"siapa nama kamu?" tanya Tina kepada teman masa kecilnya itu.
"Siapa aja boleh, hahaha", jawab teman Tina bercanda dengan kepolosan seorang anak kecil.
"Kamu gak bertambah tua, apa kamu hantu, dedemit, atau sejenisnya?", Tina bertanya lagi.
"Hahaha, aku memang tidak terlihat tapi jelas aku bukan yang kamu sangka itu Tina. Aku pastikan aku bukan tuyul atau sejenisnya hahaha", jawab teman masa kecilnya itu.
"Lalu siapa kamu? Kenapa aku tidak pernah tahu siapa namamu?", Tina bertanya semakin penasaran.
Lalu dengan tatapan dalam teman masa kecilnya menjawab.
"Aku adalah nuranimu kala kanak-kanak yang melihat dunia ini penuh kecerian dan kebahagiaan, pandangan yang tidak berubah menjadi suram dan dingin karena perlakuan buruk satu-dua orang dan selalu memandang dunia penuh warna dengan perasaan baik tanpa batas".
"Bukankah itu yang disebut kepolosan?, saat dewasa kita tidak mungkin membawa kepolosan ikut serta jika ingin bertahan didunia dewasa yang keras", tanya Tina kepada temannya.
"Ya itu yang dikatakan oleh mereka yang dewasa. Pada akhirnya mereka membuat dunia yang mereka pandang menjadi tempat keluarnya si nasib buruk. Buat mereka terkurung dalam dunia keras yang mereka sendiri buat."
"Pada dasarnya mereka tidak tahu bahwa dari merekalah perasaan suram itu muncul", jawab teman Tina.
Tina terdiam dan temannya itu melanjutkan mendeskripsikan dirinya.