Melalui konsepnya ini membuat para ilmuan yang ragu karena aspek kognitif manusia yang dapat "memilih" bisa dijelaskan.
Namun sangat disayangkan bahwa semua itu masih dikatakan kurang memjelaskan secara memuaskan manusia dengan segala kehebatannya jika perilakunya tidak dapat diinisiasikan dari dalam dirinya.Â
Walaupun begitu bukan berarti semua konsep behaviorisme ini salah kaprah namun terasa sedikit kurang bernafaskan kebebasan dalam teorinya.
Sanggahan dari Erich Fromm atas Behaviorisme yang berujung pada masyarakat sibernetik dan kapitalisme
Erich Fromm sebagai seorang psikoanalisis menyanggah teori behaviorisme dari Skinner. Dalam buku Akar Kekerasan (1973), Fromm merasa bahwa konsep behaviorisme hanya sebuah bukti dari prosedur laboratorium yang subjeknya berasal dari dunia sosial.Â
Seperti kita ketahui bahwa banyak para pendukung behaviorisme yang melakukan uji coba perilaku menggunakan subjek hewan dengan asumsi bahwa perilaku hewan sama dengan manusia dan begitu juga asal muasalnya.
Subjek seperti tikus yang dibawa ke laboratorium dan menerapkan beberapa posedur ilmiah tanpa harus mempertimbangkan bahwa interaksi sosial sangat berbeda jauh dengan penelitian yang ada di laboratorium terlebih memakai hewan sebagai subjeknya.Â
Memang secara saintifik dapat dipercayai bukti empiriknya, namun secara realitas dimana berbagai interaksi sosial berkombinasi dan bersebrangan dalam membentuk perilaku amat sangat susah diterapkan.
Jikalau perilaku memang dapat dikontrol dengan modifikasi lingkungan tersebut maka yang akan terjadi adalah terbentuknya masyarakat sibernetik yang mengandalkan ke praktisan dan juga minim kebebasan.Â
Kita tahu bahwa setiap manusia tidak pernah bebas sepenuhnya namun dengan modifikasi ini seolah mengkerdilkan hasrat manusia sendiri dalam berkembang menjadi lebih baik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!