Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Alasan Psikologis Maraknya "Mengemis Online"

21 Januari 2023   20:23 Diperbarui: 22 Januari 2023   11:00 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengemis online. Sumber: Pixabay.com/Gerd Altmann 

Tiktok, salah satu paltform video pendek yang juga dapat digunakan untuk live streaming menjadi banyak diperbincangkan karena adanya seorang wanita lansia yang sengaja mandi lumpur guna mendapatkan gift koin yang dapat ditukarkan menjadi sejumlah uang. 

Akun Tiktok bernama TM Mud Bath merupakan sumber dari live streaming yang mengekspoitasi orang tua ini.

Sebetulnya mandi-mandi lumpur untuk menjadi konten live ini sudah banyak dilakukan dan bukan merupakan hal baru dan hanya saja yang melakukan didomiasi oleh para anak muda. 

Tapi kita tahu bahwa hal ini merupakan sebuah hiburan dimana kita diperlihatkan tingkah konyol mereka. Saat pelakunya berganti menjadi seorang lansia-lah membuat warganet merasa geram karena tidak mungkin seorang lansia akan kuat mandi lumpur dengan sengaja, pasti ada seseorang yang memaksanya melakukan hal tersebut.

"Mengemis online" ini juga pernah dilakukan oleh para pengungsi dari negara konflik seperti Suriah dan lain sebagainya, dengan mengatakan terima kasih kepada negara yang memberikan dan juga berkata mencintai negara tersebut seperti " I Love Indonesia" menjadi cara bagi mereka untuk menarik simpati orang-orang untuk memberi gift.

Kegiatan mengemis online ini jika kita lihat dapat saja merupakan suatu modus pemerasan dan eksploitasi orang-orang yang tidak mampu untuk mau menarik simpati sedangkan oknum pemeras akan memberikan fasilitas berupa smartphone dan lain sebagainya untuk mereka gunakan.

Orang yang tidak mampu ini akan diberi upah yang sedikit atau tidak bahkan sama sekali dari hasil gift tadi oleh para oknum.

Lantas mengapa banyak orang mau untuk mengemis online? Ada beberapa alasan yang mungkin berkaitan dengan psikologis seseorang sehingga dia terpaksa maupun sukarela mengemis secara online.

Social Facilitation Effect

Indonesia merupakan negara paling dermawan menurut survei dari World Giving Index 2022. Kesadaran sosial orang-orang di Indonesia sangatlah baik dilihat dari rasa saling membantu dan tolong-menolongnya jika melihat orang kesesusahan. Rasa sosial yang tinggi ini membuat beberapa orang memanfaatkan rasa kedermawanan ini.

Dalam istilah psikologi sosial ada yang dinamakan Social Facilitation Effect, suatu efek sosial dimana seseorang memanfaatkan sebuah keuntungan sosial dari kelompok atau masyarakat tertentu. 

Jika kita melihat perilaku mengemis online ini pastilah kita tahu bahwa mereka memanfaatkan kedermawanan warganet tanah air demi mendapat cuan.

Fasilitas sosial yang diberikan dari kedermawanan warga indonesia yang terkenal dermawan itulah yang membuat maraknya mengemis online.

Self-Esteem yang Rendah

Orang yang memilik harga diri yang tinggi sudah pasti tidak mungkin mengemis demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Meminta-minta pasti melukai harga diri setiap orang yang sehat mentalnya namun dalam beberapa kondisi membuat seseorang menurunkan harga dirinya untuk mengemis.

Mengemis ini erat kaitannya dengan rendahnya Self-Esteem pada diri seseorang. Self-Esteem sendiri adalah sebuah penilaian terkait harga diri, kepercayaan diri, dan segala macam pandangan mengenai dirinya. 

Self-esteem yang rendah ini bisa desebabkan oleh berbagai faktor seperti ekonomi, lingkungan, dan pendidikan tentunya.

FOMO dari Perkembangan Media Sosial

Perkembangan media sosial yang amat pesat membuat berbagai aspek kehidupan kita juga sedikit berubah. Setiap orang tidak mau ketinggalan berbagai hal yang sedang trend di Internet. 

Dalam hal ini live streaming sebagai sumber penghasilan juga banyak digandrungi banyak orang yang pada akhirnya memicu mengemis online yang marak terjadi ini.

Istilah yang tepat untuk hal ini adala Fear Of Missing Out (FOMO), yaitu keadaan dimana seseorang tidak mau ketinggalan trend dan juga jika dia tidak melakukan trend tersebut maka dirinya merasa ketakutan dibilang ketinggalan zaman. 

Walaupun diawal banyak orang berniat mempergunakan live streaming untuk menghasilkan uang, namun konten yang dipertontonkan mereka adalah menarik simpati yang tak jauh dari kata mengemis.

FOMO yang berlebihan ini membuat banyak orang ingin live streaming demi mendapatkan uang tapi lupa akan konten yang disiarkan menjurus pada meminta-minta.

Fenomena mengemis ini memang memiliki motif psikologi yang amat sangat banyak jika kita lihat per individu yang melakukannya, namun sebagian besar penyebabnya disebabkan oleh tiga hal diatas. 

Untuk mengatasi hal-hal tersebut amat diharapkan kita bijak dalam memberi gift kepada para pengemis tersebut, lebih baik tidak memberikan mereka gift agar mereka mau berhenti untuk melakukan hal tersebut.

Mengemis online adalah hasil dari perkembangan sosial media yang membuat tata cara mengemis konvensional seperti meminta-minta dipinggir jalan masuk ke dalam layar ponsel pintar kita. Dan yang lebih parahnya banyak metode meminta-minta ini yang terbilang menyakiti si peminta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun