Si Pengkhayal, yang belum pernah merasakan cinta sejati, mulai jatuh hati pada Nastenka. Namun, Nastenka sebenarnya sedang menunggu kepulangan pria lain yang pernah berjanji akan kembali untuknya.
Si Pengkhayal walaupun begitu membantu Nastenka untuk bertemu pria tersebut sembari memendam rasa suka. Pria yang ditunggu Nastenka tidak kunjung tiba dan akhirnya Nastenka memberi harapan bahwa dia mungkin bisa mencintai Si Pengkhayal. Namun, kebahagiaan ini singkat karena pria yang ditunggu Nastenka akhirnya kembali, dan dengan penuh sukacita, ia segera meninggalkan si Pengkhayal.
Kisah ini berakhir dengan Si Pengkhayal yang patah hati, menyadari bahwa ia hanyalah seorang second choice dalam hidup Nastenka. Meski hatinya hancur, ia tetap mengenang momen singkat mereka bersama sebagai salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidupnya.
Â
Kaitannya dengan Backburner dan Second Choice Masa Kini
Istilah Backburner saat ini sedang viral dikarenakan judul lagu penyanyi Niki yang memiliki nama sama. Backburner didefinisikan sebagai seseorang yang tetap dijaga dalam lingkaran perhatian sebagai opsi romantis, meskipun hubungan serius tidak terjadi saat ini. Second Choice sebenarnya mirip dengan Backburner, tetapi lebih mengarah pada seseorang yang hanya dijadikan pelarian tanpa hubungan emosional yang kuat. Â
Pada cerita White Nights, SI Pengkhayal dijadikan Backburner sekaligus Second choice oleh si Nastenka karena pria yang dicarinya tidak kunjung datang. Nastenka masih memiliki hubungan dengan Si Pengkhayal walau dia tahu bahwa bukan Si Pengkhayal yang diinginkannya pada awalnya. Setelah tiba-tiba pria yang dicari Nastenka muncul, Si Pengkhayal lantas ditinggalkan.
Sebuah Dinamika Psikologis yang Menakjubkan dalam Sebuah Karya Sastra
Terlepas dari tragisnya kisah cinta dari White Nights, karya Dostoevsky ini menyajikan dinamika psikologis yang dirangkai dalam setiap frasa yang khas ala Dostoevsky. Pertentangan yang hadir antara membantu Nastenka tanpa melibatkan perasaan hingga akhirnya Si Pengkhayal mengungkapkan perasaannya kepada Nastenka walau dirinya tahu bahwa bukan dia yang dicintainya membawa kita pada sebuah konflik batin yang unik.
Ciri khas karya Dostoevsky memang melibatkan pertentangan moral, batin, dan logika yang dibalut dengan kata-kata yang puitis dan seolah memberikan kita sebuah angin segar akan cerita bahagia tapi pada akhirnya kita menerima akhir yang tragis nan realistis.