Pada hari ini tepatnya tanggal 10 November, diperingati sebagai hari pahlawan. Kita mengetahui bahwa tujuh puluh enam tahun yang lalu para pahlawan dengan gigihnya mempertaruhkan jiwa raga untuk mengusir para penjajah. Oleh karena itu, sangat harus kita untuk menghormati jasa-jasa mereka.
Penghormatan para pahlawan itu yaitu dengan menjaga keutuhan dan juga keamanan negara kita tercinta ini. Karena mereka telah berjuang bahkan merelakan nyawa mereka demi berdiri kokohnya tanah air tercinta ini. Menjaga peraturan serta kerukunan dapat menjadi suatu simbol penghormatan bagi mereka.
Namun ada yang membuat saya berpikir sejenak, yaitu apakah seorang pahlawan selalu mengharap pengakuan dari para penerusnya?. Apakah nama "pahlawan" selalu disematkan dari kita setelah kita melihat jasa mereka?. Lalu beberapa orang tokoh kemerdekaan yang mungkin bersebrangan pemikiran dengan kita, apakah mereka bukan seorang pahlawan?.
Pertanyaan mengenai pahlawan ini terus berkutat di pikiran saya. Sejatinya bagaimana seorang pahlawan itu dapat dijadikan pahlawan?. Mungkin yang jelas kita ketahui seorang dapat dianggap sebagai pahlawan jika telah melakukan suatu manfaat atau jasa bagi kehidupan kita saat ini dan kita mengakui akan manfaat dan jasanya tersebut.
Menjadi seorang pahlawan merupakan sebuah penghargaan terbesar bagi hidup seseorang. Tidak hanya para pahlawan nasional yang diakui namun juga beberapa pahlawan di sekitar kita seperti orang tua dalam keluarga dan pekerjaan seperti perawat, doktor, polisi, dan sebagainya.
Pekerjaan tersebut diakui oleh kita dan membuat kita memberi mereka gelar seorang pahlawan.
Walau begitu, kadang beberapa orang tidak kita sadari dan akui kebermanfaatan jasanya, baik di masa lampau atau masa sekarang.
 Bahkan mungkin dikarenakan suatu pergolakan politik saat itu membuat beberapa tokoh dikaburkan jasanya. Hal tersebut membuat mereka kadang dilihat sebagai pengkhianat maupaun penjahat.
Hal tersebut membuat keobjektifan gelar "Pahlawan" menjadi kabur. Bahkan banyak orang juga masih secara subjektif menerima jasa para pahlawan.Â
Pandangan yang subjektif ini berasal mungkin dari pilihan politik dan pandangan tertentu. Gelar pahlawan menjadi gamang dikarenakan persepsi setiap orang.
Kita hanya dapat mengetahui sesiapa saja para pahlawan nasional dari pengesahan pemerintah terhadap suatu tokoh. Sedangkan pemerintah berdiri dari kekuatan politik yang mendominasi atau mengalahkan pemilu. Mungkin saja beberapa gelar pahlawan dipergunakan untuk propaganda menguatkan partai sendiri ataupun menjatuhkan lawan.
Setelah melihat kenyataan tersebut saya peroleh kesimpulan bahwa mungkin seorang pahlawan merupakan suatu gelar subjektif dari setiap orang. Setiap pahlawan mungkin adalah suatu figur yang kita ciptakan sendiri karena jasa-jasanya dalam hidup kita.Â
Dan karena bebrapa hal, beberapa orang yang jasanya tidak terlihat dan tidak diterima dengan baik oleh kita, tidak mendapat gelar tersebut.
Lalu bagaimana perasaan beberapa orang yang berjasa namun tidak mendapat pengakuan tersebut?. Sejatinya seorang pahlawan sejati itu tak akan meminta imbalan dari orang yang diselamatkannya itu.Â
Mereka berjuang demi kemakmuran dan kesejahteraan kita semata namun tidak untuk tujuan remeh temeh seperti pujian dan sanjungan.
Kita tahu dulu Presiden Soekarno pernah menjadi tahanan rumah dan tidak diperlakukan dengan baik saat masa orde baru, namun beliau tidak merasa tidak dihargai sebagai pahlawan karena tujuan utamanya yaitu keutuhan tanah air tercinta kita. Begitu pula dengan para pahlwan lainnya yang pernah dijadikan tahanan politik pada zaman setelah kemerdekaan.
Oleh karena itu, saya rasa seorang pahlawan tidak butuh pengakuan atas jasa-jasanya karena mengumpulkan suatu pengakuan bukan tugas mereka.Â
Tugas kitalah sebagai penerus bangsa untuk mengakui dan menghormati mereka terlepas dari pandangan serta ideologi politik yang mereka anut.
Karena kita tahu bahwa tujuan utama mereka adalah keutuhan dan keselamatan bangsa kita dan karena itu jadi kewajiban kita saat ini disamping menghormati mereka dengan sepenuh hati.
Selamat Hari Pahlawan.
*****
(Rahmad Alam) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H