Sampai jugalah mereka tepat di depan selasar masjid. Dede dan kaum pro yang lain tidak lantas memasuki area selasar. Mereka berdiam diri sejenak, berdiri sambil menatap para ikhwan bro dengan tajam. Sekitar satu menit mereka hanya berdiri dan menatap mereka, tanpa bicara, tanpa memalingkan wajah. Hal ini jelas membuat para ikhwan bro kelabakan. Sikap ini nyatanya membuat nyali mereka mulai dilanda keresahan. Apalagi Ivan, Eri, dan Edik, ketiganya menjadi anggota paling basah kuyup saking ketakutannya.
Selang dari itu para ikhwan pro mulai memasuki selasar masjid dengan gagahnya. Mereka disambut dengan salam hangat dari Ical, Izal, dan Iman. "Tabik Kamerad, maaf kami terlambat" Ucap Dede sambil menepuk bahu Ical. Mereka kemudian duduk bersama. Kini kondisinya mulai sepadan dari segi jumlah. Ikhwan bro banyak, pun dengan ikhwan pro, mereka masih duduk dalam posisi saling berhadapan.
Ivan, Eri, dan Edik hanya tertunduk di forum itu, mereka enggan bersikap menengadah seperti sebelumnya. Hal yang sama kini juga menimpa Bursh dan Roy. Tinggal Bale yang masih mempertahankan sikap beraninya. Aura menjadi sangat mencekam dari sebelumnya. Terlintas di kepala Bale "Mengapa Yai Izan masih belum datang juga? Apa ia lupa?". Memang diantara mereka tidak ada yang berani mengirim pesan kepada Yai Izan soal kedatangannya. Mereka terlalu takut dan malu kepadanya. Sampai tidak lama kemudian terdengar seseorang memberi salam.
"Assalamualaikum, maaf saya terlambat"
"Waalaikumsalam" Jawab Ikhwan bro dan pro kompak dan suasana pun mulai mendingin.
To be continued!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H