Mohon tunggu...
Rahma Putri Diara
Rahma Putri Diara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Konflik antar Sang Bulan dan Bintang

30 November 2022   18:36 Diperbarui: 30 November 2022   18:44 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Konflik Antar Sang Bulan dan Bintang

Pada suatu pagi yang bercuaca cerah tetapi tetap terasa sejuk, di suatu sekolah menengah atas negeri di Bandung. Terdapat Bulan yang duduk dengan nyaman di meja nya yang sedang fokus membaca dengan mendengarkan musik dengan headphones putih kesukaannya yang telah dia beli minggu lalu karena terdapat diskon besar-besaran dengan uang tabungan jajannya yang telah diberikan ayahnya. Ia sengaja tidak pakai uang jajannya selama seminggu tanpa berpikir panjang dan pada akhirnya berakhir fatal karena ia mengalami sakit maag dan muntah-muntah akibat tidak makan dengan baik. Ia sedang membaca komik Vagabond karya Inoue Takehiko. Tiba-tiba datanglah sang "Tukang Gaduh" yang juga seorang perfeksionis (dia tidak ingin mengakuinya karena merasa malu) secara bersamaan, yaitu Bintang.

Bintang yang datang dengan suasana kepala emosi dan terburu-buru yang dikarenakan ia mengira akan telat sampai di sekolah sebab motornya yang tiba-tiba mogok, tidak sengaja menabrak dengan keras meja seseorang yang tidak lain adalah musuh bebuyutan di kelasnya yang mengakibatkan rusaknya fokus yang tidak lain ialah Bulan.

*BRUK* (suara meja tertabrak)

"Astaga, kalau buru-buru, lihat jalan dan enggak merugikan orang lain lah, ganggu orang saja." ujar Bulan yang ikut merasa emosi sebab mejanya tertabrak dengan kencang.

"Siap salah kak, baperan banget. Pagi-pagi udah ngomel aja bawaannya, maaf enggak sengaja saya, tapi niat. Hahaha." jawab Bintang dengan nada sarkas dan usil.

"Oh begitu ya, oke. Ngajak ribut?" tanya Bulan dengan nada yang tinggi.

"Saya merasa tidak ada gunanya ribut juga dengan orang seperti anda. Omong-omong, hati-hati keseringan pakai headphones, nanti budek saja, hanya sekadar memberi peringatan sebagai teman yang baik." jawab Bintang dengan senyuman jahil  dengan tatapan yang sinis.

"Wah, ini orang makin hari makin tidak sopan ya!" jawab Bulan dengan marah.

Di antara keributan dan omongan kasar antara Bintang dan Bulan, datanglah Pak Budi, guru Matematika yang antara lain juga wali kelas bagi mereka. "Seperti biasa ya, kalian berdua ini selalu saja ribut seperti Tom and Jerry." ujar Pak Budi yang berusaha melerai mereka.

"Tetapi pak, saya serius kali ini Bintang yang duluan."

"Sudah-sudah, cukup. Kalau kalian seperti ini terus-menerus, kalian tidak akan pernah selesai. Bapak bisa-bisa sampai lumutan mendengar ocehan kasar kalian berdua." ucap Pak Budi dengan lelucon bapak-bapaknya yang juga bertujuan untuk mencairkan suasana.

*HAHAHAHAHA* (suara tertawa murid-murid yang lain)

"Bapak bisa ae, kayak kacang pilus aja jokesnya, renyah pisan euy." ujar salah satu murid sembari tertawa.

Dengan suasana yang sudah mencair, tidak lagi dingin dan serius, pada akhirnya pelajaran pertama di kelas mereka yaitu matematika pun dimulai dan Pak Budi ikut mengajar materi baru.

*45 menit kemudian*

"Selanjutnya, karena bapak sudah mengajari kalian materi baru, bapak akan mengambil nilai dengan menanyai kalian jawaban dari soal yang bapak berikan di papan tulis." ujar Pak Budi. Pernyataan tersebut memberikan dampak dan perasaan yang berbeda-beda pada tiap murid di kelas.

"Baik, pak."

"ASTAGHFIRULLAHALADZIM."

"Hah, tadi bapaknya bilang apa? enggak kedengeran."

"Akhirnya selesai juga Pak Budi mengajar, kepalaku sudah mau meledak tiap pelajaran matematika."

Dari beberapa jawaban dan respons tiap murid yang berbeda-beda, terdapatlah Bintang yang sudah tidak sabar ingin menjawab soal dari Pak Budi.

"Baik, perhatikan soalnya ya anak-anak. Nomor satu adalah.."

"SAYA PAK!" jawab Bulan dengan kencang yang mengagetkan Bintang dan seisi kelasnya.

"Bulan, kamu sehat? Bapak baru nulis nomor satu." tanya Pak Budi yang kebingungan.

"Oh iya, belum ditulis soalnya ya?" tanya Bulan balik.

"Loh loh, iki anak kenopo yo. Malah nanya balik toh, jantung bapak hampir lompat keluar dari badan saya." jawab Pak Budi dengan bingung.

"Maaf pak, saya kurang fokus."

"Butuh Aqua kali dia Pak." jawab Bintang dengan tertawa.

Akhirnya pun Pak Budi yang kebingungan, melanjutkan menulis soal untuk nomor satu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Baik, siapa yang ingin mencoba menjawab soal untuk nomor satu?"

Bulan dan Bintang pun tunjuk tangan secara bersamaan sambil berseru "SAYA PAK!".

"Saya! Saya duluan pak!" ungkap Bulan.

"Lah, saya duluan pak. Demi tuhan." jawab Bintang yang juga tidak ingin kalah.

"Ih, apa-apaan. Sudah jelas saya duluan yang tunjuk tangan, maklum pak, Bintang matanya minus. Padahal sudah pakai kacamata setebal dompet saya." ujar Bulan.

"Buset, apa hubungannya sama mata saya? Bodyshaming nih Bulan."

"KALIAN BERDUA, cukup! Temui bapak setelah ini, di ruang BK ya! Sudah keterlaluan sekali kalian berdua, mengganggu kefokusan murid-murid yang ingin belajar saja." jawab Pak Budi dengan nada tegas dan tinggi yang juga membuat kelas kembali dingin sebab baru kali ini melihat Pak Budi marah.

Setelah bel untuk istirahat pun berbunyi, Bintang yang biasa bergegas langsung ke kantin untuk membeli jajanan favoritnya yaitu bakso akhirnya terpaksa harus pergi ke ruang BK untuk bertemu Pak Budi bersama orang yang paling ia tidak suka di kelasnya, yaitu Bulan. Sedangkan Bulan, yang biasanya setiap bel istirahat berbunyi, seharusnya memakan bekal buatannya pagi tadi malah melakukan hal sebaliknya yaitu tidak sengaja tertidur di atas mejanya sebab ia tidur kemalaman semalam. Bintang yang ingat bahwa ia harus bertemu Pak Budi pun akhirnya berjalan keluar kelas, namun ia tidak sengaja melihat kawan konfliknya yang harusnya ikut menemaninya ke ruang BK malah tertidur pulas di mejanya. Bintang yang bimbang ingin membangunkan Bulan atau lebih memilih pergi sendiri dan meninggalkannya pun akhirnya memilih pilihan yang baik demi keselamatan reputasinya di sekolah dan juga demi keamanan nilainya, yaitu membangunkan Bulan. Pada akhirnya, mereka berjalan menuju ruang BK untuk menemui Pak Budi.

"Selamat siang, Bulan dan Bintang." ujar Pak Budi dengan tatapan yang serius.

"Siang pak." jawab mereka berdua secara bersamaan.

"Bapak bingung, baru kali ini bertemu murid yang selalu saja suka membuat keributan tetapi dengan lawan jenis. Alasan kalian untuk saling tidak suka dan saling mengatakan kata-kata yang tidak pantas itu apa sih?" tanya Pak Budi dengan tatapan sedikit kecewa.

"Saya sendiri tidak tahu pak, entah mengapa saya selalu saja kesal melihat muka Bintang yang selalu saja usil dengan saya." jawab Bulan dengan menatap ke lantai ruangan BK.

"Bagaimana dengan kamu, Bintang? Apakah kamu memiliki alasan tersendiri?" tanya Pak budi kembali.

Bintang terdiam sejenak. Kemudian ia melihat ke atas untuk berpikir sejenak.

"Jadi? Bagaimana jika saya memberi peringatan terakhir untuk kalian berdua, apabila kalian tidak ingin menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin dan dengan cara yang baik, bapak bisa memutuskan untuk memberi kalian surat peringatan." belum selesai Pak Budi berbicara, tiba-tiba Bintang memotong pembicaraan Pak Budi dan akhirnya pun Bintang buka mulut.

"Baik pak, saya akan jujur. Jujur dari lubuk hati saya yang terdalam, saya itu aslinya iri dengan Bulan." ungkap bintang dengan menatap ke arah lain.

"Iri mengapa? Bulan tidak pernah melakukan kesalahan kepada kamu kan, nak?" tanya Pak Budi yang kaget dan dibawa juga dengan tatapan Bulan yang ikut bingung dengan jawaban Bintang yang sangat tidak masuk akal, sebab ia merasa tidak pernah melakukan apa pun yang membuat Bintang marah serius maupun sakit hati.

"Saya iri, karena saya bingung. Bingung karena saya itu kan mengetahui karakter dan kepribadian Bulan yang suka malas dan selalu saja tidur setiap ada waktu luang. Namun, dengan kepribadian dia yang seperti itu, dia tetap saja memperoleh peringkat dan ranking pertama dalam kelas. Selalu mendapat nilai yang sempurna. Sedangkan saya, yang selalu belajar, di mana pun kapan pun, tidak dapat mencapai target dan nilai yang saya inginkan. Salah saya di mana lagi, kurang apalagi?" ungkap Bintang dengan kecewa.

"Kamu tidak bersalah, nak." ucap Pak Budi sambil menepuk pundak Bintang.

"Maaf, bin. Pak Budi benar, kamu tidak ada salah. Aku paham kalau kamu merasa iri dan kamu juga benar bahwa aku itu pemalas dan suka tidur di mana-mana. Tetapi, betapa pemalasnya aku, aku tetap saja harus berusaha dan giat belajar di rumah. Aku sendiri memiliki cita-cita, target, dan tujuan hidup. Maka, dari itu aku tetap berupaya agar dapat mencapai apa yang aku inginkan dengan cara belajar mandiri dan mengikuti les privat di rumahku." ucap Bulan yang turut menjelaskan kesalahpahaman Bintang.

Bintang yang sempat kebingungan dan merasa iba untuk merespon Bulan dengan jawaban apa akhirnya tetap memilih untuk diam dan dilanjutkan oleh Pak Budi yang membuka mulut.

"Terima kasih Bulan karena sudah menjelaskan. Dengan itu, saya berharap kalian berdua sudah tidak ada konflik maupun kesalahpahaman, ya? Saran dari bapak, mengapa kalian tidak saling belajar bersama saja? Sebaiknya Bintang coba saja dulu, kamu kan anak yang ambisius dan teliti kan, nak?" tanya Pak Budi dengan intonasi yang senang dan lagi-lagi berusaha untuk mencairkan suasana agar mereka merasa tidak terlalu canggung.

"Kalau saya sih bebas saja, asal tidak memaksakkan siapa-siapa. Lagi pula kayaknya seru juga kalau belajar ada yang temannya." jawab Bulan dengan pemikiran positifnya.

"Maaf ya, lan. Sudah bikin salah paham dari hal yang kecil di besar-besar in, terima kasih juga udah menjelaskan. Sekali lagi, maaf. Dan terakhir, terima kasih untuk Pak Budi membantu saya berbicara jujur dan terima kasih juga ya, lan. Udah nawarin untuk belajar bersama, haha." ucap Bintang sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sebab ia sedikit merasa malu.

Akhirnya pun setelah pertengkaran antara Bulan dan Bintang selesai dengan cara yang baik dan kepala dingin, beberapa hari berlalu, mereka berkonsiliasi dan menjalankan kehidupan sekolahnya tanpa keributan maupun kegaduhan.

Seperti biasanya, pagi yang cerah tetapi tetap terasa sejuk, Bintang yang lagi-lagi datang ke kelas dengan tergesa-gesa sebab motornya yang kembali mogok dan mengira ia akan telat tidak sengaja menabrak meja seseorang, yaitu Bulan. Bintang yang kaget karena tidak sengaja menabrak mejanya mulai panik dan mengira bahwa Bulan akan naik pitam ternyata malah direspon dengan sebaliknya, Bulan merespon dengan jawaban yang baik yaitu dengan tertawa.

Terkadang Bintang masih merasa malu dan memikirkan saat ia berkata jujur kepada Bulan bahwa ia merasa iri kepadanya, tetapi hal yang sebaliknya malah terjadi kepada Bulan. Ia selalu berusaha membuat situasi dan mencairkan suasana di antara mereka agar tidak terlalu canggung dengan cara membuat lelucon yang sudah jelas tidak lucu sebab Bulan memiliki humor yang unik nan ajaib dan mengajak Bintang berbicara hal-hal tidak jelas yang muncul di benaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun