Berbeda ceritanya ketika seseorang yang rajin, santun dan aktif yang menjadi korban egoisme penilaian guru. Penilaian yang bukan berdasarkan fakta dan data, jauh dari supremasi keadilan, dan bahkan tidak ada kaitannya dengan proses pembelajaran menjadikan peserta didik merasa dikhianati usaha belajarnya, dikebiri upaya belajarnya dan dipancung hak menentukan sikapnya. Â
Budaya negatif guru dalam memberikan nilai yang tidak objektif dan tidak adil tentu harus segera di hapus dan diberantas dari sistem pendidikan nasional kita. Berbahaya jika kita membiarkan budaya negatif tadi berkeliaran dan menjangkit semakin banyak guru yang ada di Indonesia. Kapan pendidikan kita akan maju jika masih banyak guru yang masih berpandangan bahwa nilai adalah kuasa guru, tidak perlu melihat aspek kognitif, afektif ataupun psikomotornya.
Perlunya banyak pelatihan bagi guru dalam memberantas budaya negatif tadi serta menumbuhkan dan memupuk budaya baru yang positif, yaitu guru yang berprinsip objektif dan adil dalam memberikan penilaian terhadap kinerja belajar peserta didik. Guru yang memberikan nilai sesuai data dan fakta dilandasi rasa keadilan tentu menjadi dambaan dan keniscayaan dalam sistem pendidikan nasional kita.
Kedepan dalam mengahadapi kemajuan zaman, kita membutuhkan guru - guru yang berfikiran terbuka, kritis, bijaksana serta memiliki kecerdasan yang mumpuni dalam memajukan pendidikan nasional kita. Peran vital guru yang juga akan menentukan masa depan generasi muda bangsa kita agar menjadi manusia - manusia yang seutuhnya serta mengahantarkan bangsa kita menuju kejayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H