Gus Dur, adalah sosok teladan yang mengajarkan keindahan toleransi. Karena kerendahhatiannya, khalifah ahmadiyah dipersilakan menjadi tamu negara, dan berhasil mencabik relung rindu para ahmadi untuk melihat lebih dekat khalifahnya.
Gusdurian, barangkali hanya sebuah komunitas, sama halnya seperti Ahmadiyah yang sejatinya hanya sebuah organisasi. Tidak ada keyakinan agama baru dalam diri mereka, seperti halnya tidak ada keengganan untuk saling terbuka. Sebuah closing statement, kembali disampaikan dengan segala kerendahan hati, bahwa masjid ahmadiyah sangat terbuka bagi siapapun yang ingin beribadah di dalamnya.Â
Begitu pun para mubaligh dan pengurus yang akan menyambut gembira, dengan tangan terbuka, bersedia menemui siapapun yang ingin mengenal lebih dalam tentang ahmadiyah.
"Kapan pun ingin mampir untuk bertanya, silakan datang ke masjid ini. Masjid kami pun terbuka jika ada yang membutuhkan tempat untuk acara kajian." Closing statement dari Bapak Abdussomad selaku ketua Jemaat Muslim Ahmadiyah Cabang Semarang.
Toleransi memang tidak harus kebablasan, tapi bisa berdampingan. Karena berkeyakinan adalah pencarian damai yang hakiki, bukan untuk menerima penghakiman apalagi persekusi.
Salam damai. Love for All, Hatred fo None.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H