komunitas tumbuhan di wilayah ini juga dapat berdampak besar pada penyimpanan karbon global.

Ekosistem pesisir, termasuk hutan bakau, lamun, dan rawa asin, merupakan area lain yang perlu diperhatikan. Ekosistem "karbon biru" ini sangat efisien dalam menyimpan karbon, dan pelestariannya sangat penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon.

Peran Sifat Fungsional Tumbuhan

Untuk memahami hubungan antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon secara lebih mendalam, kita perlu mempertimbangkan konsep sifat fungsional tanaman. Ini adalah karakteristik tanaman yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan dan spesies lain.

Beberapa ciri fungsional utama yang terkait dengan penyimpanan karbon meliputi:

  1. Ukuran dan laju pertumbuhan tanaman: Tanaman yang lebih besar dan tumbuh lebih cepat umumnya menyimpan lebih banyak karbon.
  2.  Kepadatan kayu: Kayu yang lebih padat dapat menyimpan lebih banyak karbon per volume.
  3. Ciri-ciri daun: Ukuran, ketebalan, dan komposisi kimia daun memengaruhi seberapa banyak karbon yang dapat ditangkap tanaman melalui fotosintesis.
  4. Struktur akar: Sistem akar yang dalam dan luas dapat menyimpan lebih banyak karbon di dalam tanah.
  5. Umur: Tumbuhan yang berumur panjang, seperti pohon, dapat menyimpan karbon dalam jangka waktu lama.

Dalam ekosistem yang beragam, ada kemungkinan lebih besar untuk memiliki campuran tanaman dengan sifat fungsional yang saling melengkapi. Keragaman ini memungkinkan penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan penyimpanan karbon yang lebih besar secara keseluruhan.

Misalnya, dalam ekosistem hutan, Anda mungkin memiliki pohon tajuk tinggi yang sangat pandai menangkap sinar matahari dan menyimpan karbon di kayunya, tanaman bawah yang efisien dalam menyimpan karbon di akarnya, dan tanaman penutup tanah yang berkontribusi pada penyimpanan karbon tanah. Bersama-sama, berbagai jenis tanaman ini menciptakan penyerap karbon yang lebih efektif daripada yang dapat dilakukan oleh satu jenis saja.

Hilangnya keanekaragaman hayati sering kali berarti hilangnya sifat fungsional tertentu dari suatu ekosistem. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan penyimpanan karbon, meskipun total biomassa relatif tidak berubah.

Hilangnya Keanekaragaman Hayati: Penyebab dan Konsekuensinya

Untuk sepenuhnya memahami hubungan antara hilangnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya penyimpanan karbon, kita perlu memahami pendorong utama hilangnya keanekaragaman hayati dan konsekuensinya yang lebih luas.

Penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati meliputi:

  1. Perusakan dan fragmentasi habitat: Seiring bertambahnya populasi manusia dan berkembangnya lahan untuk pertanian, wilayah perkotaan, dan infrastruktur, habitat alami hancur atau terbagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan terisolasi.
  2. Perubahan iklim: Perubahan suhu dan pola curah hujan mengubah habitat lebih cepat daripada kemampuan banyak spesies beradaptasi.
  3. Eksploitasi berlebihan: Praktik perburuan, penangkapan ikan, dan penebangan yang tidak berkelanjutan dapat menghabiskan populasi spesies tertentu.
  4. Polusi: Polutan kimia, sampah plastik, dan nutrisi berlebih dapat membahayakan ekosistem dan spesies di dalamnya.
  5. Spesies invasif: Spesies non-asli yang diperkenalkan ke daerah baru dapat mengalahkan spesies asli dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Konsekuensi dari hilangnya keanekaragaman hayati jauh melampaui berkurangnya penyimpanan karbon. Konsekuensinya meliputi:

  1. Ketidakstabilan ekosistem: Ekosistem yang kurang beragam lebih rentan terhadap gangguan dan mungkin kurang mampu mempertahankan fungsinya dari waktu ke waktu.
  2. Berkurangnya layanan ekosistem: Hilangnya keanekaragaman hayati dapat memengaruhi layanan seperti penyerbukan, pengendalian hama, dan pemurnian air.
  3. Risiko keamanan pangan: Banyak sumber pangan kita bergantung pada keragaman ekosistem dan keragaman genetik dalam spesies tanaman.
  4. Dampak ekonomi: Industri seperti pariwisata, farmasi, dan pertanian sering kali bergantung pada keanekaragaman hayati.
  5. Hilangnya budaya: Banyak budaya memiliki hubungan mendalam dengan keanekaragaman hayati lokal, yang dapat hilang bersama dengan spesiesnya.

Efek gabungan dari konsekuensi ini membuat penanganan hilangnya keanekaragaman hayati menjadi prioritas global yang mendesak.

Konservasi Keanekaragaman Hayati: Strategi Mitigasi Perubahan Iklim

Temuan studi ini menyoroti aspek mitigasi perubahan iklim yang sering diabaikan: konservasi keanekaragaman hayati. Sementara sebagian besar fokus dalam kebijakan iklim adalah pada pengurangan emisi dan transisi ke energi terbarukan, pelestarian dan pemulihan keanekaragaman hayati muncul sebagai strategi pelengkap yang penting.

Melestarikan keanekaragaman hayati dapat meningkatkan penyimpanan karbon dalam beberapa cara:

  1. Melindungi penyerap karbon yang ada: Dengan melestarikan ekosistem keanekaragaman hayati seperti hutan, lahan basah, dan padang rumput, kita mempertahankan kapasitas penyimpanan karbon saat ini.
  2. Meningkatkan penangkapan karbon alami: Memulihkan ekosistem yang terdegradasi dan meningkatkan keanekaragaman hayati dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyerap karbon dari atmosfer.
  3. Meningkatkan ketahanan ekosistem: Ekosistem yang lebih beragam lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi, memastikan penyimpanan karbon berkelanjutan bahkan saat iklim berubah.
  4. Mempromosikan penggunaan lahan berkelanjutan: Praktik ramah keanekaragaman hayati di bidang pertanian dan kehutanan dapat mempertahankan atau meningkatkan penyimpanan karbon sekaligus mendukung ekosistem lokal.

Strategi konservasi yang dapat membantu menjaga keanekaragaman hayati dan meningkatkan penyimpanan karbon meliputi:

  1. Memperluas kawasan lindung: Meningkatkan jumlah daratan dan lautan yang dilindungi dapat menjaga keanekaragaman hayati dan stok karbon.
  2. Proyek restorasi: Memulihkan ekosistem yang terdegradasi secara aktif dapat mengembalikan keanekaragaman hayati dan meningkatkan penyimpanan karbon.
  3. Pertanian berkelanjutan: Praktik seperti agroforestri dan polikultur dapat mendukung keanekaragaman hayati sekaligus mempertahankan produksi pangan.
  4. Penghijauan perkotaan: Meningkatkan keanekaragaman tanaman di daerah perkotaan dapat menciptakan penyerap karbon baru dan mendukung keanekaragaman hayati setempat.
  5. Mengendalikan spesies invasif: Mengelola spesies non-asli dapat membantu menjaga integritas ekosistem lokal.
  6. Mengurangi polusi: Mengatasi masalah seperti sampah plastik dan limpasan kimia dapat membantu melindungi keanekaragaman hayati di berbagai ekosistem.

Strategi ini tidak hanya mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon tetapi juga dapat memberikan manfaat tambahan seperti peningkatan kualitas udara dan air, peningkatan ketahanan pangan, dan peluang ekonomi baru.

Tantangan dalam Pemodelan dan Prediksi

Sementara penelitian memberikan wawasan penting tentang hubungan antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon, penting untuk dicatat tantangan yang terlibat dalam pemodelan sistem yang kompleks tersebut.

Salah satu tantangan utamanya adalah kesulitan dalam memprediksi perubahan keanekaragaman hayati di masa mendatang secara akurat. Faktor-faktor seperti interaksi spesies, kapasitas adaptasi, dan potensi ekosistem baru dalam menghadapi perubahan iklim menambah lapisan ketidakpastian pada prediksi ini.

Tantangan lainnya terletak pada upaya mengukur hubungan pasti antara kekayaan spesies dan fungsi ekosistem, termasuk penyimpanan karbon. Meskipun tren umumnya jelas, bentuk spesifik hubungan ini dapat bervariasi tergantung pada ekosistem dan spesies yang terlibat.

