Mohon tunggu...
Rahma Salsabila
Rahma Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - MANAJEMEN DAKWAH UIN JAKARTA

mahasiswa 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keseimbangan Orientasi Dunia dan Akhirat QS. Al-Qhasas/28: 76-77

17 Mei 2024   21:16 Diperbarui: 17 Mei 2024   21:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam adalah agama yang selalu mengingatkan umatnya agar senantiasa beribadah kepada Allah SWT, dan menyeimbangkan antar dunia dan akhirat. Ayat ini turun untuk memperingatkan kepada Qarun yang angkuh dan umat muslim yang menjadikan Al-qur'an sebagai pedoman dalam kehidupan nya. Keseimbangan dalam konteks ini, dimaksudkan bahwa kita diwajibkan untuk beribadah namun juga tidak boleh meninggalkan kewajiban yang ada di dunia, seperti kewajiban untuk menuntut ilmu, menjaga Kesehatan, mencari rezeki dengan berkerja, dan kewajiban lainnya.

Sebagai orang islam, kita harus mempersiapkan kehidupan selanjutnya dengan memperbanyak amal baik, dengan ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah, untuk bekal kita ketika di akhirat kelak. Dunia hanyalah perantara untuk manusia menyiapkan amalan yang baik demi menemui akhir yang baik di surga yang abadi. Islam bahkan agama lain menyetujui bahwa kita sebagai manusia tidaklah berhak untuk bersikap sombong dan angkuh, karena seburuk-buruk nya manusia, ialah yang merasa paling baik diantara kaum nya, dan harta yang ada di duia hanyalah fana, tidak ada yang dapat menyelamatkan kita di akhirat kelak kecuali harta yang dikekuarkan dalam jalan Allah SWT. Semua milik Allah, bahkan diri kita sendiri pun milik Allah, dan Allah lah sebaik baik pancipata. Apa yang harus kita sombongkan di dunia, padahal semua hanya milik Allah?

Peringatan kepada Qarun sekaligus umat manusia melalui QS. Al-Qhasas ayat 76 yang berbunyi:

 

"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku aniaya terhadap mereka. Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, "Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".

Ayat ini turun untuk memperingatkan kepada Qarun yang angkuh karena hartanya yang berlimpah ruah, Qarun adalah anak dari Yashar yakni adik kandung ayah nabi Musa. Kisah Qarun diabadikan dalam surah ini karena keangkuhan nya. Qarun telah diperingatkan oleh para penasehat, namun Qarun mengabaikan nya, hingga tiba azab Allah kepada Qarun dengan menenggelamkan hartanya bersama dirinya hingga taka da satupun yang tersisa.

Ayat ini menjadi reminder bagi kita, untuk tidak menyombongkan harta yang kita miliki, karena sesungguhnya itu adalah milik Allah dan akan Kembali kepada Allah, Ketika Allah berkehendak. Kini kisah Qarun menjadi istilah yang digunakan oleh orang-orang apabila menemukan sebongkah harta di dalam perut bumi, di sebut harta karun.  

Kemudian Allah memperingatkan kembali kepada umat muslim agar mempersiapkan bekal untuk menyambut akhirat yang abadi, karena sesungguhnya dunia hanyalah fana, dan tidak akan abadi, dunia bukanlah tujuan, namun tempat untuk kita menimbun kebaikan untuk akhir yang bahagia (surga). Dalam peringatan ini, Allah mengingatkan kita melalui QS. AL-Qhasas ayat 77, yang berbunyi:

     

"Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Ayat tersebut diturunkan oleh Allah untuk menjadikan bimbingan bagi umat muslim agar kita senantiasa mempersiapkan bekal untuk akhirat kelak, namun tidak lupa dengan kewajiban kita sebagai manusia. Allah mewajibkan hambanya untuk selalu beribadah, namun bukanlah beribadah yang sampai melupakan kewajiban kita sebagai manusia, kewajiban untuk makan, minum, tidur, dan lainnya. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan beberapa pesan kepada umatnya yakni:

  • Melakukan kewajiban akhirat

Maksudnya adalah melakukan ibadah, sholat, berzakat, berpuasa, menyalurkan harta di jalan Allah, mengingat Allah, berdzikir dan segala ibadah mahdha juga ghairu mahdhah, guna menemui akhir yang bahagia dan mendapat rahmat juga petunjuk Allah.

  • Melakukan kewajian di dunia

Ibadah adalah hal yang wajib, namun kita juga harus menjalankan kewajiban kita sebagai manusia, agar keduanya seimbang. Contohnya seperti kita yang sedang meniti pendidikan, tidak lupa untuk solat tepat waktu, berdzikir dan selalu bertaubat kepada Allah.

  •   Berbuat baiklah kepada sesama, sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu

Artinya Allah memerintah kita untuk berbuat baik kepada siapapun, baik itu orang yang tidak kita kenali, maupun orang yang kita kenali, kepada orang yang lebih tua, maupun muda dari kita. Allah selalu memperingatkan kepada kita agar senantiasa saling tolong menolong dan saling mengeratkan tali persaudaraan. Berbuat baik akan menumbuhkan sesuatu yang baik juga, atau istilahnya yaitu hukum tabur tuai. Berbuat baiklah kepada siapapun, sekalipun perbuatan baikmu tidak dibalas oleh orang tersebut, pasti Allah telah merencanakan balasan yang lebih dari apa yang kamu berikan.

  • Allah tidak menyukai orang yang "merusak"

Maksudnya disini adalah segala perbuatan yang bersifat merusak dalam arah negatif, seperti merusak alam, lingkungan, diri sendiri dan orang lain. Allah tidak menyukai orang yang merusak lingkungan seperti membuang sampah sembarangan. Allah tidak menyukai orang merusak dirinya sendiri, seperti tidak makan demi mengerjakan tugas, demi beribadah kepada Allah, Allah tidak menyukai hal tersebut karena hambanya akan mudah terserang penyakit karena tidak makan, bukan hanya makan, tetapi hal hal yang mengarah pada kerusakan dirinya sendiri. Allah tidak menyukai orang yang merusak orang lain, maksudnya rusak disini seperti melukai orang lain, menyakiti, memutus tali silaturahmi, dan hal lain yang meregangkan tali silaturahmi juga kenyamanan sesama.

Berikut penjelasan mengapa kita harus menyeimbangkan keseimbangan dunia dan akhirat. Kejarlah akhirat, maka dunia akan mengikutimu. Semakin kita kejar dunia, semakin kita tidak akan merasa cukup dan akhirnya kita akan hilang arah.

 "Sikapilah dunia layaknya bayangan, semakin kau kejar maka semakin pergi ia. Berbaliklah (menuju akhirat) maka ia (dunia) akan mengikutimu" -Imam Ibnu Qayyim Rahimullah

Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir: Dr. Hamidullah Mahmud, M.A.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun