Mohon tunggu...
Bare minimum writer
Bare minimum writer Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

The past is just a story we tell ourselves -Samantha-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Barbie 2023 Segera Rilis! Berikut Kontroversi dari Boneka Barbie!

24 Mei 2023   16:02 Diperbarui: 24 Mei 2023   16:13 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnews.com/seleb/2023/04/06/mengenal-11-karakter-barbie-dan-5-ken-di-film-barbie-2023-yang-akan-tayang-21-juli-2023

Dalam film Barbie terbaru tahun 2023, penampilan Dua Lipa sebagai putri duyung telah membuat antusiasme publik semakin tinggi. Tidak hanya itu, rumor juga menyebutkan bahwa dia akan menyanyikan lagu tema untuk film ini. Pada tanggal 22 Mei, Dua Lipa membuat penggemarnya semakin tidak sabar dengan menggoda lagu baru berjudul "Dance The Night" yang akan menjadi bagian dari film Barbie tersebut. 

Dalam cuplikan klipnya, Dua Lipa terlihat mempesona dengan mengenakan sepatu hak tinggi berwarna merah muda yang glamor, sambil melemparkan ciuman ke arah kamera, sembari lagu yang catchy berkilauan terdengar di latar belakang. Tidak perlu menunggu lama, lagu ini akan dirilis pada tanggal 26 Mei mendatang, dan menjadi salah satu momen yang paling dinanti oleh penggemar Barbie dan Dua Lipa.

Selain kehadiran Dua Lipa, film Barbie 2023 juga menjadi sorotan publik berkat trailer yang baru-baru ini dirilis. Para penonton dihebohkan oleh deretan aktor terkenal seperti Margot Robbie dan Ryan Gosling yang terlibat dalam proyek ini. Trailer yang dirilis pada 4 April 2023 sempat menjadi trending di media sosial, dengan banyak orang membicarakannya. Tanggal tayang film ini pun telah dikabarkan, dengan penayangan di bioskop Amerika pada 21 Juli 2023, dan secara internasional sekitar tanggal 19 Juli 2023. Namun, di balik kecantikan dan kisah Barbie yang menarik, ternyata terdapat kontroversi-kontroversi menarik yang belum banyak diketahui oleh banyak orang.


Sejarah Barbie

Photo by Elena Mishlanova on Unsplash 
Photo by Elena Mishlanova on Unsplash 


Barbie diciptakan oleh Ruth Handler, salah satu pendiri perusahaan mainan Mattel, pada tahun 1959. Ruth terinspirasi saat melihat putrinya, Barbara, bermain dengan boneka kertas dan membayangkan mereka dalam berbagai peran dan pengaturan dewasa. Ruth menyadari ada kekosongan di pasar untuk boneka dewasa tiga dimensi yang dapat memungkinkan anak perempuan memproyeksikan impian dan aspirasi mereka padanya.

Boneka Barbie pertama kali diperkenalkan ke publik dalam American International Toy Fair di New York pada tanggal 9 Maret 1959. Dia diberi nama Barbie sesuai dengan nama putri Ruth Handler, Barbara. Barbie berbeda dengan boneka lainnya saat itu, dengan tubuh dewasa, pakaian bergaya, dan berbagai aksesori. Barbie asli mengenakan baju renang bergaris hitam-putih, memiliki gaya rambut kuncir kuda, dan tersedia dalam versi pirang atau cokelat.

Barbie dengan cepat menjadi populer dan menjadi fenomena budaya. Selama bertahun-tahun, Mattel memperkenalkan berbagai versi Barbie dengan karier, etnisitas, dan gaya fashion yang berbeda. Barbie menjadi lebih dari sekadar boneka; dia mewakili pemberdayaan, kemandirian, dan kemungkinan yang tak terbatas bagi anak perempuan. Pada tahun 1961, pacar Barbie, Ken, diperkenalkan. Boneka Ken dinamai berdasarkan putra Ruth Handler dan dijual sebagai teman Barbie. Keluarga Barbie berkembang seiring waktu dengan adanya adik perempuannya, Skipper, dan kemudian saudara kembar Barbie, Tutti dan Todd.

