Mohon tunggu...
Rahmat Derryawan
Rahmat Derryawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya seorang automotive enthusiast, traveller, movie goers, ayah dari 4 orang anak, suka menulis dan fotografi. Blog pribadi jbkderry.wordpress.com Twitter @jbkderry email derry.journey@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Catatan Pengalaman 13 Tahun Menjadi Jurnalis

19 Desember 2015   07:45 Diperbarui: 19 Desember 2015   07:59 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Di era media digital, jurnalis dituntut lebih jujur, lebih bekerja keras dan lebih mencintai pekerjaannya."][/caption]Saat tulisan ini dibuat, tidak terasa saya sudah menjalani profesi jurnalis (khususnya di bidang otomotif) lebih dari 13 tahun. Buat saya, otomotif adalah dunia hobi masa kecil yang kemudian menjadi profesi dan ruang mata pencaharian.

Selama rangkaian perjalanan dan pengalaman tersebut, beberapa hal masih terekam di benak dan ingin saya ceritakan kembali dengan harapan dapat memberikan manfaat. Baik untuk menambah bekal perjalanan karir bagi yang ingin menggeluti bidang jurnalistik, ataupun sekadar manfaat hiburan untuk yang ingin mengenal sisi lain dari sebuah sudut pandang dapur media.

Era Cetak: Trend Data Manipulatif

Tahun 2002, saya memulai perjalanan karir jurnalistik di sebuah majalah. Sebagai jurnalis, tugas saya tentu mencari berita. Mulai dari proses membuat hipotesis, mengumpulkan informasi, hingga mengemasnya menjadi sebuah berita.

Pada tahap ini, banyak fakta yang saya lihat dari keberadaan sebuah media cetak. Di antaranya fakta lazim pemberian amplop berisi uang dari narasumber. Rupanya hal ini merupakan fenomena umum di dunia sekalipun, bisa dicek dengan mudah di Google. Banyak jurnalis yang menerima, dan bahkan ada yang menjadikan lumbung pemasukan tambahan.

Untuk hal ini, kaidahnya jadi abu-abu. Meski terkesan melanggar etik, tapi di sisi lain bagi si pemberi amplop itu adalah bentuk apresiasi karena dianggap telah membantu.

Bentuk pelanggaran lain adalah di pola kerja tim penjualan dan marketing, dimana data media kit banyak yang dimanipulasi. Klaim jumlah tiras disebut mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu eksemplar per sekali penerbitan dihadapan calon pengiklan. Lalu tingkat kembali (return) media cetaknya pun diklaim kecil. Padahal faktanya, cuma dicetak maksimal 10.000 ribu eksemplar dan saat periode return banyak media yang menumpuk di gudang.

Hal ini kemudian menjadi semacam pemakluman, karena pemasukan media lebih banyak didapatkan dari keberadaan iklan.

Era Online: Kebangkitan Media Digital

Tahun 2006, saya bersama beberapa rekan mendirikan beritaatpm.com. Sebuah proses perkembangan, kerana di era digital proses transfer informasi ke publik bisa berlangsung lebih cepat dan cenderung seketika.

Saat itu, beberapa petinggi di industri otomotif pun merespon keberadaan beriaatpm.com. Salah satu indikasinya dengan bersedia menjadi narasumber untuk diprofilkan secara pribadi. Di sisi yang lain, undangan dan pemasangan iklan pun mulai berdatangan di tahun pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun