Narsistik atau narsisme sendiri merupakan sebuah kondisi di mana orang merasa dirinya istimewa dan penting diantara orang lain dan juga apa-apa saja yang dipercayainya (dalam masalah ini perdukunan) merupakan sebuah hal yang tidak bisa diganggu gugat.Â
Narsisme para dukun ini pada hal-hal mistis membuat mereka sulit untuk menerima kenyataan objektif.
Kita bisa lihat bagaimana mereka secara mati-matian menutupi kebohongan mereka dan secara jelas menghindari pembuktian-pembuktian rasional.Â
Mereka takut akan kebesaran yang mereka punya hilang, walaupun ya jelas kita lihat mereka tidak punya kebesaran apa-apa lagi. Para dukun narsisme ini menggabungkan diri sehingga terjadilah sebuah fanatisme, fanatik kepada dunia klenik.
Muka Tebal Demi Manfaatkan Engagement
Namun saat mereka memang tidak bisa menang sama sekali walaupun sudah berkunjung ke berbagai podcast sembari memberikan statment dan pembuktian (yang sering kali gagal), akhirnya mereka sedikit mangkir dari perilaku awalnya kepada sebuah perilaku baru, bertebal muka.
Hal ini mungkin disebabkan engagement yang naik karena perseteruan ini mengangkat branding mereka secara luas, walau tidak positif. Kata-kata yang sering mereka katakan itulah yang memperkuat branding mereka.Â
Saya sendiri dengan teman-teman sering mengatakan "Ho'oh tenan" atau "Ente kadang-kadang" sebagai guyonan.
Dan karena dukungan pada perdukunan palsu ini banyak ditentang akhirnya penghasilan mereka dari awal hilang dari situ dan ya tidak ada cara lain selain memanfaatkan engagement tadi.Â
Cara-cara yang tidak lagi mengandung hal-hal perdukunan namun kepada intervensi dunia hiburan dan juga marketing.