Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Dinamika Psikologi Cinta: Antara Self-love, Narsisme, dan Cinta Sejati

3 Agustus 2023   16:56 Diperbarui: 3 Agustus 2023   21:04 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com/terimakasih0

Cinta Sejati adalah "meng-ada", bukan "memiliki"

Ilustrasi. Sumber: pixabay.com/terimakasih0
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com/terimakasih0

Kita telah membahas sebelumnya tentang narsisme yang berkedok cinta, lalu bagaimana cinta yang sejati itu? 

Memakai teori Maslow yang tadi, cinta yang sejati bukanlah D-love yang berusaha menutupi kekurangan akan cinta tapi being of love atau cinta yang menjadilah yang merupakan cinta paling ideal.

B-love adalah suatu pencapaian psikologis dimana seseorang telah "meng-ada" dan "menjadi" karena cinta yang ada dalam dirinya telah bangkit. Tidak ada kata insecure, egois, dan malas bagi mereka yang telah membangkitkan cinta sejati. Cinta sejati ini memunculkan potensi kepribadian yang orang tersebut miliki.

Kebanyakan cinta yang berdasarkan narsisme & egoisme berlandaskan pada rasa memiliki. Rasa dimana pasangannya adalah benda yang harus dijaga, dimiliki, maupun diperlakukan layaknya mesin pengabul permintaan. Maka dengan hal tersebut dia merendahkan pasangan yang dicintainya sebagai barang pasif.

Cinta yang sebenarnya adalah sebuah keadaan menerima apapun sifat pasangan maupun dirinya sendiri. Suatu kondisi dimana dia menjadi dirinya tanpa kekangan, tanpa paksaan, & tanpa kebohongan. 

Pasangan yang memiliki cinta sejati bukan membentuk ikatan ketergantungan parasitisme tapi membuat ikatan yang membangun antara keduanya.

Rasa milik bukan hal yang penting dalam cinta yang sejati. Rasa memiliki berubah menjadi rasa "meng-ada", sebuah konsep eksistensial akan kedua belah diri. Kedua pihak ini tidak memaksakan kehendak masing-masing & tidak menipu diri mereka juga atas keputusan pihak lainnya.

Pada cinta yang sejati itu kita menjalin diri dengan dunia, kedua pihak tidak menjadi pasif & malas namun keduanya menjadi dua pihak yang produktif & berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun