Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Seorang Pahlawan Membutuhkan Pengakuan?

10 November 2021   17:29 Diperbarui: 10 November 2021   17:42 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari ini tepatnya tanggal 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan. Kita mengetahui bahwa tujuh puluh enam tahun yang lalu para pahlawan dengan gigihnya mempertaruhkan jiwa raga untuk mengusir para penjajah. Oleh karena itu, sangat harus kita untuk menghormati jasa-jasa mereka.

Penghormatan para pahlawan itu yaitu dengan menjaga keutuhan dan juga keamanan negara kita tercinta ini. Karena mereka telah berjuang bahkan merelakan nyawa mereka demi berdiri kokohnya tanah air tercinta ini. Menjaga peraturan serta kerukunan dapat menjadi suatu simbol penghormatan bagi mereka.

Namun ada yang membuat saya berpikir sejenak, yaitu apakah seorang pahlawan selalu mengharap pengakuan dari para penerusnya?. Apakah nama "pahlawan" selalu disematkan dari kita setelah kita melihat jasa mereka?. Lalu beberapa orang tokoh kemerdekaan yang mungkin bersebrangan pemikiran dengan kita, apakah mereka bukan seorang pahlawan?.

Pertanyaan mengenai pahlawan ini terus berkutat di pikiran saya. Sejatinya bagaimana seorang pahlawan itu dapat dijadikan pahlawan?. Mungkin yang jelas kita ketahui seorang dapat dianggap sebagai pahlawan jika telah melakukan suatu manfaat atau jasa bagi kehidupan kita saat ini dan kita mengakui akan manfaat dan jasanya tersebut.

Menjadi seorang pahlawan merupakan sebuah penghargaan terbesar bagi hidup seseorang. Tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui namun juga beberapa pahlawan di sekitar kita seperti orang tua dalam keluarga dan pekerjaan seperti perawat, doktor, polisi, dan sebagainya.

Pekerjaan tersebut diakui oleh kita dan membuat kita memberi mereka gelar seorang pahlawan.
Walau begitu, kadang beberapa orang tidak kita sadari dan akui kebermanfaatan jasanya, baik di masa lampau atau masa sekarang.

 Bahkan mungkin dikarenakan suatu pergolakan politik saat itu membuat beberapa tokoh dikaburkan jasanya. Hal tersebut membuat mereka kadang dilihat sebagai pengkhianat maupaun penjahat.

Hal tersebut membuat keobjektifan gelar "Pahlawan" menjadi kabur. Bahkan banyak orang juga masih secara subjektif menerima jasa para pahlawan. 

Pandangan yang subjektif ini berasal mungkin dari pilihan politik dan pandangan tertentu. Gelar pahlawan menjadi gamang dikarenakan persepsi setiap orang.

Kita hanya dapat mengetahui sesiapa saja para pahlawan nasional dari pengesahan pemerintah terhadap suatu tokoh. Sedangkan pemerintah berdiri dari kekuatan politik yang mendominasi atau mengalahkan pemilu. Mungkin saja beberapa gelar pahlawan dipergunakan untuk propaganda menguatkan partai sendiri ataupun menjatuhkan lawan.

Setelah melihat kenyataan tersebut saya peroleh kesimpulan bahwa mungkin seorang pahlawan merupakan suatu gelar subjektif dari setiap orang. Setiap pahlawan mungkin adalah suatu figur yang kita ciptakan sendiri karena jasa-jasanya dalam hidup kita. 

Dan karena bebrapa hal, beberapa orang yang jasanya tidak terlihat dan tidak diterima dengan baik oleh kita, tidak mendapat gelar tersebut.

Lalu bagaimana perasaan beberapa orang yang berjasa namun tidak mendapat pengakuan tersebut?. Sejatinya seorang pahlawan sejati itu tak akan meminta imbalan dari orang yang diselamatkannya itu. 

Mereka berjuang demi kemakmuran dan kesejahteraan kita semata namun tidak untuk tujuan remeh temeh seperti pujian dan sanjungan.

Kita tahu dulu Presiden Soekarno pernah menjadi tahanan rumah dan tidak diperlakukan dengan baik saat masa orde baru, namun beliau tidak merasa tidak dihargai sebagai pahlawan karena tujuan utamanya yaitu keutuhan tanah air tercinta kita. Begitu pula dengan para pahlwan lainnya yang pernah dijadikan tahanan politik pada zaman setelah kemerdekaan.

Oleh karena itu, saya rasa seorang pahlawan tidak butuh pengakuan atas jasa-jasanya karena mengumpulkan suatu pengakuan bukan tugas mereka. 

Tugas kitalah sebagai penerus bangsa untuk mengakui dan menghormati mereka terlepas dari pandangan serta ideologi politik yang mereka anut.


Karena kita tahu bahwa tujuan utama mereka adalah keutuhan dan keselamatan bangsa kita dan karena itu jadi kewajiban kita saat ini disamping menghormati mereka dengan sepenuh hati.


Selamat Hari Pahlawan.


*****


(Rahmad Alam)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun