Setiap orang pasti punya keinginan dan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika uang cukup, barang ada dan kesempatan datang maka semuanya akan mudah. Pingin punya hp camera 24 megapixel, motor baru, mobil  mewah  dan uangnya  tersedia, pingin pergi liburan wisata menginap di hotel bintang 5 dan naik penerbangan first class uang cukup dan waktu luang banyak. Atau cuma keinginan sederhana seperti menikmati teh panas dan pisang goreng di tempat kerja atau sekedar menikmati mie ayam atau bakso di musim hujan saat bekerja di rumah.
Tapi semua keinginan di atas memerlukan modal yang namanya uang, yang harus didapat dengan usaha dan kerja keras, karena tak ada yang namanya gratis di dunia ini. Setiap barang memiliki nilai dan tiap nilai ada harga yang harus ditukar atau dikorbankan.
Seperti orang yang bekerja sebagai karyawan tentu harus mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mendapat upah yang layak agar memenuhi kebutuhan hidup. Wiraswasta atau pengusaha juga sama malah harus siap mengorbankan modal,investasi, waktu dan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk menjalankan dan mengembangkan usaha demi satu nama yakni profit atau keuntungan.
Di zaman sekarang ada sesuatu realitas yang saya dapatkan yakni kemudahan berhutang atau meminjam uang dibanding menyisihkan uang untuk menabung. Cobalah kita pergi ke toko elektronik, ke toko peralatan rumah tangga, apalagi show room motor dan show room mobil. Mereka menawarkan jasa kemudahan yang sama yakni kemudahan membeli dengan cara ringan dan DP kecil, diawal memang mudah , tapi jika kita tidak berhati-hati bisa membuat kita terjerat hutang yang mencekik kehidupan di masa mendatang,
Sebenarnya syah-syah saja kita berhutang asalkan punya kemampuan membayar di masa depan, akan tetapi jika pendapatan di masa depan pun kita tak tahu pasti maka dipastikan kita akan kesulitan membayar angsuran, terkena tagihan bunga denda dan sebagainya dan hal buruk saat kita menunggak dengan jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian, maka barang yang kita beli dengan cara kredit akan ditarik dan uang muka dan angsuran yang telah kita bayar berbulan-bulan juga akan hangus.
Saya punya pengalaman  nyata ,saya pernah kredit motor di suatu leasing, dan kenapa membeli kredit karena terus terang saya tidak mampu membeli tunai, karena motor yang saya taksir harganya waktu itu adalah Rp. 18.500.000 sedangkan uang yang saya punya Cuma 3 juta rupiah, untuk menabung agak sulit dan lama, lalu bisakah membeli motor dengan uang tunai Rp.3000.000,- jawabnya bisa tapi yang kita dapat adalah motor lama keluaran 10 tahun yang lalu atau motor tua yang biasa perawatannya mungkin lebih mahal kalau tidak dirawat dengan baik.
Dan dengan jasa leasing saya bisa mengambil motor baru seharga Rp. 18.500.000 dengan uang muka Rp.3000.000,-  dengan cicilan waktu itu Rp.728.000, selama 24 bulan dan jika dihitung hutang saya adalah Rp. 15.500.000 dengan cicilan 24 bulan atau  24 x  728.000  = 17.472.000 plus ditambah uang muka total biaya saya selama dua tahun membeli motor kredit adalah Rp.20.742.000 atau ada tambahan biaya bunga sebesar Rp. 2.242.000  atau bunga tambahan 12, 02 persen dibanding membeli secara tunai.
Jika kita membayar lancar maka selama 24 bulan kedepan maka motor dan BPKBnya akan menjadi milik kita dan bila macet apalagi lebih  dari 2 bulan, maka siap-siaplah motor kita akan ditarik atau disita pihak leasing walaupun kita telah membayar cicilan 10 x maka siaplah angsuran kita senilai Rp.7.280.000,- plus uang muka Rp.3000.000,- atau total Rp. 10.280.0000,- hangus karena kita dianggap melanggar janji atau wan prestasi terhadap kontrak pembayaran yang ditandatangani lewat perjanjian FIDUSIA.
Dan hal terburuk motor disita dan akan dilelang kalau ada kelebihan dari sisa angsuraun perjanjian barulah uang kita dikembalikan setelah dipotong dari nilai penjualan lelang dan hal mustahil dapat lebih karena harga kendaraan setelah 10 bulan atau hampir setahun pasti menyusut atau turun, motor yang tadi barunya senilai Rp.18.500.000 jika lewat dari 10 bulan atau hampir setahun harganya paling tidak sudah berkurang Rp.5000.000 hingga tinggal Rp.13.500.000 saja ini berbeda dengan membeli rumah atau tanah secara kredit yang harganya pasti naik.
Dan hebatnya jika kita jadi debitur lancar, pembayaran angsuran full tetap waktu maka kita akan dapat tawaran hutang baru, seperti yang juga saya alami di pameran toko komputer , kebetulan saya butuh komputer dengan spek yang sesuai dengan pekerjaan saya , masalahnya uang saya sangat-sangat terbatas, cuma punya Rp.7.00.000 tunai, dengan uang senilai itu mustahil saya dapat membeli laptop baru dengan Spek Intel i3 core yang harga rata- rata minimalnya adalah Rp.5000.000,- saat itu, ingin yang second atau bekas harga nya rata-rata masih diatas Rp.2000.000 dan hebatnya saya malah dapat tawaran dari toko komputer untuk membeli laptop seharga Rp. 5.899.000 kredit tanpa jaminan dengan modal KTP karena saya tercatat sebagai debitur lancar di leasing saya membeli kredit motor.
Jadi untuk laptop baru seharga tunai Rp.5.899.000 saya cukup membayar Rp.700.0000 dengan rincian biaya administrasi Rp.200.000 dan uang muka atau Down Payment Rp. 500.000 maka hanya 15 menit kemudian saya bisa menenteng pulang laptop  baru seharga Rp.5.899.000 pulang.
Dan dengan cicilan Rp. 641.000 selama setahun atau 12 x bayar. Jika dihitung kembali hutang saya sisa Rp. 5.899.000 -- Rp. 500.000 = Rp. 5.399.000 dan yang dibayar cicilannya total 12 X Rp. 641.000 = Â Rp. 7.692.000.
Eit jadi untuk laptop baru senilai Rp. 5.899.000 yang harga secondnya pasti jatuh tinggal 70 % tahun depan atau tinggal sekitar 3,5 juta kalau masih bagus, saya harus membayar total Rp.7.692.000 ditambah biaya administrasi Rp.200.000 total Rp. 7.892.000 hutang saya yang harus dilunasi begitu tanda tangan kontrak perjanjian pembelian laptop secara kredit dan bila dihitung bunganya adalah sebesar 30,54 atau 2,5 persen perbulan.
Dan yang pasti ada tambahan beban hutang saya yang harus membayar cicilan motor Rp.728.000, sebulan karena baru 5 x membayar angsuran, sisa 5 x pelunasan ditambah hutang baru membeli laptop dengan cicilan Rp.641.000 dan  eng I eng hutang angsuran bertambah tiap bulan menjadi Rp. 1.369.000 artinya mulai bulan depan saya harus mempersiapkan biaya atau beban angsuran kredit sebesar Rp.1.369.000 perbulan, kalau pendapatan atau pemasukan bertambah mungkin tidak jadi masalah misal pendapatan semula Rp.5000.000 dikurang angsuran maka jadi sisa Rp.3.631.000 .
Bagaimana kalau pendapatan tidak tetap bahkan berkurang, maka beban hidup akan bertambah berat. Dan nyatanya saya masih lancar membayar angsuran meski terlambat dan terseok-seok padahal kalau uang sejumlah Rp. 1.369.000 itu saya tabung dalam setahun maka jumlahnya mencapai Rp. 16.428.000 jumlah yang sangat besar bagi orang kecil seperti saya, apalagi jika diinvestasikan dengan margin 10 sampai 20 % nilainya mungkin bisa jadi 20.000.000. atau bahkan lebih.
Menabung zaman sekarang terasa lebih berat bagi anak di milineal jauh lebih mudah berhutang atau membeli barang kebutuhan secara kredit. Dan suatu saat saya berharap bisa menabung bahkan berinvestasi. Karena kita tak mungkin hidup berhutang terus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H