Berdasarkan latar belakang sejarah panjang perjuangan pemuda dan mahasiswa Indonesia. Lantas, dewasa ini faktor apa yang mempengaruhi berkurangnya nalar kritis pada mahasiswa ? Bagaimana solusi untuk membangun kembali nalar kritis mahasiswa tersebut ?
Puluhan tahun berlalu, kekuasan berubah , zaman berubah, teknologi berkembang. Dimana mahasiswa sebelumnya tidak terpapar dengan kenikmatan teknologi berubah menjadi mahasiwa yang telah bergantung dengan teknologi. Apakah teknologi ini salah ? Teknologi memang dapat memudahkan manusia di zaman yang modern seperti ini jika digunakan dengan baik dan bijak. Tetapi, saat ini teknologi bagaikan racun yang mematikan bagi generasi muda Indonesia.
 Mereka tidak lagi duduk berdiskusi tentang bangsa ini, melainkan mereka duduk membahas apapun tentang media sosial bahkan mereka sibuk dengan game yang tersaji di smartphone mereka. Sedangkan bangsa ini tetap membutuhkan kaum intelektual seperti mahasiswa dan pemuda yang kritis untuk membangun bangsa.Â
Mereka seperti telah melupakan Bangunlah jiwanya , bangunlah badannya untuk Indonesia Raya , dalam artian membangun manusia Indonesia bukan hanya membangun badannya (fisik) saja, tetapi seharusnya juga membangun jiwanya (ruh dan semangat pelakunya) untuk kemajuan dan kebesaran Indonesia Raya.Â
Kaum intelektual tidak seharusnya tunduk pada kekuasaan, mereka harus kritis agar dialektika dapat terjadi, tesis dan antitesis bermunculan. Dengan nalar kritis, muncul lah berbagai sudut pandang mengenai kebijakan kebijakan yang telah diperbuat pemerintah, dengan tujuan untuk membangun bangsa ini.Â
Karena pada dasarnya kritik itu membangun, bagaimana negara ini bisa bangun dari keterpurukan jika rakyat bahkan kaum intelektualnya hanya tunduk pada kekuasaan.Â
Dewasa ini, solusi untuk membangun jiwa nasionalisme para pemuda khususnya dikalangan mahasiswa sebagai kaum intelektual tidaklah mudah. Mereka lebih senang berkecimpung di dunia maya dan bermain game ketimbang meningkatkan daya kritis mereka dengan berliterasi. Karena sesuai dengan cita cita bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945Â memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.Â
Membaca merupakan salah satu cara untuk meningkatkan literasi, dengan daya literasi yang tinggi secara tidak langsung pemahaman mereka akan segala persoalan akan bangkit sehingga dapat timbul nalar kritis terhadap persoalan tersebut. Literasi juga dapat menangkal penyebaran berita hoax yang marak pada saat ini, berita hoax sangat mudah menyebar di media sosial akibat rendahnya kemampuan berliterasi.Â
Dengan minat membaca yang tinggi, maka ketika mendapat informasi, mereka akan mencari tau terlebih dahulu sumber kebenaran informasi tersebut dan dapat menyimpulkan sendiri apa sebenarnya maksud dari informasi tersebut, bahkan mereka akan meng-kritik informasi tersebut jika mereka menganggap itu tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan, maka timbulah nalar kritis itu.Â
Kalangan Mahasiswa pada saat ini memang krisis nalar kritis, bagaimana kita dapat memajukan kesejahteraan umum dan membangun suatu bangsa jika jiwa kritis para pemuda dan terutama di kalangan mahasiswa sangatlah minim.Â
Sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya kemana semangat jiwa nasionalisme mahasiswa saat ini, apakah mereka para mahasiswa tertidur pulas dalam kenikmatan teknologi, maka ini saatnya mahasiswa bangun. Kritiklah sesuatu jika memang pantas di kritik, jangan hanya bungkam pada penindasan. Bungkam pada penindasan merupakan pengkhianatan terbesar kaum intelektual.Â