"Jadi? Bagaimana jika saya memberi peringatan terakhir untuk kalian berdua, apabila kalian tidak ingin menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin dan dengan cara yang baik, bapak bisa memutuskan untuk memberi kalian surat peringatan." belum selesai Pak Budi berbicara, tiba-tiba Bintang memotong pembicaraan Pak Budi dan akhirnya pun Bintang buka mulut.
"Baik pak, saya akan jujur. Jujur dari lubuk hati saya yang terdalam, saya itu aslinya iri dengan Bulan." ungkap bintang dengan menatap ke arah lain.
"Iri mengapa? Bulan tidak pernah melakukan kesalahan kepada kamu kan, nak?" tanya Pak Budi yang kaget dan dibawa juga dengan tatapan Bulan yang ikut bingung dengan jawaban Bintang yang sangat tidak masuk akal, sebab ia merasa tidak pernah melakukan apa pun yang membuat Bintang marah serius maupun sakit hati.
"Saya iri, karena saya bingung. Bingung karena saya itu kan mengetahui karakter dan kepribadian Bulan yang suka malas dan selalu saja tidur setiap ada waktu luang. Namun, dengan kepribadian dia yang seperti itu, dia tetap saja memperoleh peringkat dan ranking pertama dalam kelas. Selalu mendapat nilai yang sempurna. Sedangkan saya, yang selalu belajar, di mana pun kapan pun, tidak dapat mencapai target dan nilai yang saya inginkan. Salah saya di mana lagi, kurang apalagi?" ungkap Bintang dengan kecewa.
"Kamu tidak bersalah, nak." ucap Pak Budi sambil menepuk pundak Bintang.
"Maaf, bin. Pak Budi benar, kamu tidak ada salah. Aku paham kalau kamu merasa iri dan kamu juga benar bahwa aku itu pemalas dan suka tidur di mana-mana. Tetapi, betapa pemalasnya aku, aku tetap saja harus berusaha dan giat belajar di rumah. Aku sendiri memiliki cita-cita, target, dan tujuan hidup. Maka, dari itu aku tetap berupaya agar dapat mencapai apa yang aku inginkan dengan cara belajar mandiri dan mengikuti les privat di rumahku." ucap Bulan yang turut menjelaskan kesalahpahaman Bintang.
Bintang yang sempat kebingungan dan merasa iba untuk merespon Bulan dengan jawaban apa akhirnya tetap memilih untuk diam dan dilanjutkan oleh Pak Budi yang membuka mulut.
"Terima kasih Bulan karena sudah menjelaskan. Dengan itu, saya berharap kalian berdua sudah tidak ada konflik maupun kesalahpahaman, ya? Saran dari bapak, mengapa kalian tidak saling belajar bersama saja? Sebaiknya Bintang coba saja dulu, kamu kan anak yang ambisius dan teliti kan, nak?" tanya Pak Budi dengan intonasi yang senang dan lagi-lagi berusaha untuk mencairkan suasana agar mereka merasa tidak terlalu canggung.
"Kalau saya sih bebas saja, asal tidak memaksakkan siapa-siapa. Lagi pula kayaknya seru juga kalau belajar ada yang temannya." jawab Bulan dengan pemikiran positifnya.
"Maaf ya, lan. Sudah bikin salah paham dari hal yang kecil di besar-besar in, terima kasih juga udah menjelaskan. Sekali lagi, maaf. Dan terakhir, terima kasih untuk Pak Budi membantu saya berbicara jujur dan terima kasih juga ya, lan. Udah nawarin untuk belajar bersama, haha." ucap Bintang sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sebab ia sedikit merasa malu.
Akhirnya pun setelah pertengkaran antara Bulan dan Bintang selesai dengan cara yang baik dan kepala dingin, beberapa hari berlalu, mereka berkonsiliasi dan menjalankan kehidupan sekolahnya tanpa keributan maupun kegaduhan.