Lautan, sumber kehidupan planet kita, berada dalam bahaya. Meskipun pulau ini menyimpan rahasia sejarah bumi dan potensi sumber daya di masa depan, kesehatan bumi semakin memburuk dengan cepat.
Perubahan iklim, yang dipicu oleh aktivitas manusia, mendatangkan malapetaka pada ekosistem laut, meninggalkan jejak air yang menjadi asam, terumbu karang yang memutih, dan spesies yang terancam punah.
Meskipun krisis meningkat, tata kelola global atas sumber daya penting ini masih terfragmentasi, tidak memadai, dan tidak berhubungan dengan urgensi darurat iklim.
Artikel ini menyelidiki interaksi kompleks antara geopolitik, perubahan iklim, dan tata kelola kelautan, dan berpendapat bahwa diperlukan perubahan perspektif yang radikal. Kita tidak bisa lagi memandang laut melalui kacamata kepentingan nasional dan eksploitasi sumber daya.
Sebaliknya, paradigma baru yang didasarkan pada pemahaman Antroposen, di mana tindakan manusia terkait erat dengan nasib bumi, sangat penting untuk mengarungi lautan badai di masa depan.
Lautan Perairan Bermasalah: Darurat Iklim dan Dampak Kelautannya
Lautan bukan sekadar kumpulan air yang luas; ini adalah sistem yang kompleks dan saling berhubungan yang memainkan peran penting dalam mengatur iklim bumi. Hutan menyerap sebagian besar kelebihan panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca dan bertindak sebagai penyerap karbon besar-besaran, menyerap sekitar 25% emisi karbon dioksida yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Namun, layanan penting ini memerlukan biaya.
Perubahan iklim mengubah struktur lautan. Naiknya permukaan air laut, yang disebabkan oleh mencairnya gletser dan perluasan suhu, mengancam masyarakat dan infrastruktur pesisir.
Pengasaman laut, yang disebabkan oleh penyerapan karbon dioksida berlebih, mengganggu ekosistem laut, sehingga menyulitkan organisme seperti karang dan kerang untuk membangun kerangka dan cangkangnya. Pemanasan air menyebabkan deoksigenasi, menciptakan "zona mati" di mana kehidupan laut berjuang untuk bertahan hidup.
Perubahan-perubahan ini tidak terjadi secara terpisah. Aktivitas manusia, yang didorong oleh upaya yang tiada henti untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, memberikan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap ekosistem laut. Penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, perusakan habitat, dan berkembangnya industri pertambangan laut dalam mendorong lautan menuju titik kritis.
Arus Bawah Geopolitik: Kekuasaan, Persaingan, dan Lautan
Laut selalu menjadi panggung persaingan geopolitik. Secara historis, kendali atas jalur laut dan akses terhadap sumber daya maritim dipandang penting bagi kekuatan dan kemakmuran nasional.