Mohon tunggu...
R. AMRAN
R. AMRAN Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Saya seorang jurnalis yang memiliki kesenangan menulis cerita dan perjalanan hidup seseorang sebagai inspirasi, selain itu saya selalu terobsesi untuk menggali suara-suara mereka yang kerap terpinggirkan agar dapat terdengar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Malam Bersama Kinan, Bagian 2: Perjalanan Kinan

4 November 2024   17:38 Diperbarui: 4 November 2024   17:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sampul Kinan/er-amran

Di tengah kesulitan ekonomi, Kinan menyadari bahwa hidup tak akan memberinya kemewahan untuk menangis atau meratapi nasib.

"Aku sempat bekerja sebagai marketing, dan usaha Laundry Bang, tapi uangnya tak cukup untuk makan, apalagi untuk biaya sekolah anak-anakku," ucapnya pelan.

"Aku mencoba berbagai pekerjaan, tapi selalu saja ada batasnya. Lalu, suatu waktu, aku bertemu dengan seorang teman lama yang menawarkan pekerjaan ini padaku."

Ia menceritakan bagaimana hatinya berperang, bagaimana ia merasa dunia runtuh lagi ketika terpaksa menerima tawaran itu. "Awalnya, aku benci diriku sendiri, benci pada keadaan. Tapi... mereka butuh aku. Anak-anakku butuh makan, adik-adikku butuh pendidikan. Apa yang bisa kulakukan?"

Di setiap kalimat yang ia ucapkan, aku melihat perjuangan seorang ibu yang rela melawan arus, meski ia tahu arus itu mungkin akan menenggelamkannya.

Kinan lalu bercerita tentang anak-anaknya, tentang bagaimana ia berusaha keras menjaga mereka dari kenyataan yang ia sembunyikan mati-matian. Setiap ia pulang ke rumah ia selalu menampakkan ketegaran meski sebenarnya ia cukup menderita. Tak ada satu pun dari mereka yang tahu apa yang ia lakukan setiap malam.

"Aku hanya ingin mereka punya masa depan," kata Kinan, kali ini suaranya sedikit bergetar.

"Aku ingin mereka meraih impian yang tidak pernah bisa kuraih. Aku ingin mereka hidup di dunia yang berbeda dari dunia yang kupijak sekarang."

Mendengar itu, hatiku serasa dihantam kenyataan yang tak pernah kubayangkan. Dunia yang kuanggap sekadar gemerlap malam ternyata menyimpan begitu banyak cerita, cerita yang jarang terlihat di permukaan.

Kinan bukan sekadar perempuan malam dia seorang ibu, seorang kakak, seorang perempuan yang rela melakukan apa saja demi orang-orang yang ia cintai.

"Apa kau pernah berpikir untuk berhenti, Kinan?"  tanyaku pelan, mungkin agak canggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun