[caption id="attachment_347525" align="aligncenter" width="640" caption="Kursi Plastik Mini, Unik di Yangon"][/caption]
Setelah tinggal selama hampir 4 bulan di Kota Yangon, ada beberapa hal yang menurut ku unik dan beberapa diantaranya mungkin belum pernah diungkap di media social ataupun tulisan. Informasi ini aku dapat dan saksikan secara langsung di tambah dengan informasi dari beberapa orang local yang selalu mendampingiku kemanapun aku pergi di negeri Golden Land ini. Berikut 11 hal unik tersebut :
1.Monk
[caption id="attachment_347511" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Monk di Pagi Hari"]
Mereka selalu menarik dan menyita perhatianku setiap pagi dan sore aku melewati jalan-jalan di kota Yangon saat pergi dan pulang kerja. Segerombolan pria berkepala pelontos dengan balutan kain berwarna merah maroon dengan membawa benda berupa gentong atau rantang. Merekalah Monk yang bertugas mengumpulkan donasi atau sumbangan dari warga berupa apa saja untuk disalurkan kepada yang membutuhkan. Bisa berupa nasi, beras, atau benda apa saja yang disumbangkan penduduk Yangon yang akan dibawa ke Pagoda atau monastery untuk kemudian di salurkan. Biasanya mereka akan keluar di pagi dan sore hari dengan cara berbaris dan di depannya ada seorang monk kecil yang memukul lonceng. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat ‘indah’ melihat mereka membaktikan hidup untuk agama dan orang lain. Meskipun terkadang di beberapa tempat juga bisa kita temui monk yang sedang meluangkan waktu untuk bersantai semisal di taman atau di pinggir Danau Inya.
[caption id="attachment_347512" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Monk di Kandawgyi Lake"]
2. Rantang
[caption id="attachment_347513" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Gadis Myanmar Bawa Rantang"]
Rantang yang aku maksud adalah sebuah benda bersusun yang biasa di gunakan untuk membawa bekal makanan. Iya, sama dengan rantang yang ada di pikiran semua orang. Mengapa aku menganggap hal ini unik? Karena di Yangon atau mungkin di Myanmar, membawa rantang bagi seseorang khususnya pegawai adalah hal umum dan bukan sesuatu hal yang perlu di ‘sembunyikan’ di dalam tas. Baik laki-laki ataupun perempuan akan membawa rantang bekal makan siang atau mungkin makan malam dengan santai. Beberapa orang khususnya wanita memasukkannya ke dalam keranjang plastic yang mirip tas ibu-ibu belanjaan jaman dulu.
Pada saat jam makan siang, akan terlihat hampir semua pegawai berhamburan keluar kantor atau tempat kerja dengan membawa rantang. Menarik dan uniknya lagi, mereka bisa dengan santai membuka rantang mereka di dalam warung atau di bawah tenda milik orang lain yang tersedia di pinggir jalan. Bahkan, mereka bisa minta air minum dengan gratis!! Jadi bisa dipastikan bahwa di sini kita takkan pernah menemukan tulisan “Di Larang Membawa Makanan dari Luar”… (Ya iyyalah ya, apalagi tulisannya dalam bahasa Indonesia, mereka nggak bakal mengerti!!hehehe)
3.Tanaka
[caption id="attachment_347514" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Gadis Kecil Myanmar dengan Tanaka"]
Ini adalah bedak dingin versi kita dan di Indonesia biasanya banyak di gunakan oleh perempuan yang ada di pedesaan. Biasanya digunakan jika akan beraktifitas di bawah sinar matahari. Namun di sini, Tanaka digunakan baik oleh pria maupun wanita dan bukan hanya digunakan saat santai atau di rumah, namun juga digunakan ke acara resmi semisal ke kantor, saat pergi beribadah ke Pagoda ataupun ke pesta pernikahan. Tanaka adalah ‘make up’ resmi yang fungsinya bukan hanya sebagai ‘sun block’. Ulasan mengenai Tanaka bisa di lihat di Sini
4. Longyi
[caption id="attachment_347515" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Tukang becak pun memakai Longyi"]
Ini yang paling khas dan unik dari negeri ini. Longyi atau sarung adalah’wardrobe’ resmi dan digunakan oleh pria di hampir setiap kesempatan. Mulai dari ke kantor, pesta pernikahan hingga saat mereka bermain bola. Yah, kenyataannya begitu. Longyi adalah busana sehari-hari dan merupakan busana resmi juga. Menurut informasi yang aku dapat, sebenarnya penggunaan corak dan warna longyi ada aturannya tergantung dari asal state (Negara bagian) mereka berasal yang sejujurnya aku tak begitu paham. Aku yang terkadang menggunakan longyi ke kantor juga awalnya tak paham bahwa cara mengikat longyi berbeda dengan cara orang Indonesia menggunakan sarung. Jika kita di Indonesia menggunakan sarung dengan cara di lipat, maka di di Myanmar ini digunakan dengan cara di ikat bagian depannya. Itu untuk longyi buat pria, sementara untuk wanita-nya menggunakan longyi dengan cara di lipat bagian depan persis sama dengan cara pria Indonesia menggunakan sarung saat akan melakukan shalat.
5. Ferry
[caption id="attachment_347516" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Ferry untuk Pegawai"]
Ini hal yang juga unik menurut aku. Jika suatu saat ke Yangon atau Myanmar dan seseorang mengatakan sedang menunggu ferry meskipun mereka sedang berdiri di pinggir jalan raya. Itu bukan berarti mereka sedang menunggu kapal ferry, namun ferry yang mereka maksud adalah mobil jemputan. Beberapa perusahaan atau kantor di sini memberikan fasilitas antar jemput buat karyawan dengan menyiapkan mobil kantor. Mobilnya pun bermacam-macam mulai dari bus hingga ke mobil yang mirip angkutan umum jaman dulu di Indonesia dimana penumpangnya naik dari belakang dan duduknya berhadap-hadapan. Tak jarang ada pula yang berdiri jika sudah tak muat lagi.
6.Sirih
[caption id="attachment_347517" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Tukang Jualan Bunga sedang mengunyah sirih"]
Sebenarnya ini bukan hal baru bagi kita orang Indonesia karena di beberapa daerah di negeri kita juga masih ada penduduknya yang masih memakan sirih seperti yang ada di papua. Namun di Yangon atau Myanmar ini, pemandangan ‘pria’ pemakan sirih adalah hal biasa dan bisa di jumpai di mana saja. Mulai dari Airport hingga stasiun kereta dan bis. Jadi jika suatu saat anda melihat banyak bercak berwarna merah di beberapa tempat semisal di trotoal atau dinding sebuah bangunan, itu bukan berarti di tempat itu telah terjadi pertumpahan darah namun karena para ‘pemakan sirih’ itu tidak membuang bekas sirihnya ke tempat yang semestinya.
7.Di antar dan ditunggui di Sekolah saat ujian
[caption id="attachment_347518" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Orang Tua di Pintu Sekolah"]
Informasi ini aku dapat dari Joshua, supir yang setiap hari mengantar aku kemanapun selama di Yangon. Saat terjadi kemacetan di depan sebuah sekolah dan itu terjadi beberapa hari, akupun bertanya ada apa. Dia menjelaskan bahwa saat itu di sekolah tersebut sedang ada exam (ujian/ulangan). Biasanya para orang tua akan mengantar dan menunggui anaknya yang sedang melakukan ujian atau ulangan baik itu pertengahan ataupun di akhir semester. Itu berlaku untuk anak dari sekolah dasar hingga sekolah atas (high school). Jadi bukan hanya di antar tapi juga ditunggui sampai sang anak selesai ujian. Uniknya lagi, saat berangkat ke sekolah, sang anak sudah membuat daftar pertanyaan dan ibu atau bapaknya akan ‘mengujinya’ selama dalam perjalanan ke sekolah. Jadi jangan heran jika suatu saat ke Yangon melihat banyak kendaraan terparkir di depan sekolah, itu bukan karena ada tawuran atau demo, namun itulah kendaraan orang tua yang berdiri di depan pintu pagar sekolah menunggui anaknya yang sedang melakukan ujian atau ulangan.
8. Kursi Plastik Kecil
[caption id="attachment_347519" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Kursi Plastik Kecil di Warung"]
Ini juga tak kalah uniknya. Menggunakan kursi plastic berwarna-warni untuk sebuah warung atau kafe tentulah bukan hal yang aneh dan di Indonesia juga ada. Namun menggunakan kursi plastic kecil yang biasanya digunakan untuk anak-anak di sebuah warung di pinggir jalan untuk digunakan oleh orang dewasa pastinya unik dan cenderung ‘aneh’ . Tapi itulah kenyataannya di Yangon ini. Kursi plastic baik yang besar maupun kecil akan tersedia di hampir semua warung khususnya yang ada di pinggir jalan untuk di duduki para pengunjung warung. Itu bukan khusus untuk anak kecil tapi juga untuk orang dewasa.
[caption id="attachment_347520" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Kursi Plastik Kecil di Warung"]
9. Bus
[caption id="attachment_347521" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Bus di Yangon"]
Sebenarnya tak ada yang aneh dan unik dengan bis kota di Myanmar. Beberapa bus hampir sama dengan bus yang ada di kota-kota di negeri lain. Kalaupun ada yang unik menurut aku adalah beberapa bus yang sangat jadul yang digunakan dulu. Bus bermodel mirip roti tawar itu hingga saat ini masih berseliweran di jalan-jalan raya yang ada di Yangon mengangkut penumpang.
10. Becak (trishaw)
[caption id="attachment_347522" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Becak di Yangon"]
Becak atau trishaw adalah kendaraan yang cukup unik di sini. Jika di Indonesia becak sudah menggunakan sepeda motor (biasa di sebut bentor) namun di Yangon masih menggunakan sepeda biasa yang dikayuh dengan tenaga manusia. Uniknya lagi, penumpang becak duduk saling membelakangi, tidak duduk berdampingan sama dengan becak yang ada di Indonesia. Perlu di catat juga, becak di sini tidak menggunakan pelindung atau penutup!
11. Payung
[caption id="attachment_347523" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Payung di Inya Lake"]
Payung di kota ini memiliki banyak fungsi. Selain untuk melindungi diri dari sengatan panas dan guyuran air hujan, payung bisa juga berfungsi sebagai pelindung dari ‘tatapan mata’ orang-orang lain khususnya bagi yang sedang di mabuk kasmaran. Yah, jika suatu saat anda berkunjung ke Yangon dan sedang berada di tempat-tempat rekreasi umum seperti di Inya Lake atau pinggir Sungai Yangon di Botahtaung, anda akan menemukan banyak sekali payung bertebaran bahkan terkadang di beberapa payung orangnya tak terlihat. Begitulah cara pasangan-pasangan yang sedang ‘kencan’ di tempat umum menghendaki ‘privacy’. Mereka memasang 1 atau 2 payung untuk ‘melindungi’ diri mereka dari tatapan orang-orang yang berlalu lalang. Unik bukan?
[caption id="attachment_347524" align="aligncenter" width="640" caption="Photo by RH - Payung di Inya Lake"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H