Sepanjang tahun 1960-an dan seterusnya, Barbie terus berkembang, mencerminkan perubahan tren fashion dan pergeseran sosial. Dia mengambil berbagai peran, termasuk astronot, dokter, pilot, dan presiden, di antara banyak lainnya, menginspirasi anak perempuan untuk bermimpi besar dan mengejar karier yang beragam.


Kontroversi


Kontroversi Mengenai Citra Tubuh

Photo by ALEXANDRE DINAUT on Unsplash
Photo by ALEXANDRE DINAUT on Unsplash


Boneka Barbie dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap harga diri dan ketidakpuasan tubuh seseorang. Meskipun boneka ini memiliki penampilan menarik dan bertujuan untuk memberdayakan anak perempuan untuk mengejar impian mereka, penelitian yang dilakukan oleh Johnson & Wales University menunjukkan bahwa proporsi tubuh boneka tersebut sangat tidak realistis jika dibandingkan dengan tubuh rata-rata wanita.

Dengan indeks massa tubuh (BMI) perkiraan sebesar 16,24, Barbie seandainya hidup dalam dunia nyata akan masuk dalam kategori anoreksia dan sulit bergerak karena proporsi tubuhnya yang tidak seimbang. Temuan ini diungkapkan dalam kampanye "Get Real Barbie". 

Banyak anak perempuan menganggap boneka plastik ini sebagai citra "wanita ideal" yang menjadi panutan mereka, yang kemudian mengakibatkan masalah serius seperti kecenderungan diet ekstrem, kurangnya rasa positif terhadap tubuh, dan rendahnya rasa percaya diri. Efek yang terjadi justru berlawanan dengan tujuan aslinya menurut Ruth Handler, pencipta Barbie. Boneka Barbie umumnya memiliki kulit putih, tubuh yang sangat kurus dan tidak realistis, rambut pirang, dan kurang mendukung keragaman dalam hal bentuk tubuh dan kecantikan.

Meskipun Mattel, produsen Barbie, telah berusaha untuk menyajikan variasi Barbie dalam hal warna kulit, fitur wajah, proporsi tubuh, dan bahkan profesi, masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan.

Kurangnya Keberagaman

Photo by ALEXANDRE DINAUT on Unsplash
Photo by ALEXANDRE DINAUT on Unsplash


Kritik tentang kurangnya keragaman dalam Barbie telah mendapat tanggapan dari Mattel. Untuk menanggapi kritik ini, Mattel mulai memproduksi boneka-boneka Hispanik pada tahun 1980, yang kemudian meluas untuk mencakup model-model dari berbagai negara di seluruh dunia. Salah satu contoh yang menonjol adalah "Cinco de Mayo Barbie" yang diperkenalkan pada tahun 2007, mengenakan gaun yang mengingatkan pada bendera Meksiko. Profesor Emilie Rose Aguilo-Perez telah mengamati perubahan pendekatan Mattel, yang beralih dari representasi Hispanik yang ambigu menjadi strategi pemasaran yang lebih jelas dengan label produk "Latinx" yang jelas.

Representasi Barbie terhadap orang Afrika-Amerika juga telah menghadapi kritik selama bertahun-tahun. Meskipun boneka "Colored Francie" muncul pada tahun 1967 dan dianggap sebagai Barbie Afrika-Amerika pertama, boneka ini dibuat dengan menggunakan cetakan kepala dari boneka Francie putih yang sudah ada, sehingga tidak memiliki ciri khas Afrika yang jelas. Boneka Afrika-Amerika pertama yang diakui secara luas sebagai bagian dari jajaran Barbie adalah Christie, yang diperkenalkan pada tahun 1968. 

Namun, baru pada tahun 1980 Mattel meluncurkan Barbie Hitam, yang masih memiliki ciri khas Kaukasian. Menanggapi umpan balik, Mattel melakukan kelompok fokus pada tahun 1990 yang melibatkan anak-anak dan orangtua Afrika-Amerika, spesialis masa kanak-kanak awal, serta seorang psikolog klinis bernama Darlene Powell Hudson. 

Ini mengarah pada penciptaan cetakan baru, perubahan fitur wajah, warna kulit, tekstur rambut, dan nama. Meskipun bentuk tubuhnya berubah, proporsinya tetap sama agar pakaian dan aksesori bisa dipertukarkan. Pada tahun 2001, perilisan Barbie Oreo School Time Fun menghadapi kritik karena hubungannya dengan istilah merendahkan dalam komunitas Afrika-Amerika. Boneka tersebut akhirnya ditarik oleh Mattel, tetapi kelangkaannya membuatnya dicari oleh kolektor.

Pada tahun 2020, terjadi insiden terbaru yang menyoroti kurangnya keragaman dalam Barbie. Mattel mendapat kecaman yang signifikan di media sosial karena mempromosikan koleksi boneka atlet yang 'inklusif' tanpa mewakili secara jelas komunitas Asia. 

Koleksi ini, sebagai bagian dari merchandise resmi Tokyo 2020, menampilkan boneka-boneka yang mewakili berbagai olahraga, termasuk skateboard dan panjat tebing, namun banyak pengguna yang menunjukkan ketiadaan contoh-contoh Asia yang terlihat. Para kritikus menuduh Mattel rasisme dan mencatat ironi dari kurangnya representasi Asia dalam sebuah koleksi yang merayakan Olimpiade Tokyo. Beberapa bahkan menyarankan agar Mattel merekrut atlet gimnastik Amerika keturunan Asia


Barbie dengan Sindrom Down

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230426095530-277-942109/mattel-luncurkan-barbie-penyandang-down-syndrome
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230426095530-277-942109/mattel-luncurkan-barbie-penyandang-down-syndrome
Dalam perjalanan sejarahnya yang telah berusia 64 tahun, Mattel, perusahaan manufaktur mainan Amerika, menghadirkan sesuatu yang baru dan menarik: boneka Barbie dengan sindrom Down. Pada tanggal 25 April, Mattel merilis boneka Barbie terbaru ini melalui kemitraan dengan National Down Syndrome Society, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berdedikasi untuk "semua individu dengan sindrom Down". Boneka ini menjadi tambahan dalam koleksi Barbie Fashionistas, yang telah lama berkomitmen untuk memberikan gambaran kecantikan yang lebih beragam dan mengatasi stigma yang melekat pada berbagai gangguan.

Di masa lalu, Barbie Fashionistas telah meluncurkan boneka dengan kaki palsu, alat bantu dengar, kursi roda, serta vitiligo - sebuah kondisi kulit yang menyebabkan bercak-bercak kehilangan warna. Namun, kali ini, peluncuran boneka Barbie dengan sindrom Down ini memicu perdebatan di dunia maya mengenai keragaman dan inklusivitas. Setelah viralnya boneka ini, pengguna Twitter berbagi pandangan yang berbeda. Ada yang memuji langkah maju dari merek mainan terkenal ini dalam mendorong keragaman dan inklusivitas dengan memperkenalkan ragam boneka baru. Beberapa bahkan mengejek sikap konservatif yang tidak memboikot pesan pro-kehidupan ini.

Di sisi lain, ada juga yang mengkritik Mattel karena boneka Barbie dengan sindrom Down ini tidak tampak seperti versi yang menggambarkan orang dengan sindrom tersebut. Beberapa pengguna berpendapat bahwa boneka tersebut terlihat seperti Barbie biasa dan mereka berharap perusahaan menggunakan model nyata sebagai dasar untuk menciptakan boneka tersebut. Permintaan juga dilontarkan agar perusahaan mempertimbangkan desain ulang pada boneka tersebut.

Dengan adanya debat ini, perluasan keragaman dan inklusivitas di dunia boneka Barbie semakin menarik perhatian publik. Hal ini memperlihatkan bagaimana perusahaan dapat berperan dalam merefleksikan kehidupan nyata dengan lebih baik melalui produk-produk mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun