Mohon tunggu...
RAHMAT GUNAWIJAYA
RAHMAT GUNAWIJAYA Mohon Tunggu... Administrasi - PENULIS Sejarah

Penulis sejarah yang pernah kerja di perbankan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warung Angkringan dan Media Sosial Kita

8 Januari 2023   06:33 Diperbarui: 10 Januari 2023   12:18 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi angkringan dari Yogyakarta. (sumber: SHUTTERSTOCK/BAYU DWI via kompas.com) 

Sebagai mahluk sosial secara alami manusia punya naluriah keinginan untuk saling berkumpul, saling berkomunikasi, serta ingin diakui ekistensinya atau keberadaannya , entah lewat penyebutan gelar nama atau atribut harta dan prestasi yang pernah atau sudah dimilikinya.

Dalam abad teknologi informasi, setelah tahun 2000 masehi, manusia telah dimanjakan dengan berbagai teknologi yang memudahkan orang untuk saling berkomunikasi langsung, bertukar informasi secara cepat dan mudah lewat beragam media yang kita kenal istilah media sosial atau social media dalam bahasa Inggrisnya

Media sosial atau sering juga disebut sebagai sosial media adalah platform digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi atau membagikan informasi dalam bentuk teks tulisan, gambar dan video baik secara langsung ataupun rekaman yang dicopy paste.

Media sosial merupakan sarana informasi lewat internet berbasis web yang mendukung sebuah interaksi sosial antar manusia

Dalam buku Sapiens di Ujung Tanduk karya Iqbal Aji Daryono yang diterbitkan bentang pustaka pada tahun 2022. 

Menganologikan ruang sosial media seperti warung angkringan dengan beragam menu makanan ringan dan minuman yang memiliki kursi panjang dan meja panjang tempat para pengunjung bisa datang dan pergi kapan saja, tapi bisa saling bercakap tanpa sekat dan kelas sosial

Saat kita duduk di warung angkringan sambil menikmati secangkir kopi dan pisang gorengan kita bisa bercakap akrab dengan pengunjung sebelah kita yang sedang menikmati indomie rebus dan teh hangat.

Mulai percakapan ringan tentang kondisi cuaca dan lalu lintas, sampai kondisi perekonomian dan politik beserta intriknya dengan bebas yang bisa ditimpali oleh komentar dan pendapat orang lain yang duduk didekat sebelah kita yang sedang menikmati kopi susu panas dan bakwan goreng.

Di warung angkringan dengan model kursi panjang, kita bisa mudah bertegur sapa, saling komentar, berceloteh atau bergurau tanpa perlu mengenal dekat dengan siapa kita berbicara karena diwarung angkringan kita dapat mudah berkomunikasi dengan siapa saja selama mau saling menanggapi.

Ini beda dengan cafe atau restauran yang pengunjungnya duduk dengan meja dan kursi masing masing dan hanya berkumpul dengan teman sejawat yang telah dikenal atau sudah memiliki janji berkumpul untuk bertemu sebelumnya.

Arsitektur media sosial sesungguhnya sangat mirip dengan arsitektur interior warung. Tak ada sekat sekat disana. Orang duduk dan berkerumun dengan bebas, tak ada jarak sosial maupun jarak psikologis dan orang yang tidak saling mengenal bisa saling berbincang dengan riuhnya.

Jika kita cermati secara serius, benarkah teman teman di media sosial kita entah itu Facebook, Instagram dan follower You tube benar benar teman yang kita kenal?

Tentu tidak karena di media sosial semua bebas berteman tanpa perlu mengetahui asal usul dan latar belakang sang teman teman di media sosial.

Karena adanya faktor ingin diikuti dan saling mengikuti sehingga kita akan mudah menyetujui permintaan pertemanan selama awalnya kita pandang positif dan menambah jumlah penggemar apalagi jika yang memiki halaman bisnis di sosial media besar kecilnya jumlah teman atau pengikut sangat menentukan prospek dan target pemasaran pada produk yang jual

Semakin banyak teman dan pengikut maka semakin besar pendapatan yang bisa diraih dari prospek pemasaran atau dari endorse iklan yang bersedia membayar aku media sosial kita

Akun sosial media kita tak ubahnya televisi dan media cetak yang dulu kita kenal dengan jumlah pemirsa televisi dan oplah media cetak yang laku di lihat dan dibaca sehingga menentukan tingkat ketersebaran dan jumlah pemirsanya yang jadi tawar besar kecilnya iklan.

Karena, semakin besar pengikut, pembaca dan penggemar setia yang mengikuti kita, semakin besar pula peluang endorse iklan yang bersedia membayar mahal

Di sosial media orang memiliki ruang untuk diakui status sosialnya, karena di media sosial orang akan berlomba lomba menunjukkan keberhasilan atau kemampuannya diluar kenyataan benar atau tidaknya.

Tapi juga di media sosial lah ruang kritik terbuka lebar , orang bisa saling mengkritik atau memuji orang yang menurutnya tidak sejalan atau ataupun orang yag sepaham dengan alur kesenangannya.

Karena di media sosial semua status bisa diumbar walapun sang pemilik perusahaan sosial media telah juga memberi batas dan warning tidak boleh memposting status yang menyinggung suku, agama dan ras atau suatu status yang terindikasi menyebarkan hoax atau berita tidak benar atau mengganggu kenyamanan warga sosial media lainnya.

Sehingga kita memang harus bijak dalam media sosial karena tidak semua status sosial harus diumbar dan tidak semua harus dikomentari karena kadang tidak semuanya penting tapi hanya sekedar info hiburan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun