Arsitektur media sosial sesungguhnya sangat mirip dengan arsitektur interior warung. Tak ada sekat sekat disana. Orang duduk dan berkerumun dengan bebas, tak ada jarak sosial maupun jarak psikologis dan orang yang tidak saling mengenal bisa saling berbincang dengan riuhnya.
Jika kita cermati secara serius, benarkah teman teman di media sosial kita entah itu Facebook, Instagram dan follower You tube benar benar teman yang kita kenal?
Tentu tidak karena di media sosial semua bebas berteman tanpa perlu mengetahui asal usul dan latar belakang sang teman teman di media sosial.
Karena adanya faktor ingin diikuti dan saling mengikuti sehingga kita akan mudah menyetujui permintaan pertemanan selama awalnya kita pandang positif dan menambah jumlah penggemar apalagi jika yang memiki halaman bisnis di sosial media besar kecilnya jumlah teman atau pengikut sangat menentukan prospek dan target pemasaran pada produk yang jual
Semakin banyak teman dan pengikut maka semakin besar pendapatan yang bisa diraih dari prospek pemasaran atau dari endorse iklan yang bersedia membayar aku media sosial kita
Akun sosial media kita tak ubahnya televisi dan media cetak yang dulu kita kenal dengan jumlah pemirsa televisi dan oplah media cetak yang laku di lihat dan dibaca sehingga menentukan tingkat ketersebaran dan jumlah pemirsanya yang jadi tawar besar kecilnya iklan.
Karena, semakin besar pengikut, pembaca dan penggemar setia yang mengikuti kita, semakin besar pula peluang endorse iklan yang bersedia membayar mahal
Di sosial media orang memiliki ruang untuk diakui status sosialnya, karena di media sosial orang akan berlomba lomba menunjukkan keberhasilan atau kemampuannya diluar kenyataan benar atau tidaknya.
Tapi juga di media sosial lah ruang kritik terbuka lebar , orang bisa saling mengkritik atau memuji orang yang menurutnya tidak sejalan atau ataupun orang yag sepaham dengan alur kesenangannya.
Karena di media sosial semua status bisa diumbar walapun sang pemilik perusahaan sosial media telah juga memberi batas dan warning tidak boleh memposting status yang menyinggung suku, agama dan ras atau suatu status yang terindikasi menyebarkan hoax atau berita tidak benar atau mengganggu kenyamanan warga sosial media lainnya.
Sehingga kita memang harus bijak dalam media sosial karena tidak semua status sosial harus diumbar dan tidak semua harus dikomentari karena kadang tidak semuanya penting tapi hanya sekedar info hiburan.