Sebuah hotel di daerah Kalittan yang terletak hanya beberapa meter dari kediaman mantan Presiden Soeharto dan Ibu Tien sudah aku booking untuk tempat menginap kami. Hotel bergaya etnik Jawa itu konon dimiliki oleh salah satu keluarga Cendana. Lokasi hotel juga tak jauh dari Keraton Mangkunegaran.
Malam harinya aku mengajak mama jalan-jalan menikmati Kota Solo yang sorenya habis diguyur hujan. Kami melewatkan makan malam di Omah Sinten, restoran favoritku jika berkunjung ke Solo. Restoran yang berada di seberang Istana Mangkunegaran itu aku suka karena bergaya ethnic dengan rumah joglo sebagai bangunan utamanya. Makanan yang disajikan juga khas Kota Solo. Dengan disinari cahaya lilin, kami berdua melewatkan makan malam yang sangat romantis. Mama terlihat melahap habis semua makanan yang kami pesan. “Enak !” hanya itu komentar mama. Usai makan malam, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Hujan rintik-rintik kembali menetes dari langit Kota bersejarah itu.
Usai sarapan kami langsung check out dari hotel di pagi harinya. Aku mengajak Mama mampir sejenak di Keraton Kasunanan Solo. Karena hari masih pagi, keraton belum buka. Kami hanya berfoto-foto di depannya dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Gudeg, Jogja.
Usai memarkir mobil, kami mulai melewati tangga-tangga yang semakin lama semakin menanjak. Awalnya mama menolak untuk naik karena merasa tak kuat berjalan. Aku meyakinkan beliau bahwa tempatnya tak terlalu tinggi dan bisa beristirahat jika lelah. Mama menuruti dan aku menuntun tangan beliau. Jika lelah, kami mampir istirahat di bangku-bangku yang banyak tersedia di pinggir tangga.
Setelah berjuang dengan susah payah, akhirnya kami bisa tiba di pintu gerbang kawasan candi yang hingga sekarang masih menjadi misteri itu. Di beberapa catatan sejarah sudah dijelaskan bahwa candi yang ditemukan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790 itu adalah bekas keraton. Ada juga yang menyatakan bahwa Candi Ratu Boko adalah Candi Ratu Bilqis yang dipindahkan ke Baitul Maqdis di Palestina saat zaman Nabi Sulaiman. Entahlah, yang jelas pemandangan lokasi candi yang terbilang unik itu sangat indah. Tak heran jika tempat itu sering dijadikan tempat syuting film atau pemotretan.
Usai dari Candi Ratu Boko, kami kembali melanjutkan perjalan dengan tujuan Candi Borobudur di Magelang. Cuaca panas di Prambanan dan Ratu Boko mulai berganti mendung pertanda akan turun hujan. Mama yang terlihat kelelahan dan mengantuk kembali tertidur di mobil.
Hujan deras menyambut kedatangan kami di Jogja. Rencana untuk melewatkan malam di Malioboro pupus sudah. Aku juga melihat mama sudah sangat kelelahan. Aku segera menuju hotel yang terletak di dekat alun-alun keraton menembus derasnya hujan yang mengguyur. Malam itu kami beristirahat melepaskan lelah setelah mengunjungi 3 candi bersejarah di pusat Pulau Jawa.