Juga kondisi terancam juga dapat membuat munculnya agresi. Sedangkan untuk agresi pemangsaan bagi karnivora sendiri berbeda dengan agresi defensif karena tujuannya jelas untuk pencarian makan dan termasuk agresi instrumental.Â
Agresi manusia tidak dapat disandingkan dengan agresi pemangsa karena tujuannya tidak beralasan kecuali untuk membunuh dan menyiksa.
Lalu pada bab 6 kita dijelaskan bagaimana perilaku binatang khususnya agresifitasmya berbeda dengan agresifitas milik manusia. Agresi binatang dan juga terkadang manusia disebabkan oleh keterkekangan atau hal-hal yang membatasi hak mereka.Â
Lalu penyebab lainnya yaitu keberjejalan yang jika di dunia manusia disebabkan kepadatan penduduk dan rusaknya struktur sosial. Hewan biasanya di alam bebasnya tidak terlalu agresif dibandingkan dengan habitat buatannya seperti kebun binatang.
Yang mungkin jelas terlihat perilaku agresif hewan di habitat aslinya disebabkan teritorialisme dan dominansi namun tidak seperti manusia, hewan tidak melakukan invasi secara terstruktur dan dominasi hanya dibuat untuk mengikat komunitas spesiesnya bukannya membunuh dan meyiksa anggotanya.
 Dan melalui banyak bukti observasi, J.P. Scott mengatakan bahwa mamalia memiliki faktor eksternal untuk memunculkan agresi dan bukannya dari faktor internal.Â
Lalu bab ini ditutup dengan penjelasan bahwa sarana pencegahan kekerasan pada manusia khususnya pembunuhan ada pada ikatan perasaan.
 Dalam bab selanjutnya kita dijelaskan mengenai pendekatan palaentologi yang membuktikan apakah sebenarnya dorongan agresifitas adalah bawaan atau tidak.Â
Manusia saat ini tidak memakai naluri kebinatangannya utntuk menentukan sesama spesiesnya melainkan menggunakan pikiran dan juga pembeda buatan seperti budaya, ras, agama, dan sosial yang menyebabkan mereka merasa asing bagi spesiesnya sendiri.Â
Keterasingan tersebut membuat ikatan perasaan yang menjadi pencegah kekerasan menjadi hilang.
Bukti palaentologis berupa ditemukannya Australopithechus Africanus yang merupakan omnivora karena terkadang memangsa hewan kecil seperti reptil dan mamalia kecil membuat D. Freeman merasa yakin bahwa dorongan agresif berasal dari dorongan internal karena leluhur manusia yang pemangsa.Â