Sampai ketika November 2015, penyakit diabetes mulai menyerangnya akut. Warungnya pun mulai sering tutup. Aku juga tidak memperhatikan seksama jika ternyata nenek sakit parah, dan telah menjalani operasi beberapa waktu lalu yang membuat kakinya diamputasi.
Situasi itu tentu menurutku sangat memukul hati dan semangat sang nenek. Ya, akhirnya penyakit itu memaksa ketegarannya menyerah. Saya membayangkan dia pasti sedih sekali harus terbaring terus di kasur.
Hingga hari ini 12 April 2016, sore tadi selepas waktu Ashar, pengeras suara di masjid perumahan mengumandangkan kabar duka. Si nenek telah berpulang ke pangkuan Penciptanya.
Ada rasa sedih tiba-tiba terasa tumpah di dalam hatiku. Seketika aku merasa baru saja kemarin dilayani kalau belanja di warung kecilnya, dan ternyata sudah sekitar enam bulan lalu.
Si nenek telah pulang, tapi interaksi dengannya mengajarkanku satu hal, “Apapun itu kondisinya dalam menjalani hidup tetaplah tegar dan teguh, jangan pernah cengeng jalani hidup.”
“Selamat jalan, nenek. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisiNya, aamiiin.”
Bogor, 12 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H