Mohon tunggu...
Rahmat Derryawan
Rahmat Derryawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya seorang automotive enthusiast, traveller, movie goers, ayah dari 4 orang anak, suka menulis dan fotografi. Blog pribadi jbkderry.wordpress.com Twitter @jbkderry email derry.journey@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nenek Warung Kecil Itu Tak Ada Lagi

13 April 2016   06:02 Diperbarui: 13 April 2016   06:17 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: 2.bp.blogspot.com"][/caption]“Kincring, kincring,” lonceng kecil dari tembaga itu dibunyikan sebagai pertanda ada pembeli di warung kecil itu.

Kami menyebutnya warung kecil, karena memang ukurannya yang kecil dan terletak di blok bagian belakang perumahan. Tidak jauh dari rel kereta ke stasiun Nambo.

“Tunggu dulu, sebentar,” terdengar dulu suara sang nenek dari dalam rumah yang menyambung ke warung, baru beberapa detik kemudian sosoknya muncul.

Kami menyebut perempuan tua dengan postur kecil itu dengan sebutan “nenek”, dan di warung kecilnya inilah setiap pagi anak-anakku jajan makanan ringan buat bekal ke sekolah.

Sejak awal mengenalnya nenek itu memang nampak tidak terlalu sehat. Ya, namanya juga nenek-nenek, usianya pun sudah di atas 60 tahun. Yang mengagumkan, nenek itu selalu nampak gesit dan tegas. Dia nampak ingin menunjukkan tidak harus kalah dari umurnya yang menua.

Dilayaninya kami, sambil sesekali lupa dengan jumlah kembalian uang yang harus diberikan.

Meski demikian, aku selalu mengajak anak-anakku jajan di tempat ini sebelum berangkat ke sekolah menuntut ilmu.

Suatu ketika nenek pernah juga berujar pada bunda (istriku) sambil menangis, “Nenek jadi ingat dulu juga kalau membonceng anak-anak saya waktu masih kecil ke sekolah naik motor.”

Ucapan itu selalu dikenang istriku. Nenek itu bukanlah tergolong penjual yang ramah, bahkan terkesan cerewet dan agak ketus. Terlepas dari hal tersebut, yang lebih mencuat adalah ketegasan dan keteguhannya menjalani hidup.

Tidak jarang dia berjalan sendiri ke depan kompleks perumahan untuk berbelanja kebutuhan pokok, ketika pagi datang.

Nenek itu berjalan dengan gayanya yang tegas. Ia ingin menunjukkan jika dia masih bisa selalu mandiri, padahal secara ekonomi dia cukup berada. Rumahnya dibangun di atas dua petak lahan dan dia juga punya kios di pasar Citayam yang disewakan. Dua anaknya juga sudah mandiri. Di rumahnya juga ia sebenarnya punya asisten, tapi lagi-lagi si nenek tidak ingin berpangku tangan. Dia ingin selalu berusaha menangani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun