Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Pikir-Pikir Dulu Jika Ingin PDKT Pada Masa Kuliah

10 Oktober 2022   17:58 Diperbarui: 11 Oktober 2022   19:20 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedang melakukan PDKT. (Sumber: pixabay.com/manhhongdldhv)

Kisah cinta memang tidak pernah dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan cinta kita dapat menyusuri padang berduri tanpa alas kaki atau nekat bertemu malaikat maut lewat sebotol racun seperti kisah cinta Romeo dan Juliet. 

Cinta sangat indah dan mengagumkan, namun di sisi lain sangat tidak masuk akal dan dekat dengan gejala skizoid.

Ok, cukup kata-kata puitisnya. Mari masuk bahasan esai ini tentang hubungan asmara di masa kuliah. Saya berpendapat bahwa ada perbedaan besar yang ada pada kisah-kasih masa sekolah dan di masa kuliah. 

Sebuah perbedaan yang terjadi karena perbedaan fase perkembangan psikologis manusia yang saya akan jabarkan dengan pendekatan psikologi.

Masalah Dewasa Awal tentang Kesendirian

Masa dewasa awal (18-25 tahun) adalah salah satu masa yang sangat berbeda dengan masa remaja. Pada masa dewasa awal lah kita banyak menemui permasalahan transisi dari remaja ke orang dewasa. Kita pasti tidak asing dengan quarter life crisis yang ada pada masa perkembanagan ini.

Erik Erikson dalam teori psikosial-nya menjelaskan pada tahap ini manusia dihadapkan dengan masa keintiman versus kesendirian (intimacy vs isolatery). 

Masa kuliah yang jelas tentu ada di masa dewasa awal menjadi sebuah masa yang mana kita dituntut untuk mandiri dan hal ini membuat kita terkadang jadi sendiri.

Untuk hal itulah terkadang masa kuliah banyak orang yang mencari pasangan untuk menutupi kesendirian mereka. Tidak seperti masa sekolah atau remaja yang kita mencari pasangan hanya untuk mengekspresikan dorongan pubertas yang muncul pada waktu itu, pada masa ini kita harus membuat diri kita tidak dalam kesendirian karena perkembangan psikologis kita.

Mahasiswa Perantau dan Kisah Cinta Mereka

Mengenai kesendirian akan masa dewasa awal ini saya punya pendapat tentang para mahasiswa maupun mahasiswi yang tinggal di perantauan.

Hal ini berasal dari observasi saya pribadi di mana kebanyakan para pelajar ini cenderung lebih ingin pacaran ketimbang yang berasal dari daerah sekitar. Dan ini jelas pasti karena keasingan mereka akan tempat belajar mereka.

Saya sendiri memaklumi ada beberapa orang yang ketika berada di tempat perantauan merasa sepi dan sendiri sehingga cepat-cepat ingin punya pasangan untuk mengobati kesendirian itu. 

Ada yang berpacaran dari teman sedaerah yang membuat kerinduan akan kampung halaman jadi sedikit terobati. Namun ada juga yang menjalin hubungan dengan orang lokal agar lebih bisa mengenal tempat rantaunya. 

Dan bahkan ada juga yang sesama anak rantau berbeda daerah karena mungkin merasakan hal yang sama jauh dari rumah.

Walaupun begitu patut kita sadari bahwa mungkin tidak semua tapi kebanyakan para perantau ini hanya mengambil rasa kenyamanan berpacaran dan setelah dia kembali ke rumahnya maka cinta yang kalian jalin bisa berbeda. 

Kamu mungkin hanya rumah kedua bagi keterasingannya di tanah tempat dia menempuh pendidikan ini dan saat ia pulang maka "rumah aslinya" muncul.

Hindari D-Love dan Jadikan Cintamu B-Love

Terkait cinta dan PDKT ini saya jadi ingat teori dari Abraham Maslow tentang Piramida Kebutuhan-nya (Hierarcy of Needs), dan salah satu dari kebutuhan tersebut ada need of love dimana kita membutuhkan cinta agar aktualisasi diri kita terpenuhi. Maslow membagi cinta itu menjadi dua yakni Deficiency of Love (D-Love) dan Being of Love (B-Love).

D-love adalah sebuah cinta yang terjadi karena kebutuhan akan cinta dalam dirinya agar cepat-cepat terpenuhi. Tipe cinta inilah yang ingin selalu memiliki tanpa memberi, ingin selalu menerima dan menuntut apa saja dari pasangannya. 

Saya pernah punya teman yang sepertinya tipe cintanya D-Love terbukti dari dia deketin banyak cowok karena ingin dapat pacar. Walaupun dia akhirnya dapet pacar tapi harus dibayar dengan dia harus dilabeli Pick-me Girl.

Sedangkan B-Love bisa jadi kebalikannya dimana inilah cinta apa adanya. Cinta yang tidak memandang kekurangan dan fokus memberi.

Saling menghargai dan saling menghormati, tidak mengekang dan membiarkan pasangannya berkembang sesuai apa yang diinginkannya. Cinta ini tidak egois dan sangat membangun.

Jadi ingin cinta seperti apa yang ingin kamu jalani sebelum PDKT?

Ilustrasi. Sumber: pixabay.com
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com

Narsisme dan Ambievalensi Sifat Manusia

Saya pernah membaca dari buku Akar Kekerasan karya Erich Fromm yang bilang bahwa kebanyakan manusia itu menjalin cinta dengan pasangannya bukan karena saling mencintai tapi karena dasar narsisme belaka. 

Ya, narsisme yang membuat kita merasa jadi orang yang pantas dicintai dan disayangi.

Narsisme atau narsistik membutakan setiap penilaian diri dimana kita menjadi orang yang layak dapat sayang walau sifat asli kita seperti mak lampir. 

Banyak orang yang narsistik ini juga jago memanipulasi orang agar dirinya dicintai. Namun saat orang yang narsistik ini kehilangan cinta yang berasal dari idealismenya maka dia akan rela melakukan apa saja guna melampiaskan amarahnya termasuk tindak kekerasan tentunya.

Dan juga berbagai permasalahan yang datang dari hubungan asmara bisa jadi karena dorongan narsistik ini. Selain itu ada hal lainnya yang jadi masalah yakni ambievalensi sifat manusia. 

Biar saya jelaskan, kita selalu memandang tipe pasangan dengan bentuk ideal kita tanpa kekurangan yang seharusnya ada di diri setiap manusia.

Contonya saja saat ditanya tentang tipe pasangan idaman kita pasti menjawab berbagai kelebihan seperti cantik, ganteng, mandiri, pintar, dan seterusnya. Tapi tidak ada yang mau menjawab "saya siap menerima kekuarangan tidak mandiri, tidak pintar, dan kekurangan lainnya".

Ketidaksiapan menerima baik buruknya pasangan inilah yang menjadi banyak masalah dalam hubungan asmara.

Motivasi dari Dalam Diri

Ada beberapa orang yang karena satu sirkel pertemanannya sudah punya pacar semua jadi merasa terdorong untuk memiliki pacar. 

Dari alasan tidak ingin menjadi "nyamuk" mulu saat di tongkronngan hingga ingin dianggap mampu mencari pacar oleh teman-temannya menjadi alasan. Namun itu sebenarnya bukan niat dirinya tapi niat yang ditujukan untuk teman-temannya.

Tetapkan dalam diri kita esensi mencari pasangan sebelum memulai PDKT. Jangan malu untuk single sendiri asal kamu punya goals yang lebih penting daripada hubungan asmara. 

Namun jika esensi mencari partner hidup ada dalam dirimu dan membuat dirimu tidak bisa tidur memikirkan dia, maka itu pilihanmu.

Simpulan Opini dari Seorang Jomblo

Pasti pada bertanya dengan percintaan saya ya tapi sayangnya saya masih jomblo. Lalu apakah opini saya diatas tidak valid? Hmm.. pasti kalian tahukan pawang lumba-lumba tidak masuk lingkaran api, begitulah saya. 

Terkadang yang lebih paham masalah cinta dan memberikan solusi justru mereka yang jomblo.

Mengapa? Karena mereka yang tidak berpasangan ini cenderung lebih objektif dalam memandang. Banyak menggunakan akal yang objektif daripada hati yang subjektif membuat mereka jadi panutan solusi bagi mereka yang kasmaran. 

Lagi pula saya tidak merasa kesepian dan jelas memiliki goals kedepan dibanding mencari pasangan.

PDKT dan menjalin hubungan dengan seseorang adalah pilihan kita dimana. Ambievalensi sifat manusia serta kebutuhan akan kesendirian bisa menjadi pertimbangan bagi siapapun yang ingin menjalin asmara. 

Artikel ini mungkin tidak membahas trik maupun tip untuk dapetin gebetan kita yang cogan maupun bening tapi saya paparkan berbagai hal yang mungkin dinilai pesimistis akan cinta tapi itulah yang sebenarnya.

Tapi saya ada kata-kata romantis nan berkelas dari pendiri paham komunisme ,yakni Karl Marx tentang cinta yaitu:

"Jika cinta anda tidak bisa menimbulkan cinta orang lain, dan juga dengan memperlihatkan diri anda seorang yang mencintai tetap saja tidak membuat anda dicintai, maka cinta anda pun lemas dan celaka"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun