Dede kelihatan malu, darahnya terkesiap dan wajahnya mulai memerah. Ia tertergun ketika Yai Izan menanyakan "Si teteh".
"Ya mungkin Yai sudah mendengar kan dari tadi" Gumam Dede malu.
Wajah Yai Izan mengguratkan senyum, ia menengguk segelas air kemudian mengepalkan tangannya.
"Menarik perhatian akhwat memang menjadi salah satu kunci awal dalam menjalin sebuah hubungan De. Itu memang perlu dilakukan. Akan tetapi dari yang saya cermati dari obrolan kalian bertiga. Tetapi menarik perhatian bukan juga berarti mengubah jatidiri pribadi menjadi manusia yang tidak otentik".
Dede memperhatikan setiap kata dan kalimat yang diucapkan Yai Izan secara seksama. Sementara itu Wahyu dan Ical memasang wajah datar dengan mulut terbuka yang menjadi ciri mereka tidak benar-benar paham dengan apa yang diucapkan oleh Yai Izan.
"Oke biar saya jelaskan apa makna manusia otentik itu. Artinya dalam usaha mendapatkan akhwat jangan sampai membuat diri kita menjadi bukan seperti biasanya. Kita merubah sikap karena ada maunya saja. Kita bersikap baik karena hanya ingin dipuji orang. Kita merubah penampilan hanya karena ingin dihargai.Â
Padahal inti perubahan sikap yang hakiki adalah karena kemawasan dan kesadaran untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri. Intinya dalam hal ini De, Yu, Cal, tetaplah jadi diri sendiri dan pikirkan lagi tentang berubah hanya karena ingin dihargai, bukankah itu sama saja membohongi diri?" Ujar Yai Izan.
"Ingatlah, dalam ilmu sosial dikenal teori perubahan, ada yang dinamakan perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang direncanakan, kedua itu saja yang kita gunakan dalam prinsip hidup. Akan tetapi ada pula memang perubahan yang dipengaruhi, nah dalam konteks ini kita harus berhati-hati dan mesti bisa memilahnya, mana pengaruh yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak. Ingat kita harus secara kritis dalam memutuskan ini dan itu, jangan mau gampang terpengaruh, mau dirubah begini begitu, didoktrin ini dan itu. Kuncinya pilah dan pilih, kita manusia punya karunia akal, kita bukan boneka De" Tambah Yai Izan.
Wahyu, Ical, dan Dede mulai paham dengan apa yang disampaikan oleh Yai Izan. Inti yang mereka pahami bahwa sebagai manusia mereka tidak boleh mudah merubah sikap dengan mudah tanpa maksud dan tujuan yang jelas, apalagi sampai menggadaikan jatidiri mereka.
"Jadi Yai, soal akhwat ini bagaimana?" Dede bertanya sambil terkekeh.
"Ya jadilah diri sendiri, dan berubah sikap jangan hanya karena ingin dipuji, ya niatkan untuk memperbaiki diri, agar tahan lama dan tidak hanya baik untuk sesaat tapi untuk seterusnya, biarkan tuhan yang memantaskan jika kamu dan si teteh memang ditakdirkan bersama. Kuncinya hidup jangan melulu setingan, kamu bukan boneka De, tulus dan jujurlah dalam melakukan sesuatu, niscaya hasilnya baik".