Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gejolak Adrenalin di Tebing Curug Cimarinjung, Ciletuh Geo Park Sukabumi

21 September 2015   17:37 Diperbarui: 21 September 2015   20:20 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Subhanallah, pemandangan indah kembali tersaji di hadapanku. Hamparan laut pantai selatan jawa berpadu dengan area persawahan dikelilingi perbukitan batu laksana lukisan alam tanah Sunda yang sangat mempesona. Air bening yang  terjun dengan suara gemuruh yang menggelora membuat suasana pemanjatan terasa berbeda denan pemanjatan di tempat lain.  Tak heran jika saat ini pemerintah setempat sedang mengusulkan dan mengupayakan agar Geopark seluas lebih dari 8000 ha itu menjadi salah satu Geopark nasional dan akan disusulkan ke UNESCO sebagai warisan dunia.  Konon pemerintah Pemkab Sukabumi dan Jawa Barat bulan November nanti akan mencanangkan gerakan Geopark Nasional bertempat di lokasi Curug Cimarinjung ini.

Setelah bergiliran melakukan kelas praktek, kami kembali ke lokasi awal di bawah curug. Kebetulan saat itu juga sedang ada syuting acara petualangan oleh salah satu TV swasta nasional. Terlihat beberapa instruktur sibuk membantu host-nya yang juga sedang melakukan pemanjatan. Kang Tedi Ixdiana sekaligus menggunakan moment itu untuk memberikan briefing materi tambahan kepada peserta pelatihan.

Usai materi praktek hari itu sebelum kembali ke basecamp, tentunya kami melakukan ‘ritual’ penting yang harus dilakukan setiap bertemu air terjun, mandi! Seperti di komando, kami segera melepas baju dan masuk ke dalam kolam yang berisi air sejuk dan merasakan nikmatnya sensasi pijatan dengan air terjun. Lumayan untuk menghilangkan lelah seharian merayap di tebing curug ini. Para instruktur yang ikutan mandi malah menggunakan waktu mandi itu untuk melakukan bouldering (pemanjatan tanpa alat untuk ketinggian tertentu) di tebing di bawah air terjun dan batu-batu yang ada di pinggir kolam curug. Mungkin mereka sudah terbiasa memanjat jadi tak bisa lihat batu atau tebing nganggur dikit aja, langsung di panjat!

Malamnya kami kembali diberikan materi teori yang diselingi dengan acara kuis. Peserta yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapatkan hadiah berupa t-shirt Expedisi Cartenz saat perayaan peringatan hari kemerdekaan RI ke 70 yang lalu. Seperti yang sudah aku info di awal bahwa team Summit Cartenz Agustus lalu dimotori oleh para instruktur di SPTMP bersama dengan punggawanya, Kang Tedi.

Minggu pagi acara pemanjatan kembali dilakukan dengan materi yang berbeda. Di hari terakhir itu kami mendapatkan pelajaran cara memasang pengaman, memasang hanger (gantungan pengaman),Hauling and Lowering serta mendapat sedikit gambaran mengenai Vertical Rescue. Masih dengan penuh semangat, peserta pelatihan mengikuti semua materi meski dibawah cuaca panas yang cukup menyengat. Karena hari itu hari minggu, terlihat banyak warga lokal dan dari luar Sukabumi berkunjung ke curug Cimarinjung siang itu. Beberapa dari mereka sempat menjadikan kami sebagai ‘tontonan’ gratis. Jam menunjukkan pukul  5 sore saat semua kelompok sudah berkumpul kembali di dekat curug dan kami melakukan foto bersama sebelum kembali ke basecamp.

Setiba di basecamp, kami diberikan kuis tertulis berisi pertanyaan seputar semua materi yang sudah didapatkan selama 3 hari pelatihan. Selanjutnya dilakukan pembagian sertifikat dan acara penutupan. Dalam kesempatan itu, Kang Tedi menyerahkan bantuan berupa seperangkat alat panjat kepada pemuda lokal berupa tali, carabinner, hanger, dan beberapa alat pemanjatan lainnya. Diharapkan agar dengan alat itu, para alumni angkatan 57 khususnya yang bermukin di Sukabumi dapat menggunakan alat itu untuk berlatih dan mempermahir kemampuan pemanjatan mereka.

Usai membereskan tenda dan peralatan lainnya, aku pun pamit kepada kang tedi dan instruktur lainnya termasuk ke Pak Hamdan yang kerap menyambangiku ke tenda dan mengajak ngobrol. Aku berjanji untuk kembali lagi suatu saat. Tepat jam 7 malam, aku meninggalkan rekan-rekan SPTMP. Bermodalkan peta buatan hasil coret-coretan aku kembali menyusuri gelapnya malam di Sukabumi. Berbeda dengan saat datang, pulangnya aku memilih route berbeda yakni lewat jalur Ciemas. Meski jalurnya tak separah jalur Cikadal, namun aktifitas ‘offroad’ tetap aku jalani di tengah kegelapan malam. Selepas Ciwaru aku menyusuri jalan gelap lewat Ciemas dan akhirnya bertemu jalan raya arah ke Pelabuhan Ratu. Mampir sejenak di Pelabuhan Ratu untuk makan malam saat jam menunjukkan pukul 10 malam. Aku tiba kembali di Jakarta jam 1 dinihari yang artinya jarak Cimarinjung – Jakarta aku tempuh dalam waktu 6 jam! Usai sudah aktifitas ‘sekolah’  weekend-ku. Terima kasih Sekolah Panjat Tebing Merah Putih untuk semua ilmu yang sudah diberikan. Salam Ekspedisi!    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun