Analisis wajah landmark, gerakan mata, berkedip, dapat membantu mengidentifikasi kelainan halus dalam video deepfake. Canggih teknik, seperti sistem pengkodean tindakan wajah, dapat digunakan untuk meneliti keaslian wajahekspresi dan mendeteksi tanda-tanda manipulasi (Borji, 2023).
4. Pendekatan Multi-Modal
Deteksi deepfake bisa mendapatkan keuntungan dari menggabungkan beberapa modalitas, seperti menganalisis aspek visual dan audio media. Mengintegrasikan teknologi pengenalan wajah dan suara bisa memberikan penilaian yang lebih komprehensif terhadap keaslian konten. Perpaduan informasi dari modalitas yang berbeda dapat meningkatkan akurasi dan keandalan sistem deteksi deepfake (Malik et al., 2022).
5. Analisis Kumpulan Data dan Model
Deteksi deepfake dapat melibatkan analisis karakteristik kumpulan data yang digunakan untuk melatih algoritme deepfake atau meneliti modelnya sendiri. Peneliti mengkaji sebaran dankualitas kumpulan data pelatihan, karena algoritme deepfake sering kali memiliki keterbatasan dalam menangkap seluruh kompleksitas danvariabilitas data dunia nyata. Selain itu, model deepfake rekayasa balik dapat membantu mengidentifikasi secara spesifik artefak atau tanda tangan yang menunjukkan adanya konten yang dimanipulasi (Giudice et al., 2021).
Jadi, perlu diingat kita harus bisa menyesuaikan dan perlu pengembangan diri kita pada era kemajuan teknologi yang samakin meluas, Agar kita tidak  menjadi korban penyalahgunaan teknologi. Salah satunya konten deepfake merupakan menjadi perhatian serius yang menjadi ancaman rusaknya reputasi individu, kelompok, bahkan sebuah negara. Namun, dengan pengetahuan yang cukup serta dapat mendeteksi suatu konten sehingga kita tidak mudah termanipulasi dari penyalahgunaan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H