Pernahkah kamu meragukan kemampuanmu sendiri? Bahkan ketika orang memberi pujian dan pengakuan atas keahlian yang kamu miliki? Jika iya, mungkin saja kamu mengalami apa yang dikenal dengan Imposter Syndrome.
Tidak sedikit orang yang mengalami fenomena ini. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui apa itu Imposter syndrome dan bagaimana cara mengatasinya. Oleh karena itu, di sini kita akan belajar bersama segala hal mengenai Imposter Syndrome.
Apa itu Imposter Syndrome?
Seorang psikolog dari  Georgia State University bernama Pauline Rose Clance adalah orang pertama yang mempelajari fenomena Imposter Syndrome ini. Dalam pekerjaanya sebagai terapis, ia memperhatikan bahwa banyak pasiennya yang berstatus mahasiswa mengalami masalah yang sama.Â
Meski selalu mendapatkan nilai tinggi, mereka merasa tidak layak berkuliah di universitas ternama. Beberapa bahkan percaya mereka diterima karena kesalahan administrasi. Clance sadar bahwa ketakutan ini tidak beralasan, tetapi ia ingat pernah merasakan hal serupa pada masa kuliah. Clance dan pasiennya mengalami suatu kondisi yang dikenal dengan banyak nama seperti misalnya fenomena penipu, pengalaman penipu, dan sindrom penipu.
Clance bersama rekannya, Suzanne Imes, pertama kali meneliti kondisi ini di kalangan dosen perempuan dan mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan sindrom penipu umum dialami partisipan. Sejak saat itu, fenomena ini banyak ditemukan pada berbagai gender, ras, kelompok usia, dan jenis pekerjaan yang mereka miliki.Â
Namun, kejadian ini lebih lazim dan lebih besar pengaruhnya bagi kaum minoritas dan orang-orang yang kurang beruntung. Dengan memakai kata 'sindrom', kita meremehkan skala fenomena ini. Fenomena ini bukan penyakit atau perilaku abnormal. Selain itu, fenomena itu juga tidak selalu berkaitan dengan depresi, kecemasan, atau rendahnya tingkat kepercayaan diri.
Mengapa Imposter Syndrome Bisa Terjadi?
Orang-orang sukses dan berkemampuan tinggi cenderung berpikir orang lain sama seperti mereka. Pikiran ini lalu berkembang menjadi perasaan tidak layak akan penghormatan dan kesempatan yang hanya diberikan kepada mereka. Hal ini sama seperti apa yang dialami oleh penyanyi terkenal Lady Gaga dan aktris Hollywood ternama, Natalie Portman.
Perasaan ini tidak hanya dimiliki mereka yang pintar saja. Semua orang rentan mengalami fenomena yang disebut ketidaksadaran pluralistik, yaitu saat kita meragukan kemampuan sendiri dan percaya bahwa perasaan ini hanya dirasakan sendiri, karena tidak ada yang menyuarakannya.Â
Sulit untuk mengetahui seberapa keras teman kita bekerja, seberapa sulit pekerjaan tertentu baginya, atau seberapa ragunya mereka pada diri sendiri, sehingga tidak mudah bagi kita untuk mengabaikan pikiran bahwa kita tidak semampu mereka. Perasaan tidak layak yang kuat dapat mencegah seseorang untuk berbagi ide menarik, melamar pekerjaan, atau mendaftar pada suatu programa di mana mereka sebenarnya mampu.
Bagaimana Cara Mengatasi Imposter Syndrome?
Sejauh ini, cara paling ampuh untuk melawan sindrom ini adalah dengan membahas serta mendiskusikannya. Banyak penderita khawatir apabila mereka meminta orang lain untuk menilai kemampuan mereka, ketakutan mereka akan menjadi nyata.Â
Terkadang, pendapat atau tanggapan positif pun tidak dapat membuat perasaan tersebut hilang. Akan tetapi, perasaan ini dapat berkurang jika kita tahu terdapat orang yang kita kenal dekat dengan kita yang juga pernah merasakan hal yang sama.Â
Demikian juga jika yang mengalami adalah teman kita. Bahkan, kita akan merasa lebih lega hanya dengan mengetahui nama kondisi ini. Setelah itu, sindrom ini dapat kita atasi dengan mengumpulkan respons positif lalu mengingatnya.Â
Seorang peneliti yang terus menyalahkan dirinya sendiri karena percobaannya selalu gagal, mulai mencatat dan menelusuri apa penyebab sesungguhnya dari kegagalan percobaan dia. Lambat laun, ia pun menemukan bahwa penyebab utama percobaanya gagal adalah karena peralatan yang rusak. Sehingga, ia mulai sadar bahwa pada kenyataannya ia mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H