Di masa lalu, Barbie Fashionistas telah meluncurkan boneka dengan kaki palsu, alat bantu dengar, kursi roda, serta vitiligo - sebuah kondisi kulit yang menyebabkan bercak-bercak kehilangan warna. Namun, kali ini, peluncuran boneka Barbie dengan sindrom Down ini memicu perdebatan di dunia maya mengenai keragaman dan inklusivitas. Setelah viralnya boneka ini, pengguna Twitter berbagi pandangan yang berbeda. Ada yang memuji langkah maju dari merek mainan terkenal ini dalam mendorong keragaman dan inklusivitas dengan memperkenalkan ragam boneka baru. Beberapa bahkan mengejek sikap konservatif yang tidak memboikot pesan pro-kehidupan ini.
Di sisi lain, ada juga yang mengkritik Mattel karena boneka Barbie dengan sindrom Down ini tidak tampak seperti versi yang menggambarkan orang dengan sindrom tersebut. Beberapa pengguna berpendapat bahwa boneka tersebut terlihat seperti Barbie biasa dan mereka berharap perusahaan menggunakan model nyata sebagai dasar untuk menciptakan boneka tersebut. Permintaan juga dilontarkan agar perusahaan mempertimbangkan desain ulang pada boneka tersebut.
Dengan adanya debat ini, perluasan keragaman dan inklusivitas di dunia boneka Barbie semakin menarik perhatian publik. Hal ini memperlihatkan bagaimana perusahaan dapat berperan dalam merefleksikan kehidupan nyata dengan lebih baik melalui produk-produk mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H