Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya.
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
-Bob Talbert-
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kutipan tersebut bermakna bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai moral dan karakter yang baik pada murid. Setiap ilmu yang diberikan kepada murid merupakan hal yang baik yang nantinya pasti akan berguna baginya. Termasuk kemampuan berhitung yang diajarkan dapat mengembangkan kemampuan matematika dan pemecahan masalah. Lebih dari itu, hal yang sangat penting ditanamkan kepada murid adalah nilai-nilai kehidupan yang berharga, yang nantinya diterapkan di masyarakat. Nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, tenggang rasa, dan sejenisnya akan lebih dirasakan manfaatnya pada jangka panjang untuk bisa bahagia.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan menjadi pedoman dan akan berdampak pada lingkungan kita. Saat melakukan pengambilan keputusan, kita harus memperhatikan nilai yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak bertentangan dengan nilai kebajikan, dan berpihak pada murid. Adapun 3 prinsip pengambilan keputusan adalah prinsip berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Setelah memperhatikan 3 prinsip ini, kita akan mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi setiap keputusan yang diambil. Pertimbangan dan langkah sesuai dengan 9 langkah pengambilan keputusan dimana sebuah keputusan tidak dihasilkan secara kilat.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Kontribusi saya sebagai seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan antara lain dengan cara membangun lingkungan yang mendukung dan aman agar terbentuk keterbukaan antar anggota. Setelah lingkungan yang mendukung tercipta, saya akan memberdayakan semua warga sekolah. Terlebih pada murid, keputusan yang diambil harus berpihak pada murid. Keputusan yang menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan menjadi model yang ideal untuk saya terapkan. Oleh sebab itu, setiap kemajuan yang saya peroleh dari proses pengambilan keputusan akan saya evaluasi dan refleksikan agar bisa menjadi model pengambilan keputusan yang baik.
Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Maksud kutipan di atas jika dikaitkan dengan pembelajaran modul 3.1, saya berpendapat bahwa pendidikan menjadi sebuah alat yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Modul 3.1 ini meyakinkan saya bahwa setiap kebijakan bisa dibentuk melalui pengambilan keputusan yang tepat. Prinsip yang selalu dipegang dalam pengambilan keputusan adalah tanggung jawab, berpihak pada murid, dan bersumber pada nilai-nilai universal. Ketiga prinsip tersebut secara tidak langsung mengajarkan murid untuk bisa berperilaku secara etis.
Koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?Â
Patrap triloka yang merupakan salah satu filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantra yakni Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, dan  Tut Wuri Handayani memiliki makna yang sangat mendalam. Tidak hanya sebatas dipahami dalam praktik pembelajaran, namun lebih kompleks dari itu, semboyan tersebut dapat diterapkan pada level pegambil keputusan. Artinya, seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan tersebut dapat dijadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid, bertanggung jawab, dan bersumber pada nilai-nilai kebajikan.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?Â
Proses pengambilan keputusan harus berlandaskan pada 3 hal yakni selalu berpihak kepada murid, bertanggung jawab, dan bersumber pada nilai-nilai kebajikan. Jika setiap ada permasalahan yang datang menerpa, kita selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut maka kita akan terbiasa menyelesaikannya dengan baik. Setiap permasalahan harus selalu kita maknai dengan pengalaman berharga, agar hikmah dari permasalahan tersebut bisa kita petik sehingga selalu terdapat pembelajaran di dalamnya. Adanya pembelajaran dari permasalahan bisa menempa kita menjadi pemimpin yang bijaksana.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pendampingan kegiatan coaching oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Hal tersebut berguna untuk melihat keputusan yang diambil sudah sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini belum. Adanya contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran bagi saya untuk melakukan coaching di sekolah. Pada dasarnya coaching tidak memberi tahu, namun menggali potensi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya. Seorang coach hanya mengarahkan coachee untuk menemukan jalannya sendiri, dengan selalu berpegang pada nilai-nilai yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Prinsip kesetaraan dengan tidak menggurui juga akan menciptakan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Coaching terhadap murid juga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?Â
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangatlah mempengaruhi pengambilan keputusan. Dalam mengambil sebuah keputusan memerlukan pikiran yang jernih, bijak, objektif dan penuh tanggung jawab. Seseorang yang memiliki aspek sosial emosional yang rendah cenderung akan lebih gegabah dan melihat permasalahan secara subjektif. Dalam permasalahan dilema etika, perlu adanya identifikasi lebih agar pengambilan keputusan dapat dipilih yang terbaik. Seorang pemimpin pembelajaran pada setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Selain itu, pengambilan keputusan harus berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Setelah itu terapkan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:
- Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- Menentukan siapa saja yang terlibat
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
- Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Prinsip Pengambilan Keputusan
- Investigasi Opsi Trilemma
- Buat Keputusan
- Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?Â
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan akan kembali pada nilai yang dianut seorang pendidik itu sendiri. Artinya, watak dan karakteristik seseorang pastilah berbeda-beda, maka pendekatan yang dipakai seseorang dalam mengambil keputusan pastilah juga berbeda. Nilai wajib yang harus dimiliki seperti yang sudah disebutkan sebelumnya ada tiga. Nilai-nilai tersebut yang nantinya akan mempengaruhi pemikiran seorang pemimpin dalam mengambil suatu keputusan. Ditambah lagi sikap dari dalam diri seorang pemimpin yakni rasa simpati dan empati. Rasa simpati dan empati bisa membantu seorang pemimpin dalam mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Â
Pengambilan keputusan yang tepat harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Nilai-nilai tersebut harus dipegang teguh agar dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tujuannya agar murid-murid dapat belajar dengan bahagia serta bisa mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?Â
Tantangan di lingkungan untuk menjalankan pengambilan keputusan adalah belum adanya kesadaran akan kebermaknaan suatu program atau kegiatan. Jadi biasanya di lingkungan saya yang dilihat itu hanya hasil akhir, tanpa memikirkan prosesnya. Apabila sudah suatu permasalahan sudah diputuskan dan tidak ada hasilnya biasanya terjadi salah-salahan setelahnya. Hal yang harus dipahami adalah setiap kegiatan ada prosesnya, dan hasil itu tidak bisa secara instan didapatkan. Begitu juga dengan pengambilan keputusan, setiap keputusan yang diambil pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan lain yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan dilema etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga pikiran saya belum bisa fokus pada pemecahan masalah. Dengan adanya 9 langkah pengambilan keputusan, saya akan coba lakukan untuk dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?Â
Pengambilan keputusan yang kita ambil dapat berpengaruh untuk bisa memerdekakan murid-murid melalui pembelajaran yang berpihak pada murid. Sesuai dengan pemahaman yang dibawa kurikulum merdeka yakni merdeka belajar, artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi dan mengarahkan sesuai dengan bakat dan minat yang sudah ada. Cara untuk memutuskan pembelajaran yang tepat, bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa diberikan pilihan-pilihan yang bervariasi dalam hal materi pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?Â
Pemimpin pembelajaran hendaknya selalu mengusahakan keputusan yang berpihak pada murid. Adapun prinsip pengambilan keputusan yaitu ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Semua prinsip tersebut orientasinya selalu mengedepankan kebaikan untuk masa depan murid. Guru sebagai fasilitator berperan menuntun sekaligus menjadi teladan yang dapat ditiru oleh murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan terbayang dalam pikiran murid. Bisa jadi memori tersebut mempengaruhi murid dalam mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?Â
Kesimpulan akhir dari pemebelajaran modul 3.1 adalah bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru hendaknya dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai -- nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid. Ketiga nilai-nilai tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, yakni menuntun murid untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat, sesuai dengan kodrat zaman dan alam. Peran guru penggerak yakni berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif . Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus mengaplikasikan kelima peran guru penggerak tersebut. Guru diharapkan menjadi pemrakarsa perubahan, hal ini melibatkan banyak pengambilan keputusan yang besar. Sebagai acuan guru dapat menyusun visi yang berorientasi ke depan untuk diri, murid, dan sekolah secara keseluruhan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan BAGJA  (Buat Pertanyaan -- Ambil Pelajaran -- Gali Mimpi -- Atur Eksekusi -- Jabarkan Rencana). Langkah -- langkah tersebut dapat dipahami bahwa setiap keputusan membuat suatu perubahan semuanya mengedepankan manfaat dan evaluasi untuk memastikan apa yang dijalankan adalah sesuai dengan visi masa depan. Visi  masa depan yang akan dicapai tujuannya untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan budaya positif antara lain dengan membuat keyakinan kelas maupun keyakinan sekolah. Jika terdapat penyimpangan, guru melakukan penyelesaian masalah dengan segitigita restitusi yang tujuannya menyelesaikan permasalahan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki murid. Pada tahap ini, biasanya sering muncul dilema etika dan bujukan moral yang harus dikenali dengan baik oleh pemimpin pembelajaran sehingga keputusan yang dihasilkan adalah tepat dan berdampak positif. Salah satu penerapan pembelajaran yang mendukung budaya positif adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Tujuannya untuk memfasilitasi murid dengan berbagai kemajemukan gaya belajar dan tingkat kesiapan. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus membuat suatu keputusan model dan strategi pembelajaran yang akan dipilih. Selanjutnya pada tahap penerapan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus memiliki kondisi emosi yang stabil. Kita tahu saat pembelajaran pasti ada saja perilaku murid yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran. Disinilah Kemampuan Kesadaran Sosial Emosional (KSE) harus berjalan dengan baik. KSE meliputi Kesadaran diri, Manajemen diri, Kesadaran Sosial, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. Keterampilan KSE juga dibutuhkan dalam proses coaching. Seorang coach harus mampu mengendalikan emosi dan sosialnya untuk membantu coachee untuk meningkatkan performa kerja, menemukan solusi atas permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tentunya semua aspek tersebut memiliki tujuan utama yakni, peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dilakukan melalui supervisi akademik.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?Â
Menurut pemahaman saya, dalam membuat keputusan/penyelesaian masalah ada 3 hal yang menjadi dasar utama yaitu nilai -- nilai kebajikan, dapat dipertanggungjawabkan, dan berpihak pada murid. Nilai -- nilai kebajikan ini digunakan untuk mengenali dua kasus yang bernilai benar namun bertentangan dan sebagai dasar melakukan pengujian keputusan. Prinsip yang digunakan diantaranya ends-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Setelah melalui 9 langkah peengambilan keputusan diharapkan hasil yang diperoleh merupakan keputusan terbaik dengan memaksimalkan dampak positif dan dapat diterima oleh semua pihak. Hal-hal di luar dugaan saya menganai modul ini adalah ternyata terdapat ilmu dalam pengambilan keputusan. Tidak hanya diputuskan dan kita terima dampak dari keputusan itu. Namun seorang pemimpin perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir pengambilan keputusan, khususnya yang sangat krusial menggunakan pendekatan trial and error. Jadi kita lihat dampaknya terlebih dahulu dari sebuah keputusan lalu diperbaiki di kesempatan berikutnya.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?Â
Saya pernah mengambil keputusan pada situasi dilema etika. Karena saat itu saya belum mempelajari modul ini, hal yang saya lakukan hanya melakukan diskusi dengan rekan lain yang saya anggap lebih berpengalaman. Saya tidak menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan, tetapi yang saya pikirkan saat itu adalah menghindari keputusan yang merugikan orang lain. Perbedaan saat sekarang saya sudah mempelajari modul ini yakni, modul ini memberikan langkah yang pasti dalam pengambilan keputusan sehingga seorang pemimpin bisa melihat suatu permasalahan lebih kompleks. Selain itu, langkah-langkah penyelesaiannya yang sistematis bisa mengkonstruksi pemikiran pemimpin untuk dapat berpikir kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan.
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?Â
Konsep yang saya pelajari memberikan dampak besar bagi pemikiran saya saat menghadapi situasi pengambilan keputusan. Sebelumnya saya hanya memikirkan keputusan yang akan diambil yang penting tidak merugikan orang lain. Ternyata tidak cukup hanya itu saja, banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Konsep pengambilan dan pengujian keputusan juga perlu diterapkan, agar keputusan yang diambil lebih meyakinkan.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?Â
Topik dalam modul 3.1 ini sangat penting dipelajari, pertama sebagai seorang individu pastinya kita selalu dihadapkan pada posisi pengambilan keputusan. Konsep yang dipelajari di modul ini sangat relate jika diterapkan sebagai seorang individu, sekaligus dengan menerapkan konsep ini kita juga belajar untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang lebih besar jika nantinya kita mendapat tugas sebagai seorang pemimpin. Kedua, lebih-lebih sebagai pemimpin sudah menjadi kewajiban seorang pemimpin biasa menggunakan konsep pengambilan keputusan ini dengan baik agar keputusan yang diambil dapat memajukan institusi serta tidak menghambat kemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H