Lebih jauh lagi, masih terdapat kesenjangan dalam pemahaman kita tentang bagaimana berbagai aspek keanekaragaman hayati -- bukan hanya kekayaan spesies, tetapi juga keanekaragaman fungsional dan genetik -- berkontribusi terhadap penyimpanan karbon. Mengisi kesenjangan pengetahuan ini akan sangat penting untuk prediksi yang lebih akurat dan strategi konservasi yang efektif.

Meskipun terdapat tantangan ini, temuan penelitian ini memberikan titik awal yang berharga untuk memasukkan pertimbangan keanekaragaman hayati ke dalam model dan kebijakan iklim.

Jalan ke Depan: Mengintegrasikan Keanekaragaman Hayati dan Aksi Iklim

Hubungan rumit antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon menggarisbawahi perlunya pendekatan terpadu terhadap tantangan lingkungan. Perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati bukanlah isu yang terpisah, tetapi krisis yang saling terkait erat yang memerlukan respons terkoordinasi.

Beberapa langkah kunci untuk bergerak maju meliputi:

  1. Memasukkan keanekaragaman hayati ke dalam model iklim: Ilmuwan iklim dan pakar ekologi perlu bekerja sama untuk mengembangkan model yang lebih komprehensif yang memperhitungkan peran keanekaragaman hayati dalam siklus karbon.
  2. Menyelaraskan tujuan kebijakan: Target konservasi, seperti yang ditetapkan oleh Konvensi Keanekaragaman Hayati, harus diselaraskan dengan target iklim seperti yang ada dalam Perjanjian Paris.
  3. Mempromosikan solusi berbasis alam: Strategi yang memanfaatkan kekuatan alam untuk mengatasi perubahan iklim sambil mendukung keanekaragaman hayati harus diprioritaskan.
  4. Meningkatkan pemantauan dan penelitian: Penelitian berkelanjutan mengenai hubungan antara keanekaragaman hayati, fungsi ekosistem, dan penyimpanan karbon sangat penting untuk pengambilan keputusan yang tepat.
  5. Kesadaran dan pendidikan publik: Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya keanekaragaman hayati untuk pengaturan iklim dapat membantu membangun dukungan bagi upaya konservasi.
  6. Mendukung masyarakat adat dan lokal: Banyak wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dikelola oleh masyarakat adat. Mendukung hak dan pengetahuan tradisional mereka dapat menjadi cara yang efektif untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan stok karbon.

Kesimpulan

Hubungan antara hilangnya keanekaragaman hayati dan berkurangnya penyimpanan karbon merupakan aspek penting namun sering kali diabaikan dari tantangan lingkungan planet kita. Seperti yang diungkapkan dalam studi di Nature Communications, potensi hilangnya penyimpanan karbon akibat menurunnya keanekaragaman hayati cukup besar, dengan implikasi yang luas bagi upaya mitigasi perubahan iklim global.

Hubungan ini menggarisbawahi sifat saling terhubung dari sistem Bumi dan perlunya pendekatan holistik terhadap konservasi lingkungan. Jelas bahwa upaya untuk memerangi perubahan iklim harus berjalan seiring dengan pelestarian dan pemulihan keanekaragaman hayati.

Saat kita melangkah maju, sangat penting bagi kita untuk menyadari nilai keanekaragaman hayati, bukan hanya karena nilai intrinsiknya, tetapi juga karena perannya yang vital dalam mengatur iklim planet kita. Dengan melindungi dan memulihkan kekayaan kehidupan di Bumi, kita tidak hanya melestarikan keajaiban alam untuk generasi mendatang, tetapi juga menjaga kapasitas planet kita untuk mengurangi perubahan iklim.

Jalan ke depan penuh tantangan, yang membutuhkan upaya terkoordinasi lintas disiplin ilmu, bidang kebijakan, dan masyarakat global. Namun, dengan mengakui dan bertindak atas hubungan penting antara keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon, kita membuka jalan baru untuk mengatasi beberapa masalah lingkungan yang paling mendesak di zaman kita.

Pada akhirnya, melestarikan keanekaragaman hayati di Bumi bukan sekadar menyelamatkan spesies -- tetapi menyelamatkan diri kita sendiri dan planet yang kita sebut rumah.

SUMBER:

https://www.nature.com/articles/s41467-024-47872-7

https://news.un.org/en/story/2024/05/1150056

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun