Beriringan dengan kemajuan teknologi tentu manusia harus mempersiapkan diri perlunya beradaptasi dan berinovasi untuk menghadapi tantangan. Kecerdasan buatan (AI) merupakan salah satu terobosan yang paling menonjol. Agar tidak disalah gunakan sebagai konten deepfake, yang dapat merugikan orang tertentu para tokoh misalnya, hukum sangat diperlukan sebagai pelindung agar tidak terjadinya penyimpangan penggunaan AI.
Konten deepfake merupakan sebuah konten dengan memanfaatkan teknologi yang bisa merekayasa wajah sehingga dapat mengubah wajah seorang dengan wajah orang yang mereka inginkan, baik seorang aktor bahkan tokoh-tokoh negara, baik dalam bentuk gambar maupun vidio.
Deepfake juga memiliki konsekuensi interpersonal. Seperti yang telah dijelaskan dalam studi VR, deepfake video berpotensi mengubah ingatan kita dan bahkan menanamkan ingatan palsu, dan deepfake juga dapat mengubah sikap seseorang terhadap target deepfake. Satu studi terkini mengungkapkan bahwa paparan terhadap deepfake yang menggambarkan tokoh politik secara signifikan memperburuk sikap partisipan terhadap politisi tersebut.Yang lebih mengkhawatirkan lagi, mengingat kemampuan media sosial untuk menargetkan konten ke kelompok politik atau demografi tertentu, studi tersebut mengungkapkan bahwa penargetan mikro deepfake ke kelompok yang paling mungkin tersinggung (misalnya, orang Kristen) memperkuat efek ini dibandingkan dengan membagikan deepfake kepada masyarakat umum  (Jeffrey T. Hancock dan Jeremy N. Bailenson 2021).
Dengan semakin canggihnya algoritma deepfake dan kemampuan menghasilkan media yang realistis dan menipu tentu menjadi pekerjaan rumah yang menantang bagi kita untuk mengetahui dan mendeteksi konten deepfake (Ali et al., 2021). Namun teknik untuk mengidentifikasi dan cara membedakan konten asli dan konten yang manipulasi telah ditemukan dan dikembangkan oleh peneliti dan para ahli (Masood dkk., 2021).
 Ada beberapa teknik pendeteksian utama untuk konten deepfake:
1. Analisis Forensik
Teknik seperti menganalisis pola kebisingan, ketidakkonsistenan pencahayaan dan bayangan, dan perbedaan gerakan wajah dapat membantu mendeteksi potensi konten deepfake (Zhang et al., 2023).
2. Algoritme berbasis AI
Algoritme ini mengekstrak fitur dari media, seperti landmark wajah, pola gerakan, atau audio spektogram, dan menggunakannya sebagai masukan untuk membuat prediksi tentang keaslian konten (Masood et al.,2023).
3. Analisis gerakan wajah dan tubuh
Analisis wajah landmark, gerakan mata, berkedip, dapat membantu mengidentifikasi kelainan halus dalam video deepfake. Canggih teknik, seperti sistem pengkodean tindakan wajah, dapat digunakan untuk meneliti keaslian wajahekspresi dan mendeteksi tanda-tanda manipulasi (Borji, 2023).
4. Pendekatan Multi-Modal
Deteksi deepfake bisa mendapatkan keuntungan dari menggabungkan beberapa modalitas, seperti menganalisis aspek visual dan audio media. Mengintegrasikan teknologi pengenalan wajah dan suara bisa memberikan penilaian yang lebih komprehensif terhadap keaslian konten. Perpaduan informasi dari modalitas yang berbeda dapat meningkatkan akurasi dan keandalan sistem deteksi deepfake (Malik et al., 2022).
5. Analisis Kumpulan Data dan Model
Deteksi deepfake dapat melibatkan analisis karakteristik kumpulan data yang digunakan untuk melatih algoritme deepfake atau meneliti modelnya sendiri. Peneliti mengkaji sebaran dankualitas kumpulan data pelatihan, karena algoritme deepfake sering kali memiliki keterbatasan dalam menangkap seluruh kompleksitas danvariabilitas data dunia nyata. Selain itu, model deepfake rekayasa balik dapat membantu mengidentifikasi secara spesifik artefak atau tanda tangan yang menunjukkan adanya konten yang dimanipulasi (Giudice et al., 2021).
Jadi, perlu diingat kita harus bisa menyesuaikan dan perlu pengembangan diri kita pada era kemajuan teknologi yang samakin meluas, Agar kita tidak  menjadi korban penyalahgunaan teknologi. Salah satunya konten deepfake merupakan menjadi perhatian serius yang menjadi ancaman rusaknya reputasi individu, kelompok, bahkan sebuah negara. Namun, dengan pengetahuan yang cukup serta dapat mendeteksi suatu konten sehingga kita tidak mudah termanipulasi dari penyalahgunaan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H