Perjalanan hidup Ucok yang tanpa persiapan ini jika dilihat melalui filosofi Tokainya seperti tokai milik Ucok yang terbentur banyak batu dan ranting di dalam sungai yang keruh karena Ucok sama sekali tidak tahu menahu tentang hubungan rumah tangga yang harus mempunyai kematangan dalam segi finansial dan bukan hanya cinta saja yang diperlukan.
Sedangkan Wawan yang ingin menjadi seorang abdi negara seperti polisi ataupun seorang tentara harus kandas dikarenakan ayahnya yang seorang pejabat itu terkena kasus korupsi yang membuat harta yang dia miliki disita oleh kejaksaan setempat.Â
Sebetulnya ibu Wawan masih mempunyai beberapa uang tabungan dan karenanya itu Wawan memohon kepada ibunya agar dapat menggunakan uang itu untuk lulus masuk seleksi akademi militer.
Namun yang terjadi amat disayangkan karena uang yang diberikan Wawan kepada oknum anggota TNI itu dibawa kabur dan Wawan tetap tidak lulus menjadi seorang abdi negara.Â
Akhirnya Wawan memutuskan menjadi seorang satpam saja karena dia memiliki badan besar yang cocok untuk pekerjaan itu.
Apa yang terjadi pada Wawan jika dilihat melalui filosofi Tokainya maka tokai Wawan seperti menghantam batu besar di sungai. Yang mana batu besar itu adalah kebangkrutan keluarganya karena kasus korupsi.Â
Padahal bisa saja dia kuliah dengan uang tabungan ibunya yang masih ada namun dia masih memiliki cita cita yang tinggi namun tidak kesampaian itu.Â
Harusnya dia tahu bahwa cita-cita tinggi memiliki perjuangan yang tinggi juga namun dia sudah menjadi anak manja dari dulu.
Begitulah nasib tiga sahabat dan filosofi tokai yang mereka anut. Sebetulnya tidak salah mempercayai filosofi tokai yang mengedepankan kesantaian namun yang menjadi masalah adalah mereka tidaklah menghadapi masalah mereka dan santai namun mereka hanya lari dari masalah dan lalu santai akan hal itu.
Semenjak mereka bertiga gagal mewujudkan mimpi mereka dan telah melupakan juga mimpi mereka dahulu, Â mereka tidak pernah bertemu satu sama lain bahkan saat reuni sekolah mereka tidak datang.Â
Hal tersebut dikarenakan mereka malu telah menjadi seperti sekarang, malu pula akan satu sama lain dan juga malu telah mempercayai filosofi tokai.
******
Rahmad Alam, 20 Oktober 2021